Sukses

Kejar Adjusted EBITDA Positif, Bukalapak Genjot Pertumbuhan Take Rate

Bukalapak berharap take rate terus naik. Dengan pertumbuhan take rate itu, perseroan akan merealisasikan adjusted EBITDA yang positif.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com (BUKA) berencana genjot pertumbuhan take rate untuk mewujudkan adjusted EBITDA atau EBITDA penyesuaian positif.

Secara historis, adjusted EBITDA Bukalapak konsisten mencatatkan perbaikan. Di mana hingga kuartal I 2023, adjusted EBITDA tercatat sebesar -Rp 209 miliar, atau naik sebesar 44 persen YoY, di mana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1 persen pada kuartal I 2022 menjadi -0,5 persen pada kuartal I 2023. Take rate perseroan sempat turun pada kuartal III 2022.

Sebagai gambaran, take rate dapat diartikan sebagai biaya atau komisi yang dikenakan oleh pasar atas transaksi yang dilakukan oleh penjual pihak ketiga atau penyedia layanan. Take rate menjadi salah satu pemasukan bagi perusahaan berbasis teknologi.

"Kita harap take rate bisa naik terus. Kalau pada kuartal III 2022 lalu kita mengejar kontribusi margin positif. Saya enggak takut, jadi ada beberapa trimming di take rate. Tapi pertumbuhan GMV (Gross Merchandise Value)-nya tinggi saat itu. Lalu saya sadar itu keputusan salah, makanya kuartal IV balik lagi take rate nya," ujar Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bukalapak.com Tbk, Teddy Nuryanto Oetomo, Kamis (4/5/2023).

Alhasil pada akhir tahun lalu, perseroan berhasil membukukan adjusted EBITDA sebesar -Rp 235 miliar. Di mana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1 persen pada kuartal IV 2021 menjadi -0,6 persen di kuartal IV 2022.

"Meskipun Perseroan telah mencatat laba bersih pada 2022, Perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional Perseroan. Oleh karena itu, manajemen Perseroan tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja Perseroan,” kata Teddy pada pemberitaan sebelumnya.

 

 

2 dari 3 halaman

Bukalapak Catat Pendapatan Rp 1 Triliun pada Kuartal I 2023

Sebelumnya, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengumumkan kinerja keuangan kuartal I 2023 pada Jumat, (28/4/2023).

Bukalapak terus menunjukkan pertumbuhan bisnis yang positif. Bukalapak mencatat Total Processing Value (TPV) selama kuartal I 2023 tumbuh sebesar 19 persen menjadi Rp 40,5 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan YoY dari marketplace dan TPV specialty verticals.

Mengutip dari keterangan tertulis perseroan, sebanyak 72 persen TPV Perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.  

TPV Mitra Bukalapak pada kuartal I 2023 naik sebanyak 9 persen YoY menjadi Rp 18,7 triliun.  Pertumbuhan Mitra utamanya didukung oleh ekspansi varian produk, di mana pertumbuhannya meningkat sebesar 10 persen YoY untuk TPV produk-produk fisik dan tumbuh sebesar 8 persen untuk TPV produk-produk virtual dan layanan finansial dari kuartal yang sama tahun lalu. Pada akhir Maret 2023, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 16,8 juta, meningkat dari 16,1 juta pada akhir Desember 2022.

Pendapatan Bukalapak pada kuartal I 2023 tumbuh sebesar 28 persen YoY menjadi Rp 1,006 triliun YoY,  sementara pendapatan Mitra Bukalapak pada kuartal I 2023 meningkat sebesar 9 persen YoY menjadi Rp 515 miliar. Marketplace menunjukkan pertumbuhan yang kuat dengan peningkatan pendapatan sebesar 77 persen YoY menjadi Rp 517 miliar, didorong oleh specialty verticals dengan take rate yang lebih tinggi.

Perseroan terus fokus pada strateginya untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, diiringi dengan pengelolaan beban yang baik. Pada periode kuartal I 2023, rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap TPV membaik menjadi -0.8 persen dibandingkan dengan -1.0 persen pada periode yang sama tahun lalu.

 

 

3 dari 3 halaman

EBITDA Penyesuaian Bukalapak

Margin kontribusi Bukalapak, yang dihitung sebagai laba kotor dikurangi beban penjualan dan pemasaran terhadap TPV, menunjukkan peningkatan dari -0,2 persen pada TPV di kuartal I 2022 menjadi 0,3 persen terhadap TPV pada kuartal I 2023.

Margin kontribusi Marketplace Bukalapak terhadap TPV Marketplace meningkat dari 0,2 persen pada kuartal I 2022 menjadi 0,7 persen pada kuartal I 2023, sementara margin kontribusi Mitra terhadap TPV Mitra membaik dari -0,4% pada kuartal I 2022 menjadi -0,1% pada kuartal I 2023.

Bukalapak membukukan adjusted Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (“adjusted EBITDA”) sebesar -Rp 209 miliar pada kuartal I 2023 atau naik sebesar 44 persen YoY, di mana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1% pada kuartal I 2022 menjadi -0,5 persen pada kuartal I 2023.

Selanjutnya, Bukalapak membukukan rugi operasional sebesar Rp 1.177 miliar pada kuartal I 2023, atau mengalami penurunan secara YoY terutama karena pada kuartal I 2022 Perseroan mendapatkan laba yang substansial dari laba nilai investasi di PT Allo Bank Tbk. 

Oleh karena itu, Perseroan juga mencatat rugi bersih sebesar Rp 1.008 miliar pada kuartal I 2023 dari laba bersih sebesar Rp 14.549 miliar pada kuartal I 2022.

Dengan peningkatan efisiensi yang diiringi oleh pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat dengan posisi kas Perseroan, termasuk investasi lancar seperti obligasi pemerintah dan reksadana, sebesar Rp 20,3 triliun, pada akhir Maret 2023.