Sukses

Tupperware Terancam Bangkrut, Apa Penyebabnya?

Tupperware mengumumkan nasib perusahaan yang tengah di ujung tanduk. Perusahaan produsen wadah penyimpanan asal AS itu terancam bangkrut.

Liputan6.com, Jakarta - Tupperware mengumumkan nasib perusahaan yang tengah di ujung tanduk. Perusahaan pembuat wadah penyimpanan makanan asal Amerika Serikat (AS) itu terancam bangkrut lantaran mencatatkan penjualan yang turun signifikan.

Bahkan perusahaan mengakui ada keraguan besar terkait kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usaha di masa mendatang. Melansir BBC, Rabu (12/4/2023), Tupperware telah mencoba memposisikan ulang perusahaan ke audiens yang lebih muda, tetapi upaya itu gagal menghentikan penurunan penjualannya. Tupperware masih mengandalkan penjualan langsung lewat agen.

Namun, baru-baru ini perusahaan mulai menjual produknya lewat rantai ritel AS. Target utamanya adalah untuk menarik pembeli yang lebih muda serta ritel lain di seluruh dunia. Perusahaan juga memperluas jangkauannya ke produk memasak, seperti panggangan (grill) yang dapat digunakan di microwave.

CEO Tupperware, Miguel Fernandez mengatakan dia membayangkan panggangan untuk seseorang yang tinggal di apartemen di New York City. Namun Direktur pelaksana ritel di konsultan GlobalData, Neil Saunders mengatakan Tupperware telah gagal mengikuti perkembangan zaman dalam hal produk dan distribusinya.

Neil Saunders mengatakan, metode penjualan langsung ke pelanggan yang lebih muda melalui pihak Tupperware tidak berjalan lancar. Bahkan pelanggan yang lebih tua yang mengingat Tupperware di masa jayanya, telah beralih pada produk yang lebih murah atau modis, yang dapat ditemui di toko-toko offline maupun online.

Sementara itu, Tupperware mengatakan pada Maret lalu bahwa agen atau tenaga penjual langsungnya telah menyusut sebesar 18 persen 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan itu termasuk imbas dari penguncian selama pandemi Covid-19 di China yang memukul akses konsumen ke produk.

Saunders ragu, apakah Tupperware bisa berbuat banyak saat ini. Menurut dia, jika perusahaan sudah melakukan perubahan sejak 10 tahun lalu, seperti berjualan di toko atau melalui grosir, mungkin posisinya sekarang berbeda. Namun, mengingat nama mereknya masih terkenal, perusahaan itu bisa saja menarik raksasa ritel seperti Walmart atau bahkan Amazon.

2 dari 4 halaman

Penjualan Merosot Bikin Tupperware Terancam Bangkrut

Sebelumnya, Tupperware memperingatkan akan segera gulung tikar. Tupperware yang pernah menjadi produk pilihan yang ada di dapur masyarakat Amerika Serikat (AS) memperingatkan mungkin tidak memiliki cukup uang untuk bertahan.

Dikutip dari Fortune, ditulis Rabu (12/4/2023), dalam siaran pers, perusahaan mengatakan ada keraguan besar tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan telah melibatkan penasihat keuangan untuk mengumpulkan dana.

“Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi modal dan likuiditas,” ujar Presiden dan CEO Tupperware Brands, Miguel Fernandez.

Tupperware hadapi kemungkinan delisting karena gagal mengajukan laporan tahunan, demikian disampaikan perseroan. Adapun saham Tupperware telah anjlok 68 persen pada 2023. Tupperware akan mengajukannya dalam 30 hari ke depan. Akan tetapi, Tupperware menyatakan tidak ada jaminan formulir 10-K akan diajukan pada saat itu.

Penjualan Tupperware telah menurun selama bertahun-tahun, karena persaingan dalam bisnis wadah penyimpanan plastic telah meningkat secara dramatis dengan pesaing menawarkan produk dengan harga jauh lebih rendah. Namun, pada 2020, Tupperware melaporkan peningkatan penjualan tahun ke tahun pertamanya sejak 2017.

Tupperware mengatakan sedang bekerja untuk memperbaiki struktur modal dan likuiditas jangka pendek dan telah membawa penasihat untuk membantunya mencari investor atau mitra potensial. Selain itu juga meninjau portofolio real estate untuk potensi suntikan tunai.

“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” ujar Fernandez.

3 dari 4 halaman

Tupperware Dilanda Krisis, Saham Anjlok 50 Persen dan Karyawan Terancam PHK

Sebelumnya, merek kotak penyimpanan makanan, Tupperware tengah dilanda krisis ketika karyawannya terancam terkena PHK, juga sahamnya yang menurun drastis.

Melansir CNN Business, Selasa (11/4/2023) saham Tupperware turun hampir 50 persen pada hari Senin 10 April 2023 menyusul peringatan terkait kondisi finansialnya.

Dalam sebuah pengajuan peraturan, Tupperware mengatakan ada "keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungannya," dan sedang berdiskusi dengan penasihat keuangan untuk menemukan pembiayaan agar tetap bertahan.

Perusahaan juga mengungkapkan tidak memiliki cukup uang untuk mendanai operasinya jika tidak mendapatkan uang tambahan.

Selain itu, Tupperware juga sedang menjajaki potensi PHK, dan sedang meninjau portofolio untuk upaya penghematan biaya.

Adapun New York Stock Exchange yang memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.

"Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami,” kata CEO Tupperware Miguel Fernandez dalam siaran pers.

"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami," terangnya.

Diketahui, Tupperware yang telah menjalankan bisnisnya selama 77 tahun dalam beberapa tahun terakhir telah berjuang mempertahankan relevansinya terhadap para pesaing. 

Tupperware juga telah mencoba untuk melepaskan citranya yang tenang dengan menarik pelanggan yang lebih muda, menawarkan produk yang lebih baru dan lebih trendi.

4 dari 4 halaman

Dalam Posisi Genting

Beberapa krisis telah melanda Tupperware, termasuk penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda, menurut Neil Saunders, analis ritel dan direktur pelaksana di GlobalData Pengecer.

Saunders mengatakan Tupperware berada dalam "posisi genting" secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan, dan karena asetnya ringan, ia tidak memiliki "banyak kapasitas untuk mengumpulkan uang".

“Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya," sebut dia.

Tupperware mengatakan bahwa produknya sudah masuk ke cabang ritel Target sebagai bagian dari reinvention merek, yang mencakup rencana untuk menumbuhkan bisnis melalui beberapa saluran ritel dan menampilkan produknya kepada konsumen yang lebih muda yang bahkan belum pernah mendengar tentang Tupperware (TUP).

Tapi upaya itu sejauh ini gagal: Saham Tupperware turun 90 persen selama setahun terakhir.

Video Terkini