Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan pembuat chip milik SoftBank Group Corp, Arm, telah mengajukan kepada regulator secara rahasia untuk pencatatan di pasar saham Amerika Serikat (AS), kata Arm pada Sabtu, 29 April 2023.
Dilansir dari CNBC, Senin (1/5/2023), saat daftarkan Initial Public Offering (IPO) menunjukkan SoftBank terus maju dengan penawaran blockbuster meskipun kondisi pasar buruk, setelah mengatakan pada Maret mereka berencana untuk mendaftarkan Arm di pasar saham AS.
Baca Juga
Arm berencana untuk menjual sahamnya di Nasdaq akhir tahun ini, berusaha mengumpulkan antara USD 8 miliar atau setara Rp 117,3 triliun hingga USD 10 miliar atau setara Rp 146,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.663 per dolar AS), kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, yang mengonfirmasi laporan Reuters sebelumnya tentang rencana IPO, Arm mengatakan ukuran dan kisaran harga penawaran belum ditentukan.
Sumber tersebut memperingatkan waktu dan ukuran IPO yang tepat tergantung pada kondisi pasar dan meminta untuk tidak disebutkan namanya karena masalah ini bersifat rahasia.
Rencana Listing Arm
SoftBank telah menargetkan listing untuk Arm sejak kesepakatannya untuk menjual perancang chip ke Nvidia tahun lalu karena keberatan dari regulator antimonopoli AS dan Eropa.
Sejak saat itu, bisnis Arm bernasib lebih baik daripada industri chip yang lebih luas berkat fokusnya pada server pusat data dan komputer pribadi yang menghasilkan pembayaran royalti yang lebih tinggi. Perusahaan mengatakan penjualan naik 28 persen pada kuartal terakhir.
IPO Arm diharapkan dapat meningkatkan kekayaan SoftBank, yang berjuang untuk membalikkan Vision Fund raksasanya, yang telah dilanda kerugian karena penurunan valuasi dari banyak kepemilikannya di perusahaan rintisan teknologi.
IPO di AS, tidak termasuk daftar untuk perusahaan akuisisi tujuan khusus, turun sekitar 22 persen menjadi total hanya USD 2,35 miliar atau setara Rp 34,4 triliun tahun ini, menurut data Dealogic, karena volatilitas pasar saham dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak calon IPO turun.
Saham Alibaba Merosot Usai SoftBank Lepas Sebagian Besar Kepemilikannya
Sebelumnya, saham Alibaba turun hampir 3 persen usai SoftBank menjual sebagian besar sahamnya di perusahaan tersebut. SoftBank diketahui telah menjual sekitar USD 7,2 miliar saham di raksasa e-commerce China melalui kontrak berjangka prabayar.
SoftBank sekarang hanya akan mempertahankan 3,8 persen saham di Alibaba, yang memiliki kapitalisasi pasar hampir USD 250 miliar. Melansir laman CNBC, Kamis (14/3/2023), baru sekitar tiga tahun lalu SoftBank mempertahankan porsi kepemilikan 25 persen atas saham Alibaba senilai lebih dari USD 100 miliar itu.
Saat itu, Alibaba adalah investasi SoftBank yang paling berharga. Namun selama bertahun-tahun, SoftBank dan Vision Fund-nya telah membukukan kerugian kuartalan yang sangat besar di tengah perlambatan di sektor teknologi yang telah memukul valuasi.
Pada Februari 2023, Vision Fund membukukan kerugian sebelum pajak sebesar 660 miliar yen Jepang atau sekitar USD 5 miliar. Pada saat itu, Pendiri sekaligus CEO Softbank Group, Masayoshi Son mengatakan SoftBank akan beroperasi dalam mode "bertahan" dan lebih "konservatif". Son menginvestasikan USD 20 juta di Alibaba pada 2000, membantu startup e-commerce itu tumbuh menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.
Pada Maret 2023, Alibaba berencana memecah perusahaan menjadi enam grup bisnis, dengan masing-masing unit dapat menerima pendanaannya sendiri dan berpotensi go public.
Langkah itu dirancang untuk membuka nilai (open velue) bagu pemegang saham dan mendorong daya saing pasar. Informasi saja, pada 2020 lalu Son mengundurkan diri dari dewan Alibaba, tak lama setelah co-founder Alibaba Jack Ma mengundurkan diri dari dewan SoftBank.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 28 April 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 28 April 2023. Indeks Dow Jones membukukan kinerja bulanan terbaik sejak Januari 2023.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (29/4/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 0,8 persen atau 272 poin ke posisi 34.098,16. Indeks S&P 500 menanjak 0,83 persen ke posisi 4.169,48. Indeks Nasdaq melesat 0,69 persen ke posisi 12.226,58. Investor analisis laba perusahaan teknologi terbaru.
Sementara itu, indeks Dow Jones ditutup naik 2,5 persen, dan mencatat penampilan bulanan terbaik sejak Januari 2023, saat rata-rata indeks berakhir naik 2,8 persen. Indeks S&P 500 mencatat kenaikan bulanan 1,5 persen, dan cetak kinerja bulanan positif dua kali berturut-turut. Sedangkan indeks Nasdaq akhiri kinerja bulanan hanya naik tipis.
Selama sepekan, indeks Nasdaq cetak kenaikan terbesar. Indeks Nasdaq membukukan kenaikan 1,3 persen. Hal ini didorong kinerja keuangan perusahaan teknologi. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing membukukan kenaikan 0,9 persen.
Lebih dari setengah perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba sejauh ini. Dari perusahaan tersebut, 80 persen telah mengalahkan harapan, berdasarkan data Facset.
“Pasar harus mengikuti laba. Itu adalah hal utama,” ujar Presiden Bolvin Wealth Management, Gina Bolvin.
Di sisi lain, saham Amazon melemah hampir 4 persen. Saat melaporkan rilis kinerja kuartal I 2023, pengecer online itu mengatakan bisnis cloud-nya melambat, meski mengalahkan harapan wall street untuk pendapatan pada kuartal tersebut.
Kinerja Saham di Wall Street
Selain itu, saham Snap anjlok 17 persen setelah kehilangan pendapatan. Saham Pinterest merosot 15,7 persen setelah mengeluarkan harapan pertumbuhan pendapatan kuartal II yang mengecewakan. Saham First Solar tergelincir lebih dari 9 persen setelah kinerja meleset dari harapan wall street untuk kuartal I 2023.
Namun, tidak semua saham teknologi turun mengikuti rilis laporan keuangan masing-masing. Saham Intel naik 4 persen setelah perusahaan semikonduktor mengalahkan perkiraan untuk pendapatan dan laba.
Adapun data yang dirilis Jumat pagi menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi naik 0,3 persen pada Maret 2023, sejalan dengan harapan ekonom. Indeks tersebut menjadi pengukur utama inflasi untuk the Federal Reserve (the Fed). The Fed bakal gelar pertemuan pekan depan.
“Laba, data ekonomi dan the Fed terus menjadi narasi investor,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan yaitu saham First Republic Bank yang bermasalah. Saham First Republic Bank merosot lebih dari 43 persen. Koreksi saham tersebut seiring kinerja keuangan perseroan. Saham First Republic Bank merosot lebih dari 97 persen sejak awal tahun.
Advertisement