Sukses

Bayar Utang, Pertamina Geothermal Energy Terbitkan Green Bond Setara Rp 5,97 Triliun

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah merampungkan proses penentuan harga (pricing) untuk penerbitan surat utang berwawasan hijau (green bonds) senilai USD 400 juta.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah menyelesaikan proses penentuan harga (pricing) untuk penerbitan surat utang berwawasan hijau (green bonds), dalam jumlah sebesar USD 400 juta atau setara Rp 5,97 triliun (asumsi kurs rupiah 14.931 per dolar AS) .

Surat utang tersebut memiliki bunga sebesar 5,15 persen per tahun yang jatuh tempo pada 2028, di luar wilayah Republik Indonesia dengan merujuk pada ketentuan Rule 144A dan Regulation S berdasarkan US Securities Act of 1933 dan akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited.

Pada 20 April 2023, Pertamina Geothermal Energytelah menandatangani Purchase Agreement dengan Australia and New Zealand Banking Group Limited, BNP Paribas, Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Mandiri Securities Pte. Ltd., MUFG Securities Asia Limited Singapore Branch, SMBC Nikko Securities (Hong Kong) Limited and United Overseas Bank Limited selaku Initial Purchasers, Joint Global Coordinators dan Joint Bookrunners (JBR). Surat utang telah mendapatkan peringkat Baa3 (Stable) dari Moody’s dan BBB- (Stable) dari Fitch.  

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (22/4/2023), dana bersih yang diperoleh dari penerbitan surat utang akan digunakan oleh Perseroan untuk melunasi seluruh sisa utang Perseroan berdasarkan Facilities Agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara Perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023 (Facilities Agreement).

Pada tanggal keterbukaan informasi ini diterbitkan, sekitar 21 April 2023, sisa jumlah kewajiban yang masih terutang berdasarkan Facilities Agreement adalah sebesar USD 400 juta.

Rencana penggunaan dana tersebut telah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam green financing framework perseroan.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Surat Utang Bakal Diterbitkan 27 April 2023

Surat utang akan diterbitkan oleh Perseroan pada 27 April 2023 dengan penandatanganan perjanjian Indenture antara Perseroan dan The Bank of New York Mellon selaku trustee terkait penerbitan Surat Utang dan penunjukan trustee dengan yang diagendakan pada tanggal tersebut (Indenture).

Transaksi penerbitan surat utang akan memperpanjang profil jatuh tempo utang perseroan karena dana yang akan diterima dari penerbitan surat utang akan digunakan untuk melunasi sebagian utang perseroan.

Dengan diterbitkannya surat utang, maka likuiditas dan kemampuan perseron akan meningkat. Sehingga dapat membiayai pertumbuhan perseroan di masa yang akan datang.

Mengingat suku bunga surat utang yang tetap dan pembayaran pokok surta utang yang tidak teramortisasi selama periode surat utang, diharapkan nantinya perseroan dapat lebih memaksimalkan penggunaan dana dalam meningkatkan pertumbuhan laba uang nantinya juga akan memaksimalkan nilai perusahaan.

3 dari 4 halaman

Pertamina Geothermal Energy Kantongi Pendapatan Setara Rp 11,18 Miliar dari Carbon Credit

Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan pendapatan baru dari carbon credit senilai USD 747.000 atau sekitar Rp 11,18 miliar (kurs Rp 14.968,65 per USD).

Sumber pendapatan baru (new revenue generator) ini tercatat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit (audited) dan dipublikasikan pada 30 Maret 2023.

Dari sisi operasi, pendapatan carbon credit ini dihasilkan oleh dua Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yaitu Ulubelu unit 3 dan 4 serta Karaha yang menghasilkan setara 1,7 juta ton pengurangan emisi karbon yang dihitung semenjak pembangkitan tersebut beroperasi secara komersial hingga awal tahun 2020.

Selain itu, PGE juga mencatatkan potensi pengurangan emisi karbon dari PLTP Kamojang unit 5, Lumut Balai unit 1 dan 2 yang menggunakan Gold Standard, serta PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 yang menggunakan Verified Carbon Standard (VCS).

“Seluruh upaya ini membuka peluang baru yang berpotensi meningkatkan nilai ekonomi pengurangan emisi karbon dan secara langsung akan membuka peluang pendapatan baru bagi PGE,” kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy, Ahmad Yuniarto dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (1/4/2023).

Relevan dengan kontribusi pengurangan emisi yang dihasilkan oleh PLTP yang dioperasikan, PGE juga memiliki inisiatif Environmental Sustainability and Governance (ESG).

 

 

4 dari 4 halaman

Komitmen ESG

Komitmen ESG ini sudah dibuktikan dengan meraih peringkat tertinggi kedua pada ESG Rating (ER) dalam kategori good performance dari sisi pengelolaan ESG oleh lembaga rating Sustainable Fitch.

Beberapa program ESG PGE yang sudah berjalan di antaranya program keanekaragaman hayati Pusat Konservasi Elang, khususnya spesies Elang Jawa atau Nisaetus Bartelsi di Kawasan Kamojang, Penangkaran Domba Garut, Konservasi Bunga Krisan, Penangkaran Kambing Saburai, dan Konservasi Kera Jambul Sulawesi (Yaki).

Selain itu, PGE juga merehabilitasi kawasan hutan sebesar 588 Ha dan melakukan upaya reboisasi secara masif.

PGE juga berkomitmen dalam mengembangkan komunitas melalui program Kamojang Digital Village yang dengan program aplikasi Digital Ranger Apps yang bertujuan untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sekitar dan layanan WiFi pohon “Signal Kita”.

“Melalui kedua program di atas, komitmen ESG PGE dapat dirasakan langsung manfaatnya dalam mendukung kelestarian lingkungan dan ekonomi sirkular melalui koneksi internet berbayar menggunakan sampah atau dengan menanam pohon,” imbuh Ahmad Yuniarto.