Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI mengungkapkan minatnya untuk membuka cabang internasional di Arab Saudi. Namun, BSI akan tetap berhati-hati dalam membuka cabang baru.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengaku, pihaknya masih melihat potensi terkait pembukaan cabang di Arab Saudi. Meski demikian, wacana tersebut belum masuk ke dalam rencana kerja perseroan.
Baca Juga
"Nanti kita lihat, kita mencoba mendalami regulasi, bagaimana caranya dan sebagainya. Dan sedang mempersiapkan visibility tadi apakah memiliki cabang di negara tadi punya potensi bisnis yang optimal tidak untuk Indonesia?," kata Hery dalam konferensi pers, dikutip Jumat (28/4/2023)
Advertisement
Dia bilang, jika dilihat secara kasat mata pasar Arab Saudi memang terbilang prospektif. Ini mengingat jamaah haji setiap tahun lebih dari 200 ribu orang dan lebih dari 1 juta orang jamaah umroh berasal dari Indonesia.
"Secara kasat mata memang kelihatan tapi harus dihubungkan dengan regulator di sana untuk melihat bagaimana kita bisa punya kesempatan hadir di sana," kata dia.
Menurut ia, untuk saat ini BSI akan fokus terlebih dahulu ke Dubai. Lantaran, Bank Syariah Indonesia ingin mendapatkan hasil yang optimal dari pembukaan cabang baru.
"Jadi kalau ditanya management, berikan waktu kami fokus dulu ke Dubai sampai Dubai mulai kelihatan baru kita mikir ke negara lain. Percuma kita buka lagi kalau hasilnya tidak optimal, nanti akan jadi beban, kita mau rapi dulu Dubainya nanti baru ke negara lain," tandasnya.
Â
Restukturisasi COVID-19
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI mencatatkan angka restrukturisasi pembiayaan nasabah terdampak pandemi Covid-19 semakin menurun. Hingga akhir Maret 2023, nasabah restrukturisasi Covid-19 tersebut menjadi Rp13,6 triliun.Â
Direktur Manajemen Risiko BSI, Tiwul Widyastuti mengatakan, BSI memiliki nasabah restrukturisasi Covid-19 sekitar Rp 13,6 triliun. Dari jumlah tersebut terdapat 41,2 persen portofolio yang masih mendapat perlakuan khusus karena ketentuan baru dari OJK.Â
"Kemarin ada POJK baru, di mana terdapat perpanjangan khusus untuk sektor tertentu dan wilayah tertentu serta untuk pembiayaan UMKM. Kemudian yang sisanya 26,6 persen itu masih melanjutkan periode restrukturisasi program yang dia dapatkan dilanjutkan dengan kita tetap monitoring," kata Tiwul dalam konferensi pers, dikutip Jumat (28/4/2023).
Ia menuturkan, terdapat 8,4 persen restrukturisasi yang telah kembali kemampuan bayarnya sehingga dikategorikan normal. Kemudian, ada 32,6 persen yang sudah berakhir tapi belum pulih sehingga perlu dilakukan restrukturisasi kembali, akan tetapi, tidak menggunakan ketentuan POJK baru melainkan program internal BSI.
"Tapi, Insya Allah seluruh nasabah restrukturisasi baik Covid maupun non Covid well managed bahkan kita cluster itu sebagai salah satu kunci keberhasilan kita makannya persentase nasabah restrukturisasi terus menurun," imbuhnya.
Â
Advertisement
Bos Bank Syariah Indonesia Ramal Tren Pembiayaan Kuartal II 2023 Masih Terjaga
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) melihat tren pembiayaan pada kuartal II 2023 masih cerah. Ini mengingat adanya euforia masyarakat terhadap momentum Lebaran 2023.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menilai tren pembiayaan kuartal II 2023 masih berpeluang untuk meningkat. "Bulan April ini kalau dilihat hari kerjanya pendek banyak libur dan mudah-mudahan dengan hari kerja yang terbatas, kami melihat ada euforia karena Lebaran ini permintaan untuk pembiayaan juga meningkat," kata Hery dalam konferensi pers Bank Syariah Indonesia, Kamis (27/4/2023).
Menurut ia, masyarakat Indonesia terbiasa ingin memiliki motor baru, mobil baru, rumah baru atau melakukan renovasi rumah saat momentum Lebaran. Hal itu bisa meningkatkan belanja yang sifatnya konsumtif sebanyak dua sampai tiga kali.Â
Dengan demikian, pembiayaan dari sisi hasanah card gold, konsumer, mitraguna meningkat. Walaupun hari kerjanya pendek. "Tapi kami yakin pertumbuhan pembiayaan tetap bisa terjaga seperti bulan-bulan lalu semoga dengan hari kerja terbatas masih bisa menjaga pertumbuhan loan growth BSI dengan double digit," kata dia.
Di sisi lain, Direktur Manajemen Risiko BSI, Tiwul Widyastuti mengatakan, BSI memiliki nasabah restrukturisasi Covid-19 sekitar Rp 13,6 triliun. Dari jumlah tersebut terdapat 41,2 persen portofolio yang masih mendapat perlakuan khusus karena ketentuan baru dari OJK.Â
"Kemarin ada POJK baru, di mana terdapat perpanjangan khusus untuk sektor tertentu dan wilayah tertentu serta untuk pembiayaan UMKM. Kemudian yang sisanya 26,6 persen itu masih melanjutkan periode restrukturisasi program yang dia dapatkan dilanjutkan dengan kita tetap monitoring," kata Tiwul.Â
Ia menuturkan, terdapat 8,4 persen restrukturisasi yang telah kembali kemampuan bayarnya sehingga dikategorikan normal. Kemudian, ada 32,6 persen yang sudah berakhir tapi belum pulih sehingga perlu dilakukan restrukturisasi kembali, akan tetapi, tidak menggunakan ketentuan POJK baru melainkan program internal BSI.
"Tapi, InsyaAllah seluruh nasabah restrukturisasi baik Covid maupun non Covid well managed bahkan kita cluster itu sebagai salah satu kunci keberhasilan kita maka-nya persentase nasabah restrukturisasi terus menurun," imbuhnya.
Kinerja Keuangan Kuartal I 2023
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau disebut BSI terus menunjukkan kinerja keuangan yang solid. Pertumbuhan pembiayaan yang impresif, mencapai lebih dari 20 persen menjadi salah satu pendorong kinerja positif Bank Syariah Indonesia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja positif dan sehat sepanjang Januari-Maret 2023 didukung oleh kesinambungan yang solid antara pendanaan dan pembiayaan. Pada kuartal I 2023, perseroan berhasil mencatatkan perolehan laba bersih mencapai Rp 1,46 triliun, tumbuh 47,65 persen secara year on year (yoy).Â
"Alhamdulillah, BSI dapat menunjukkan kinerja yang bagus, meningkat tajam, solid sampai kuartal I 2023," kata Hery dalam paparan kinerja kuartal I 2023 BSI, Kamis (27/4/2023).
Dia bilang, dengan BSI meraih kinerja yang menggembirakan sepanjang kuartal I tahun ini, dan secara berkesinambungan pihaknya memperkuat fungsi intermediasi guna mendukung momentum pertumbuhan positif ekonomi. BSI mengklaim dapat menjaga keberlanjutan pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset.
Dari sisi pendanaan, BSI mampu mengoptimalisasi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dengan pencapaian sebesar Rp 269,26 triliun, tumbuh 12,88 persen secara year on year.Â
Angka ini didominasi oleh tabungan Wadiah yang mencapai Rp43,53 triliun. Saat ini total tabungan mencapai Rp 115,12 triliun dan menjadikan BSI berada di peringkat ke-5 tabungan secara nasional.Â
Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) BSI menjadi 1,97 persen, karena tabungan wadiah yang memberikan impact effisiensi pengurangan biaya bagi hasil.
Advertisement