Sukses

Hari Kartini 2023: Mengintip Andil Perempuan di Pasar Modal RI

Sambut Hari Kartini 2023, perempuan kini punya peluang dan hak sama dalam berbagai hal termasuk pasar modal sebagai investor.

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Kartini tiap 21 April acap menjadi momen refleksi atas peran perempuan dalam kehidupan sehari hari. Seiring perkembangannya, perempuan kini memiliki peluang dan hak yang sama dalam berbagai hal, termasuk andil dalam pasar modal sebagai investor.

Kendati secara kuantitas masih lebih sedikit dibandingkan jumlah investor pria, namun angkanya cenderung terus mengalami peningkatan. Melansir data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal hingga Maret 2023 tercatat sebanyak 10.763.416 SID.

Dari angka tersebut, sebanyak 37,2 persen atau sekitar 4.003.990 merupakan investor perempuan dengan aset senilai Rp 277,21 triliun. Porsi itu naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 37,11 persen dari 8.397.538 SID per Maret 2022 atau sekitar 31.16.326 investor perempuan dengan total aset Rp 255,66 triliun.

Dari sisi pekerjaannya, ibu rumah tangga menyumbang aset senilai Rp 73,88 triliun, atau mewakili 6,6 persen dari seluruh profesi investor pasar modal. Angka ini juga naik dibandingkan posisi Maret tahun lalu, di mana ibu rumah tangga memegang porsi 5,94 persen dengan aset senilai Rp 52,97 triliun.

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI, Risa Effenita Rustam optimistis terhadap pertumbuhan partisipasi investor perempuan di pasar modal Indonesia. Keyakinan itu merujuk pada data literasi keuangan perempuan yang lebih unggul dibandingkan laki-laki.

"Dari hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan OJK tahun 2022, untuk pertama kalinya tingkat literasi keuangan perempuan memiliki angka indeks yang lebih tinggi yaitu sebesar 50,3 persen dibandingkan dengan tingkat literasi laki-laki sebesar 49 persen,” ungkap Risa, mengutip pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Tingkat Literasi Keuangan Meningkat

Tingkat literasi keuangan perempuan pada 2022 itu juga meningkat dari hasil 2019 lalu di angka 36 persen.

Akan tetapi, untuk indeks inklusi keuangan laki-laki tetap lebih tinggi 86,3 persen dibanding dengan indeks inklusi keuangan untuk perempuan sebesar 83,9 persen pada 2022. Meskipun demikian, tingkat inklusi perempuan pada 2022 tersebut juga meningkat dari hasil survei pada 2019 yaitu 75,1 persen.

"Hal ini mencerminkan bahwa perempuan yang menggunakan produk jasa keuangan, lebih banyak yang sudah memahami fungsi dan risiko dalam penggunaannya dibanding laki-laki. Kondisi tersebut menjadikan peluang yang lebih baik untuk semakin meningkatkan pemahaman berinvestasi dan memperbesar porsi investor perempuan di pasar modal Indonesia,” imbuh Risa.

3 dari 4 halaman

Peringati Hari Kartini, Ini Pesan Sri Mulyani untuk Perempuan Indonesia

Sebelumnya, setiap 21 April, Indonesia selalu memperingati Hari Kartini. Raden Adjeng Kartini merupakan pelopor kebangkitan perempuan Pribumi-Nusantara. Tanggal tersebut dipilih lantaran hari lahir Kartini di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879.

Berkat Kartinilah perempuan-perempuan di Indonesia bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu setiap tahunnya, banyak masyarakat Indonesia yang memperingati tanggal tersebut, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani yang merupakan salah satu Menteri di Kabinet Indonesia maju yang turut mengucapkan di media sosialnya.

Dilansir dari Instagram pribadinya @smindrawati, Jumat (21/4/2023), Menkeu mengunggah sebuah cuplikan video dari LPDP, yang menggambarkan perempuan-perempuan Indonesia atas keberhasilannya mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Menurutnya, R.A Kartini merupakan inspirasi bagi seluruh perempuan di tanah air, karena telah memperjuangkan hak-hak perempuan. Salah satunya, perjuangan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki.

"Kisah R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan merupakan inspirasi abadi bagi para perempuan Indonesia.Perjuangan beliau telah menyadarkan bahwa perempuan bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Perempuan juga boleh, bahkan harus memiliki bekal pendidikan untuk bisa maju. Dan melalui APBN #UangKita, kita terus melanjutkan perjuangan emansipasi yang telah dilakukan R.A. Kartini," tulis Sri Mulyani.

Bahkan Menkeu memaparkan, dari total 36.200 penerima beasiswa perguruan tinggi @lpdp_ri, sebanyak 52,8 persen dari penerima beasiswa tersebut merupakan perempuan.

"Ini menggambarkan semangat yang luar biasa dari perempuan Indonesia dalam meraih cita-cita dan meningkatkan kualitas diri," katanya.

Tak hanya itu, dari total 7,52 juta penerima pembiayaan Ultra Mikro (UMi) – program pembiayaan untuk pelaku UMKM – dengan total penyaluran mencapai Rp26,7 triliun, 95,52 persen debiturnya juga merupakan perempuan. Melalui program ini, APBN turut mendorong perempuan Indonesia untuk terus produktif dan kreatif.

"Jadi, jangan pernah berhenti berjuang, seperti yang selalu diajarkan oleh Ibu kita, Kartini, karena APBN akan selalu hadir untuk memberikan dukungan. Selamat Hari Kartini bagi kita semua, para perempuan Indonesia," pungkasnya.

 

4 dari 4 halaman

Lebaran Idul Fitri 2023 Jadi Hadiah Spesial bagi Perempuan Indonesia di Hari Kartini

Sebelumnya, momen Lebaran Idul Fitri 2023 yang berbarengan dengan Hari Kartini menjadi hadiah spesial bagi perempuan Indonesia. Hal itu diungkapkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas beberapa waktu lalu. 

"Alhamdulillah, sebagian saudara-saudara kita akan merayakan Idul Fitri bertepatan dengan Hari Kartini. Ini adalah hadiah untuk perempuan Indonesia," kata Yaqut.

Yaqut juga mengatakan, Kartini adalah sosok yang sangat menginspirasi bagi seluruh perempuan, utamanya dalam memperjuangkan kesetaraan dengan peran laki-laki. Yaqut berharap, dengan semangat Idul Fitri, perempuan-perempuan Indonesia bisa semakin berdaya dan merdeka, sebagaimana pesan Idul Fitri sendiri yang artinya memerdekakan diri.

"Ada alasan mengapa Indonesia disebut sebagai Ibu Pertiwi, yakni karena peran seorang ibu juga kaum perempuan sangat menentukan kemajuan negeri ini," kata Yaqut.

Terkait dengan perbedaan waktu perayaan Idul Fitri 1444 H, Yaqut menanggapi bahwa berbeda itu adalah hal yang biasa.

"Indonesia berdiri juga karena berbeda, bukan karena sama, yang terpenting adalah bagaimana kita merayakan Lebaran yg berbeda itu untuk saling menghormati, jangan buat ikhtilaf (perbedaan) ini menjadi iftiraq (perpecahan)," katanya.

Dia juga berpesan, masyarakat harus menyikapi perbedaan ini dengan bijaksana, dan memahami bahwa itu adalah hal yang lumrah.

"Malah kita harus bersyukur karena lebarannya berkali-kali," kata Yaqut.