Liputan6.com, Jakarta - PT Bayan Resources Tbk (BYAN) bakal membagikan dividen tunai untuk periode tahun buku 2022 sesuai dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bayan Resources yang telah dilaksanakan pada 27 April 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Rabu (3/5/2023), Bayan Resources akan membagikan sebesar USD 1,8 miliar untuk pembayaran dividen tunai, di mana sebesar USD 1 miliar atau setara dengan USD 0,030 per saham telah dibayarkan sebagai dividen tunai interim pada 5 Januari 2023 dan sebesar USD 800 juta atau setara dengan USD 0,024 per saham akan dibayarkan sebagai dividen tunai final.
Baca Juga
Sementara itu, hingga 31 Desember 2022, laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak USD 2,17 miliar, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya USD 1,81 miliar serta total ekuitas senilai USD 1,99 miliar.
Advertisement
Jadwal
Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 8 Mei 2023
Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 9 Mei 2023
Cum dividen di pasar tunai: 10 Mei 2023
Ex dividen di pasar tunai: 11 Mei 2023
Recording date: 10 Mei 2023
Pembayaran dividen: 23 Mei 2023
Gerak Saham BYAN
Pada penutupan perdagangan Selasa, 2 Mei 2023, saham BYAN susut 1,28 persen ke posisi Rp 21.225 per saham. Saham BYAN berada di level tertinggi Rp 21.825 dan terendah Rp 20.825 per saham. Kapitalisasi pasar tercatat Rp 70,75 triliun.
Kinerja Keuangan 2022
Sebelumnya, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengumumkan kinerja keuangan hingga akhir 2022. Perseroan membukukan pendapatan USD 4,70 miliar atau Rp 72,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.458 per dolar AS) naik 64,91 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 2,85 miliar.
Hingga akhir 2022, Bayan Resources mengantongi laba bersih sebesar USD 2,17 miliar atau Rp 33,67 triliun. Laba bersih perseroan meningkat 79,33 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 1,21 miliar.
Mengutip laporan keuangan Bayan Resources, Jumat (10/3/023), beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai USD 1,54 atau meningkat 40 persen dari realisasi sebelumnya sebesar USD 1,10 miliar.
Dengan demikian, laba bruto Bayan Resources melesat 81,60 persen menjadi USD 3,16 miliar pada 2022 dari USD 1,74 miliar pada 2021. Perseroan juga mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan 82,53 persen menjadi USD 2,30 miliar pada 2022 dari tahun sebelumnya USD 1,26 miliar.
Sementara itu, aset perseroan senilai USD 3,94 miliar hingga akhir 2022 naik dari akhir tahun lalu sebesar USD 2,43 miliar. Kemudian, liabilitas BYAN USD 1,95 miliar hingga akhir 2022 naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 570,80 juta.
Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar USD 1,99 miliar hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu USD 1,86 miliar.
Advertisement
Strategi Bayan Resources
Sebelumnya, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) memandang optimistis pada prospek batu bara tahun ini, Pandangan Ini disampaikan di tengah tren harga batu bara yang mulai landai tetapi relatif stabil dibandingkan tahun lalu yang sempat mencapai USD 400 per ton.
"Komoditi batu bara ada siklusnya naik turun, kuncinya adalah bagaimana menjaga ongkos produksi yang rendah. Sehingga apabila terjadi penurunan volatilitas maka berpengaruh ke revenue tapi dapat di manage dari waktu ke waktu,” kata Direktur PT Bayan Resources Tbk, Alexander Ery Wibowo dalam CNBC Economic Outlook, ditulis Rabu (1/3/2023).
Dia menyebutkan, harga batu bara newcastle tahun ini diperkirakan berkisar USD 250–300 per ton dengan asumsi kondisi pasar normal atau tidak ada anomali yang sebabkan volatilitas harga kembali tinggi. Di sisi lain, Alex mengatakan permintaan batu bara akan meningkat, didukung pembukaan ekonomi China.
"Pasarnya batu bara Indonesia adalah China, kemudian negara Asean dan luar Asean seperti Bangladesh dan India.Khusus untuk reopening China, saya pikir ada impact tapi tidak terlalu besar. Artinya (kenaikan) 2022 karena ada anomali tertentu tapi trennya naik. Tapi (tahun ini) kami harap trennya tidak naik secara volatile, tapi secara perlahan jadi lebih sehat bagi buyers maupun produsen,” imbuh Alex.
Kendala Ketersediaan Alat Berat
Memang, diakui harga maupun supply-demand saat ini belum bisa diprediksi secara tepat. Artinya seberapa cepat pemulihan ekonomi di China dan perkembangan situasi ekonomi Eropa dan geopolitik Rusia—Ukraina masih menjadi hal yang perlu dicermati. Dari sisi produksi batu bara Indonesia untuk tahun ini juga disebut tidak ada kenaikan signifikan meski permintaan diperkirakan naik.
Salah satu yang menjadi kendala adalah ketersediaan alat berat. Di mana belakangan banyak pesanan alat berat yang tertunda karena produksi di beberapa negara terganggu.
"Jadi kami pelaku industri batu bara optimis pada tahun ini. Dalam arti produksi bisa tercapai, harga relatif stabil di kisaran yang banyak di prediksi yakni USD 250—300 per ton. Dan itu akan membantu ekonomi setempat baik untuk pembangunan infrastruktur di daerah-daerah karena tidak dapat dipungkiri, industri batu bara ini dari mulai prosuksi sampai pengiriman logistiknya banyak melibatkan masyarakat sekitar,” ujar Alex.
Advertisement