Liputan6.com, Jakarta - The Federal Reserve (the Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun dengan suku bunga utamanya sebesar 0,25 persen. Pergerakan tersebut telah mendorong suku bunga acuan the Fed antara 5 persen dan 5,25 persen.Â
Lantas, bagaimana dampak kenaikan suku bunga the Fed terhadap pasar modal Indonesia?
Baca Juga
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan, sebenarnya pasar tidak perlu heran dengan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps ini pada rapat the Fed. Lantaran, kenaikan tersebut telah sesuai dengan ekspektasi pasar dan pasar sudah mengantisipasi ini sejak beberapa minggu yang lalu.Â
Advertisement
"Berdasarkan data dari CME FedWatch Tool pasar sudah melihat kemungkinan the Fed akan menaikan suku bunga sebesar 25 bps dengan probabilitas atau kemungkinan di atas 85 persen, ini data pada April 30," kata Arjun kepada Liputan6.com, Sabtu (6/5/2023).
Menurut ia, kemungkinan potensi kenaikan suku bunga pada tahun ini cukup minim. Berdasarkan konsensus pasar, bahkan pada akhir tahun ada kemungkinan besar the Fed akan mulai menurunkan suku bunga berdasarkan konsensus dan forecast pasar tersebut. Dengan demikian, ia menilai dampak kenaikan suku bunga terhadap pasar modal Indonesia begitu sedikit.Â
"Dampak nya minim karena kenaikan ini sudah di priced in oleh pasar sejak beberapa minggu. Dampak tidak positif atau negatif malah netral karena kenaikkan ini wajar biar the Fed bisa mengendalikan tingkat inflasi di AS yang masih tinggi dan diluar kisaran target mereka," kata dia.
Sentimen Suku Bunga
Selain itu, ia menyebut, Bank Indonesia sudah mengeluarkan pernyataan tingkat suku bunga saat ini sudah sesuai rencana BI untuk mengendalikan inflasi. Jadi, kemungkinan BI akan menaikan tingkat suku bunga tahun ini lebih lanjut hampir tidak ada alias nol.
"Kita sudah tidak berada di rezim kenaikan suku bunga bahkan pasar melihat tingkat acuan suku bunga sudah sudah peak di beberapa negara. Ini ini general akan memberi sentimen positif kepada pasar saham terutama pasar saham di emerging markets. Untuk pasar saham domestik saya bullish terhadap sektor perbankan dan konsumen primer tahun ini," kata Arjun.
Dia bilang, pihaknya melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalahkan ekspektasi pasar yang sebesar 4,95 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 5,03 persen. Ini bisa menjadi penopang berikutnya untuk menarik investor untuk menempatkan dana mereka di Bursa Efek Indonesia (BEI).Â
"Selain itu kita bisa berharap jumlah investasi dari investor asing juga akan terus meningkat karena data positif tersebut serta data inflasi dan data makroekonomi yang lain yang menunjukkan kekuatan fundamental domestik," kata dia.
Â
Sentimen yang Picu IHSG Melemah pada 5 Mei 2023
Meski demikian, ia menyebut, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumat, 5 Mei 2023 disebabkan oleh pasar global yang juga sedang turun. Lantaran, ada sentimen negatif dari kebankrutan First Republic yang mengakibatkan investor untuk melakukan panic selling alias aksi jual.
Pada penutupan perdagangan Jumat pekan ini, IHSGÂ anjlok 0,82 persen ke posisi 6.787,63. Indeks LQ45 terpangkas 0,76 persen ke posisi 945,04. Mayoritas indeks acuan melemah. Pada perdagangan Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.851,58 dan terendah 6.733,77.
Menurut ia, pasar domestik bisa mulai rebound pekan depan karena bursa saham domestik sudah terkoreksi lumayan dalam sejak beberapa hari dari puncaknya nya pada 27 Maret 2023.Â
"Sekarang IHSG berada di level support jadi kemungkinan pekan depan bisa rebound. Saya prediksi IHSG bisa balik ke level 6.960 dalam beberapa pekan," kata dia.
Bagi investor, Arjun merekomendasikan saham BMTR untuk dipertimbangkan dengan target harga Rp 300 per saham dan harga support Rp 278 per saham.
Advertisement
Rekomendasi Saham
Head of Research Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menuturkan, dampak kenaikan suku bunga the Fed memang membuat investor lebih melihat ke pasar AS.Â
Dia menyebut, yang tidak diuntungkan secara langsung memang perusahaan-perusahaan yang memiliki hutang FX. Namun, ia melihat Rupiah justru menguat, karena investor juga melihat kenaikan suku bunga the Fed akan menyebabkan perlambatan atau berpotensi resesi di AS.
"Kalau secara langsung, saham di Indonesia, kita melihat penguatan Rupiah akan positif ke saham-saham yang memiliki hutang USD seperti ICBP dan lainnya," kata Agus.
Di sisi lain, Agus melihat IHSG masih bisa naik ke level 7300-7500 pada akhir tahun ini.
"Dalam kondisi ini, di mana kita melihat kondisi domestik masih bagus kita lihat ke large cap," katanya.
Bagi para investor, Agus merekomendasikan saham BBRI, BMRI, TLKM, dan ICBP untuk dipertimbangkan.
Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi menuturkan, kenaikan suku bunga the Fed sesuai dengan ekspektasi pasar. Akan tetapi, dengan fokus saat ini tentang ketidakstabilan di ekonomi global, kemungkinan terjadi pengurangan pengetatan kuantitatif dari the Fed.
"Selain dari hanya melihat kenaikan the fed secara historical, kita lebih melihat outlook bahwa the Fed sudah hampir mencapai titik tertinggi, langkah selanjutnya, sampai kapan the Fed akan maintain suku bunga tinggi tersebut, ini tergantung dari kondisi ekonomi global," kata dia.
Dia menjelaskan, jika semakin jelas bahwa kondisi ekonomi global melemah, terdapat potensi penurunan suku bunga the Fed dan ini akan menguntungkan bagi sektor konsumer dan pertambangan.
Â
Penutupan IHSG pada 5 Mei 2023
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,03 persen pada kuartal I 2023 belum mampu angkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat, (5/5/2023).
Mengutip data RTI, IHSG anjlok 0,82 persen ke posisi 6.787,63. Indeks LQ45 terpangkas 0,76 persen ke posisi 945,04. Mayoritas indeks acuan melemah. Pada perdagangan Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.851,58 dan terendah 6.733,77.
Sebanyak 374 saham melemah sehingga menekan IHSG. 151 saham menguat dan 197 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.140.580 kali dengan volume perdagangan 16,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.677.
Mayoritas indeks sektor saham (IDX-IC) merosot kecuali indeks sektor saham keuangan naik 0,23 persen dan sektor saham transportasi bertambah 0,30 persen. Sementara itu, sektor saham energi melemah 1,62 persen, sektor saham basic tergelincir 2,18 persen. Sedangkan sektor saham industri merosot 2,20 persen, dan catat koreksi terbesar.
Adapun sektor saham nonsiklikal susut 0,22 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,06 persen, sektor saham kesehatan merosot 1,16 persen, sektor saham properti susut 0,07 persen, sektor saham teknologi tergelincir 1,04 persen, dan sektor saham infrastruktur terpangkas 0,53 persen.
Advertisement
Penutupan Bursa Saham Asia pada 5 Mei 2023
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 5 Mei 2023. Bursa saham Asia yang beragam ini seiring kekhawatiran krisis perbankan Amerika Serikat kembali menyala di wall street.
Kekhawatiran krisis perbankan tersebut juga membawa tiga indeks acuan melemah dalam empat hari berturut-turut.
Mengutip CNBC, di Australia, indeks ASX 200 naik 0,37 persen ke posisi 7.220. Pergerakan indeks saham acuan itu didorong sentimen investor mencerna pernyataan Reserve Bank of Australia mengenai kebijakan moneter.
Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,38 persen, memimpin kenaikan di wilayah tersebut. Di China, indeks Shanghai melemah 0,48 persen ke posisi 3.334,5 dan indeks Shenzhen terpangkas 0,83 persen ke posisi 11.180,87.
Sementara itu, indeks  Caixin Services Purchasing Managers pada April 2023 turun menjadi 56,4 dari pembacaan pada Maret di posisi 57,8, tetapi masih masuk tahap ekspansi. Sementara itu, PMI manufaktur Caixin jatuh ke wilayah kontraksi.
Adapun bursa saham Jepang dan Korea Selatan libur pada Jumat pekan ini. Di Amerika Serikat, wall street kompak tertekan pada perdagangan Kamis pekan ini. Indeks Dow Jones melemah 0,86 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,72 persen dan indeks Nasdaq merosot 0,49 persen. Dengan indeks saham acuan yang melemah pada perdagangan Kamis pekan ini membawa indeks Dow Jones berbalik arah melemah 0,06 persen.