Liputan6.com, Jakarta - PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (12/4/2023). Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-31 di BEI pada 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana dengan kode saham NCKL.
Baca Juga
Perseroan mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik (termasuk Employee Stock Allocation) 7.997.600.000 atau 7,99 miliar saham. Lalu, emiten dengan kode saham NCKL akan mencatatkan saham sejumlah 63.098.600.000 atau 63,09 miliar saham.
Advertisement
Adapun, harga penawaran saham Rp 1.250 per saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada meraup dana segar Rp 9,99 triliun
Dalam rangka IPO, Trimegah Bangun Persada menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.
Sementara itu, dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan sekitar 8,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya. Sekitar 9,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan.
Selain itu, sekitar 23,6 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC NISP). Lalu, sekitar 1,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang outstanding Fasilitas Term Loan 1 dan Fasilitas Term Loan 3 kepada OCBC NISP.
Kemudian, sekitar 3,3 persen akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal (capital expenditure). Sekitar 50,4 persen untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman. Sisanya sekitar 3,5 persen akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja (working capital).
Trimegah Bangun Persada Patok Harga IPO Rp 1.250 per Saham
Sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 7.997.600.000 atau 7,99 miliar saham.
Mengutip prospektus, Selasa (4/4/2023), nominal masing-masing saham tersebut sebesar Rp100 setiap saham, yang mewakili sebanyak-banyaknya sebesar 12,67 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.
Adapun, harga penawaran dipatok Rp1.250 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada bakal meraup dana Rp 9,99 triliun.
Selain itu, calon emiten dengan kode NCKL akan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 0,44 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana saham untuk program alokasi saham kepada karyawan perseroan (Employee Stock Allocation/ESA) sebanyak-banyaknya sebesar 35 juta saham, dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan harga penawaran.
Trimegah Bangun Persada menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.
Usai IPO, struktur pemegang saham perusahaan menjadi PT Harita Jayaraya sebesar 86,45 persen, PT Citra Duta Jaya Makmur sebesar 0,87 persen, masyarakat sebesar 12,62 persen, dan ESA 0,06 persen.
Advertisement
Dana IPO
Sementara itu, dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan sekitar 8,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya. Sekitar 9,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan.
Selain itu, sekitar 23,6 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC NISP). Lalu, sekitar 1,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang outstanding Fasilitas Term Loan 1 dan Fasilitas Term Loan 3 kepada OCBC NISP.
Kemudian, sekitar 3,3 persen akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal (capital expenditure). Sekitar 50,4 persen untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman. Sisanya sekitar 3,5 persen akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja (working capital).
Target Usai IPO
Sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) menargetkan pendapatan tumbuh 100 persen pada tahun ini. Setelah perseroan menggelar Initial Public Offering (IPO) pada April 2023.
Perusahaan merupakan Entitas konglomerasi usaha Harita Group di bidang pertambangan dan hilirisasi nikel. “Kalau kami menggambarkan dengan angka, minimal peningkatan pendapatan itu dua kali lipat sudah pasti dibandingkan tahun 2022, tapi semua itu tergantung dengan harga nikel di market, karena harga sangat volatile,” ujar Direktur Keuangan NCKL Suparsin Darmo Liwan melansir Antara di Jakarta.
Selain itu, Trimegah Bangun Persada menargetkan volume produksi feronikel meningkat empat kali lipat pada tahun 2023 ini usai perseroan menggelar IPO.
Pihaknya menjelaskan perseroan menawarkan saham perdana kepada berbagai investor asing di Asia, diantaranya Singapura, Hong Kong, hingga China, kemudian juga investor dari Eropa yang meliputi Inggris dan negara lainnya.
“Serta kami melakukan roadshow secara virtual kepada investor di Amerika Serikat (AS),” ujar Suparsin.
Pihaknya menyampaikan sebanyak 40 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal yang meliputi pembangunan pabrik pengolahan nikel.
Serta untuk mendukung penyelesaian konstruksi proyek, menambah kapasitas produksi, melunasi sebagian pinjaman, serta tambahan modal kerja perseroan.
Selain itu, perseroan akan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 0,5 persen atau 60,5 juta saham dari jumlah saham IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan perseroan (Employee Stock Allocation, ESA), di mana harga pelaksanaan ESA sama dengan harga penawaran
Advertisement