Sukses

EY Sebut IPO Indonesia Unggul di Kawasan Asia Tenggara, Ini Alasannya

Kantor akuntan publik (KAP), Ernst and Young atau dikenal sebagai EY mencatat IPO di Indonesia termasuk teraktif pada kuartal I 2023. Tercatat ada 30 IPO senilai USD 828 juta atau setara Rp 12,28 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Kantor akuntan publik (KAP), Ernst and Young atau dikenal sebagai EY menilai Indonesia menjadi negara yang paling aktif pada kuartal I 2023 dengan 30 penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang menghasilkan pendapatan senilai USD 828 juta atau setara Rp 12,28 triliun (asumsi kurs Rp 14.831 per dolar AS).

Selain itu, Indonesia juga konsisten mengungguli pasar IPO di tengah prospek ekonomi makro kawasan Asia Tenggara atau ASEAN yang optimistis.

EY Indonesia Strategy and Transactions Partne Sahala Situmorang mengatakan, selama empat tahun terakhir, Indonesia telah melihat total nilai emisi ekuitas meningkat dari Rp 15 triliun pada 2019 menjadi Rp 33 triliun pada 2022. 

"Faktanya, pada 2022, pasar modal nasional mencatat jumlah deals terbesar dalam sejarah dengan 59 IPO, penawaran publik perusahaan teknologi GoTo menjadi yang paling terkenal dengan nilai Rp 14 triliun rupiah dalam penawaran ekuitasnya," kata Sahala dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (26/4/2023).

Dia bilang, hingga kuartal I 2023, pasar IPO Indonesia telah menyaksikan 30 IPO dengan nilai penerbitan berkisar dari USD 1,91 juta dari Mitra Tirta Buwana dan USD 596 juta dari Pertamina Geothermal.

Untuk prospek kuartal II 2023, EY melihat terlepas dari latar belakang ekonomi dan geopolitik yang tidak kondusif, terdapat secercah harapan, sejalan dengan puncak inflasi, pelemahan harga energi, dan pemulihan ekonomi Tiongkok Daratan. Akan tetapi, pekerjaan rumah untuk IPO terus bertambah karena perusahaan masih menunggu stabil dan pulihnya pasar saham sebelum memutuskan untuk melantai.

Strategi Menuju Profitabilitas dan Kas

Dalam kondisi inflasi yang sangat tidak terduga dan terus-menerus, investor yang sebelumnya berorientasi pada pertumbuhan dan potensi pendanaan, saat ini lebih fokus pada strategi menuju profitabilitas dan arus kas. 

"Kolaborasi antar pemerintah, termasuk kerja sama dan program stock-connect, bersamaan dengan selera investor yang beragam juga dapat menyebabkan gelombang pencatatan ganda dan deals lintas negara tahun ini.Bisnis perlu menavigasi pengeluaran high-cost dan menurunkan likuiditas sedikit lebih lama," kata dia.

Begitu ada bukti pasar yang lebih stabil dengan kepastian yang lebih tinggi, kepercayaan investor akan kembali dan perusahaan terkemuka yang telah menunda rencana IPO dapat melanjutkan kembali rencananya, walaupun dengan valuasi yang lebih rendah.

 

 

2 dari 4 halaman

49 Perusahaan Antre IPO, Mayoritas Sektor Consumer Cylicals

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan tengah antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO). Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 49 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari jumlah tersebut, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclicals

"Hingga saat ini, terdapat 49 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata Nyoman kepada Wartawan, Jumat (14/4/2023).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 16 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 28 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 5 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Rincian sektornya adalah sebagai berikut:

  • 6 Perusahaan dari sektor basic materials
  • 10 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
  • 2 Perusahaan dari sektor energy
  • 2 Perusahaan dari sektor financials
  • 1 Perusahaan dari sektor healthcare
  • 3 Perusahaan dari sektor industrials
  • 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
  • 5 Perusahaan dari sektor properties & real estate
  • 7 Perusahaan dari sektor technology
  • 5 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Adapun hingga 14 April 2023, terdapat 31 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 28 emiten itu sebesar Rp 22,7 triliun.

 

 

3 dari 4 halaman

OJK Sebut Ada 107 Rencana IPO di BEI Rp 123,83 Triliun

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan perkembangan di pasar modal sepanjang Maret 2023. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 31 Maret 2023 tercatat melemah sebesar 0,55 persen month to date (mtd) di tengah investor non-resident yang membukukan inflow sebesar Rp 4,12 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, secara year to date, IHSG turun 0,66 persen tetapi masih mencatatkan inflow investor non-resident sebesar Rp6,62 triliun.

Sementara, di pasar obligasi, indeks ICBI menguat 0,96 persen mtd (2,44 persen ytd) ke level 353,19. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp384,04 miliar secara mtd dan Rp292,02 miliar secara ytd.  

Di pasar SBN, per 30 Maret 2023 non-resident baik secara mtd maupun ytd mencatatkan inflow sebesar Rp11,98 triliun dan sebesar Rp54,11 triliun. Adapun rata-rata yield SBN pada seluruh tenor secara mtd turun sebesar 4,34 bps dan secara ytd menurun sebesar 13,92 bps.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 30 Maret 2023 tercatat sebesar Rp502,8 triliun atau menurun 0,64 persen (mtd) dengan investor Reksa Dana membukukan net redemption sebesar Rp4,44 triliun (mtd). Secara ytd, NAB reksa dana terkontraksi 0,41 persen dan mencatatkan net redemption sebesar Rp2,86 triliun.

 

4 dari 4 halaman

Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Penghimpunan dana melalui pasar modal melanjutkan pertumbuhan yang baik, hingga 31 Maret 2023 tercatat sebesar Rp54,24 triliun, dengan jumlah emiten baru tercatat sebanyak 24 emiten. 

"Di pipeline, masih terdapat 107 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp123,83 triliun," kata Inarno dalam RDK OJK, Senin (3/4/2023).

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 376 penerbit, 145.908 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp817,68 miliar.

"Tren pertumbuhan jumlah investor juga terus berlanjut dengan jumlah investor pasar modal mencapai 10,76 juta investor per 30 Maret 2023," tandasnya.