Liputan6.com, Jakarta - PT Aldiracita Sekuritas Indonesia telah melakukan penjaminan emisi (underwriter) obligasi dan sukuk hampir senilai Rp 18,2 triliun dan meraih pangsa pasar sebesar 11,79 persen pada 2022.
Berdasarkan data Bloomberg pada Desember 2022, Aldiracita Sekuritas Indonesia telah menempati peringkat ketiga sebagai underwriter obligasi dan sukuk dengan porsi penjaminan terbesar di Indonesia, meningkat drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya menempati peringkat ke-15.
Baca Juga
"Pencapaian tersebut menempatkan PT Aldiracita Sekuritas Indonesia sebagai peringkat ketiga underwriter obligasi di tahun 2022. PT Aldiracita Sekuritas Indonesia telah memiliki kinerja yang baik pada 2022, Kami berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik dalam membantu para pelaku industri dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas di pasar modal, salah satunya penjaminan emisi efek (underwriter)," ujar Direktur Utama PT Aldiracita Sekuritas Indonesia Rudy Utomo dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (30/4/2023).
Advertisement
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total emisi obligasi dan sukuk yang berhasil dicatatkan selama 2022 adalah 117 emisi dari 73 emiten senilai Rp 147 triliun. Sementara per Maret 2023, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat oleh BEI adalah 22 emisi dari 21 emiten senilai Rp 27,46 triliun.
"Per tanggal 13 Maret 2023, PT Aldiracita Sekuritas Indonesia juga memiliki kinerja yang cukup baik di mana kami menempati peringkat pertama underwriter obligasi dengan porsi penjaminan terbesar di Indonesia, total kami meraih pangsa pasar sebesar 13,73 persen untuk penjaminan obligasi" kata Rudy.
Dia bilang, dalam upaya mempertahankan posisi sebagai salah satu underwriter unggulan di Indonesia, Aldiracita Sekuritas Indonesia berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik dalam membantu para pelaku industri dalam melaksanakan kegiatan di pasar modal, salah satunya menerbitkan obligasi dan sukuk.
Selain itu sebagai perusahaan efek, Aldiracita Sekuritas Indonesia juga akan terus berkontribusi dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi melalui aplikasi online trading milik perusahaan yang bernama STRIVE. Aplikasi tersebut diharapkan mampu terus berperan dalam meningkatkan jumlah partisipasi masyarakat dalam melakukan investasi efek.
Antarkan Satu Perusahaan IPO pada Akhir 2022
Sebelumnya, PT Aldiracita Sekuritas Indonesia berencana mengantarkan satu perusahaan untuk menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada akhir 2022.
CEO Aldiracita Sekuritas Rudy Utomo menuturkan, proses penyiapan pipeline ini bukan hal mudah. Satu perusahaan yang akan IPO tersebut nilainya sekitar Rp1 triliun – Rp1,5 triliun.
"Kalau di Aldiracita Sekuritas sendiri ada kurang lebih sebetulnya satu yang sudah menjelang yang mungkin pada akhir tahun ini akan IPO,” kata Rudy kepada awak media, dikutip Rabu (5/10/2022).
Rudy mengatakan, pihaknya sedang fokus pada rencana penerbitan obligasi sejumlah perusahaan. Ia menyebutkan, ke depan masih ada dua atau tiga perusahaan dari sejumlah sektor yang akan melakukan IPO obligasi.
“Tetapi kalau untuk penerbitan obligasi kita masih banyak sekali ada beberapa ya. Mungkin kurang lebih ada dua atau tiga (perusahaan) lagi,” kata dia.
Kemudian, besaran emisi obligasi untuk emiten yang besar sekitar Rp 1,5 triliun - Rp 2 triliun. Sedangkan, untuk emiten skala kecil sekitar Rp 500 miliar. Untuk total IPO obligasi, Rudy mengatakan, pihaknya menyiapkan sekitar Rp 3 triliun - Rp 4 triliun.
"Tapi mungkin antara Rp 3 triliun - Rp 4 triliun,” kata Rudy.
Advertisement
47 Perusahaan Antre di Pipeline IPO BEI, Dominan Aset di Bawah Rp 250 Miliar
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan tengah antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 28 April 2023, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 34 emiten itu sebesar Rp 32 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 47 perusahaan yang siap debut di Bursa.
Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclycals.
“Hingga saat ini, terdapat 47 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (29/4/2023).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 16 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 28 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Rincian sektornya adalah sebagai berikut:5 Perusahaan dari sektor basic materials
- 9 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
- 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
- 2 Perusahaan dari sektor energy
- 2 Perusahaan dari sektor financials
- 1 Perusahaan dari sektor healthcare
- 4 Perusahaan dari sektor industrials
- 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
- 5 Perusahaan dari sektor properties & real estate
- 5 Perusahaan dari sektor technology
- 5 Perusahaan dari sektor transportation dan logistik
EY Sebut IPO Indonesia Unggul di Kawasan Asia Tenggara, Ini Alasannya
Kantor akuntan publik (KAP), Ernst and Young atau dikenal sebagai EY menilai Indonesia menjadi negara yang paling aktif pada kuartal I 2023 dengan 30 penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang menghasilkan pendapatan senilai USD 828 juta atau setara Rp 12,28 triliun (asumsi kurs Rp 14.831 per dolar AS).
Selain itu, Indonesia juga konsisten mengungguli pasar IPO di tengah prospek ekonomi makro kawasan Asia Tenggara atau ASEAN yang optimistis.
EY Indonesia Strategy and Transactions Partne Sahala Situmorang mengatakan, selama empat tahun terakhir, Indonesia telah melihat total nilai emisi ekuitas meningkat dari Rp 15 triliun pada 2019 menjadi Rp 33 triliun pada 2022.
"Faktanya, pada 2022, pasar modal nasional mencatat jumlah deals terbesar dalam sejarah dengan 59 IPO, penawaran publik perusahaan teknologi GoTo menjadi yang paling terkenal dengan nilai Rp 14 triliun rupiah dalam penawaran ekuitasnya," kata Sahala dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (26/4/2023).
Dia bilang, hingga kuartal I 2023, pasar IPO Indonesia telah menyaksikan 30 IPO dengan nilai penerbitan berkisar dari USD 1,91 juta dari Mitra Tirta Buwana dan USD 596 juta dari Pertamina Geothermal.
Untuk prospek kuartal II 2023, EY melihat terlepas dari latar belakang ekonomi dan geopolitik yang tidak kondusif, terdapat secercah harapan, sejalan dengan puncak inflasi, pelemahan harga energi, dan pemulihan ekonomi Tiongkok Daratan. Akan tetapi, pekerjaan rumah untuk IPO terus bertambah karena perusahaan masih menunggu stabil dan pulihnya pasar saham sebelum memutuskan untuk melantai.
Advertisement
Strategi Menuju Profitabilitas dan Kas
Dalam kondisi inflasi yang sangat tidak terduga dan terus-menerus, investor yang sebelumnya berorientasi pada pertumbuhan dan potensi pendanaan, saat ini lebih fokus pada strategi menuju profitabilitas dan arus kas.
"Kolaborasi antar pemerintah, termasuk kerja sama dan program stock-connect, bersamaan dengan selera investor yang beragam juga dapat menyebabkan gelombang pencatatan ganda dan deals lintas negara tahun ini.Bisnis perlu menavigasi pengeluaran high-cost dan menurunkan likuiditas sedikit lebih lama," kata dia.
Begitu ada bukti pasar yang lebih stabil dengan kepastian yang lebih tinggi, kepercayaan investor akan kembali dan perusahaan terkemuka yang telah menunda rencana IPO dapat melanjutkan kembali rencananya, walaupun dengan valuasi yang lebih rendah.