Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI mencatatkan penyaluran kredit dan pembiayaan di seluruh segmen dengan total Rp 1.180 triliun pada kuartal I 2023, tumbuh positif 9,7 persen dari periode yang sama pada 2022.
Head of Investor Relations BRI, Rustarti Suri Pertiwi mengungkapkan, pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan masih didorong dari segmen mikro.
Baca Juga
“Jadi mikro segmen bisa tumbuh 11,2 persen year on year dan ini dari bank only sendiri mikronya itu tumbuh sekitar 9,8 persen. Lainnya didorong dari dua sektor BRI yang baru yaitu Pegadaian yang tumbuh 12 persen dan PNM tumbuh 24 persen year on year,” kata Rustarti dalam webinar Indonesia Investment Education (IIE), Sabtu (6/5/2023).
Advertisement
Sedangkan dari segmen konsumen, pinjaman BRI bisa tumbuh hingga 13,7 persen secara tahun ke tahun. Salah satu pendorongnya dari kredit kendaraan yang disalurkan oleh perusahaan anak BRI yaitu BRI Finance.
Adapun dari segi Net Interest Margin (NIM) BRI pada kuartal pertama 2023 berada di 7,82 persen tumbuh 0,10 persen year on year.
Rustarti menjelaskan credit cost BRI membaik, dari semula 2,78 persen pada kuartal I 2022 menjadi 2,39 persen di akhir kuartal I 2023. Sedangkan untuk Non Performing Loan (NPL) Coverage mencapai 282,49 persen.
Adapun BRI berhasil meraup laba bersih pada kuartal I 2023 mencapai Rp 15,56 triliun, naik 27,37 persen dari kuartal yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sedangkan dari sisi aset, BRI mencetak pertumbuhan 10,6 persen secara tahunan menjadi Rp 1822,97 triliun.
Target Pertumbuhan BRI pada 2023
Rustarti menuturkan, BRI telah menentukan panduan atau parameter yang harus dicapai BRI sepanjang 2023. Beberapa di antaranya adalah pertumbuhan pinjaman pada 2023 harus tumbuh sekitar 10-12 persen.
“Saat ini berada di 9,7 persen, tetapi kita lihat pendorongnya memang masih dari segmen yang kita harapkan seperti mikro dan konsumer yang masih bisa tumbuh hingga double digit. Hingga akhir tahun kita masih optimis, target ini bisa tercapai,” jelas Rustarti.
Kemudian untuk Credit Cost, BRI menargetkan pada 2023 bisa berada pada persentase 2,2 persen hingga 2,4 persen.
“Saat ini berada di 2,39 persen. Kita ekspektasi lebih ke 2,2 persen bukan ke 2,4 persen, tapi bahkan bisa lebih baik dari 2,2 persen,” pungkas Rustarti.
Advertisement
BRI Kantongi Restu Buyback Saham Rp 1,5 Triliun
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyetujui pembelian kembali saham perseroan (buyback) sebanyak Rp1,5 triliun.
"Buyback ini tujuannya untuk meningkatkan (rasio) kepemilikan saham BBRI oleh pekerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan sense of ownership pekerja terhadap BRI dan mendorong kontribusi pekerja BRI agar lebih optimal,” kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers, Senin (13/3/2023).
Selain itu, BRI juga memberikan dividen tunai untuk laba tahun buku 2022 sebanyak Rp 43,49 triliun atau 85 persen dari total laba bersih. Dengan demikian, BRI memberikan dividen setara Rp 288 per saham. Sunarso menuturkan, pemerintah selaku pemegang saham mayoritas akan mendapatkan dividen sebanyak Rp 23,15 triliun.
"Porsi kepemilikan pemerintah di BRI itu 53,19 persen, maka dari total yang dibagikan Rp 43 triliun itu negara kebagian Rp 23,15 triliun," kata Sunarso.
Alhasil, sisa dividen sebanyak Rp20 triliun bakal diberikan kepada investor ritel dari BRI. Dalam kesempatan yang sama, ia bilang, pihaknya berkomitmen akan memberikan dividen di atas 70 persen dari total raihan laba bersih.
Kinerja Keuangan BRI
"3-4 tahun ke depan laba BRI layak dibagikan dalam bentuk dividen. Realisasinya 80 atau stabil 85 persen itu jawabannya. Tahun-tahun ke depan dividend payout ratio di atas 70 persen," kata dia.
Grup BRI berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun atau tumbuh 67,15 persen secara year on year dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18 persen yoy menjadi Rp 1.865,64 triliun. BOPO tercatat 69,10 persen, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54 persen.
Rasio CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25 persen pada akhir 2021 menjadi 48,16 persen di akhir 2022 dan CIR semula 48,56 persen menjadi 47,38 persen, yang artinya semakin efisien.
Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Dampaknya, Bank Rakyat Indonesiaberhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78 persen di akhir 2021 menjadi 2,55 persen pada akhir 2022.
Advertisement