Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan dokumen terkait rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) masih dalam tahap penelaahan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengaku, pihaknya tengah menelaah soal IPO PHE.
Baca Juga
"Jadi untuk IPO PHE ini saat ini masih dalam proses penelaahan tentunya detail progresnya saat ini OJK belum bisa memberikan penjelasan secara detail sampai dengan izin publik diberikan," kata Inarno dalam RDK OJK, Jumat (5/5/2023).
Advertisement
Dia juga menegaskan, pihaknya belum bisa menjabarkan berapa besaran nilai yang akan dihimpun Pertamina Hulu Energi. Ini mengingat masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses IPO.
"Untuk besarannya, tentunya ini juga tidak bisa ditentukan, bookbuilding belum, kalau sudah dijalankan masih bisa berubah sebelum pernyataan efektif ditetapkan," kata dia.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir terus mendorong perusahaan BUMN untuk melantai di bursa saham, termasuk dalam rencana adalah Pertamina Hulu Energi (PHE). Dia pun memberi bocoran mengenai waktu tepat Pertamina Hulu Energi bisa mencatatkan saham perdana di pasar modal alias Initial Public Offering (IPO).
Dia menuturkan,saat ini anak usaha Pertamina itu masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebelumnya, ada Pertamina Geothermal Energi (PGE) yang lebih dulu melantai di pasar modal.
"PHE Hulu akan tetap kita dorong buat go public. Kita sedang menunggu izin dari OJK," ujarnya di Kementerian BUMN, ditulis Kamis, 4 Mei 2023.
Dia mengungkap, melantai di bursa saham menjadi salah satu alternatif pencarian dana di tengah upaya meningkatkan produksi. Baik produksi di dalam negeri maupun ekspansi ke luar negeri.
Maka, perolehan dana dari pasar modal menjadi satu opsi yang bisa dijajaki. Kendati begitu, dia menegaskan hal ini masih dalam proses.
"Itu perlu uang, itu yang akan kita sehatkan. Jangan sampai utang," tegas Erick Thohir.
Â
Susul PGE, Pertamina Hulu Energi Siap IPO pada Semester I 2023
Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) siap menyusul langkah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dalam melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).Â
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menuturkan, IPO PHE bakal digelar pada semester I 2023 dan pihaknya memiliki rencana untuk unlock value Grup Pertamina.
"Kita memang ada rencana lagi untuk melakukan IPO di subholding, khususnya energi. Untuk itu, kita mempercepat kemandirian energi karena hari ini kita masih impor sebagian crude dan juga BBM," kata Nicke dalam konferensi pers, Jumat (24/2/2023).
Dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas tersebut, dengan potensi yang ada di Indonesia baik minyak atau gas, diperlukan investasi yang besar.
"Komitmen itu kita wujudkan dan sebagian besar investasi kita diarahkan ke upstream dan kita lakukan unlock value untuk subholding upstream. Karena walaupun transisi energi tetap berjalan, tapi migas di Indonesia yang cadangannya besar, kita akan proses jadi chemical, di mana ini diperlukan dan akan terus meningkat demand-nya," ujar Nicke.
Dengan demikian, Grup Pertamina berkomitmen meningkatkan value dari subholding minyak dan gas.
"Jadi komitmen untuk meningkatkan value dari subholding oil dan gas akan kita tingkatkan," tandasnya.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk resmi tercatat dengan kode saham PGEO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat, 24 Februari 2023 dan berhasil meraup dana segar Rp 9,05 triliun dari penawaran perdana umum (initial public offering/IPO).
Â
Advertisement
47 Perusahaan Antre di Pipeline IPO BEI, Dominan Aset di Bawah Rp 250 Miliar
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan tengah antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 28 April 2023, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 34 emiten itu sebesar Rp 32 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 47 perusahaan yang siap debut di Bursa.
Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclycals.
“Hingga saat ini, terdapat 47 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (29/4/2023).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 16 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 28 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Rincian sektornya adalah sebagai berikut:5 Perusahaan dari sektor basic materials
- 9 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
- 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
- 2 Perusahaan dari sektor energy
- 2 Perusahaan dari sektor financials
- 1 Perusahaan dari sektor healthcare
- 4 Perusahaan dari sektor industrials
- 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
- 5 Perusahaan dari sektor properties & real estate
- Â 5 Perusahaan dari sektor technology
- 5 Perusahaan dari sektor transportation dan logistik