Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menghijau pada perdagangan saham Senin, (15/5/2023). Pergerakan IHSG pada awal pekan ini dipengaruhi harga batu bara global yang melemah dan rilis data neraca perdagangan Indonesia pada April 2023.
Dikutip dari data RTI, IHSG naik tipis 0,06 persen ke posisi 6.711,74. Indeks LQ45 menguat 0,30 persen ke posisi 934,99. Sebagian besar indeks acuan kompak menghijau.
Baca Juga
Pada awal sesi perdagangan, IHSG menguat. Kemuian berbalik arah melemah hingga perdagangan sesi kedua. Namun, memasuki penutupan perdagangan, IHSG berbalik arah ke zona hijau.
Advertisement
Awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.729,30 dan terendah 6.656,64. Sebanyak 294 saham melemah sehingga menekan IHSG. 241 saham menguat dan 209 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.250.427 kali dengan volume perdagangan 19,4 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 10,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.821.
Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham basic menguat 0,08 persen, sektor saham industri mendaki 0,15 persen, sektor saham nonsiklikal menguat 1,5 persen, dan catat penguatan terbesar pada Senin, 15 Mei 2023.
Selain itu, sektor saham siklikal bertambah 0,61 persen, sektor saham kesehatan menanjak 1,48 persen,sektor saham infrastruktur menanjak 0,13 persen dan sektor saham transportasi menguat 0,12 persen.
IHSG Alami Technical Rebound
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG kembali berbalik arah menghijau merupakan technical rebound. IHSG sempat melemah sesuai prediksi seiring IHSG masih rawan koreksi sekalis menutup gap yang berada di rentang 6.691-6.698.
Sektor Energi Bebani IHSG
Herditya menambahkan sektor saham energi menjadi pemberat pergerakan IHSG hari ini. Hal ini karena dipengaruhi pergerakan harga batu bara global yang masih terkoreksi. Sentimen global ini juga yang lebih dominan menekan IHSG selama sesi perdagangan.
“Di sisi lain, sentimen global seperti debt ceiling Amerika Serikat dan potensi krisis likuditas Amerika Serikat masih menjadi kekhawatiran para pelaku pasar,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Sedangkan data neraca perdagangan yang mencatat hasil surplus selama 36 bulan berturut-turut menurut Herditya tidak terlalu berdampak ke IHSG. "Harga komoditas khususnya batu bara masih bergerak koreksi,” ujar dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengungkapkan, nilai surplus per April 2023 mencapai USD 3,94 miliar.
"Kita dapat analisia bahwa pada April 2023 neraca perdagangan barang kembali mencatat surplus sebesar USD 3,94 miliar. Neraca perdagangan Indonesia sampai April 2023 ini mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar dia dalam konferensi pers, Senin, 15 Mei 2023.
Imam menyebut angka yang dicatat per April 2023 ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Meskipun angkanya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan April 2022.
Advertisement
Top Gainers-Losers pada Senin 15 Mei 2023
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham SMIL melonjak 34,81 persen
- Saham OKAS melonjak 34,07 persen
- Saham PGUN melonjak 24,76 persen
- Saham ECII melonjak 23,29 persen
- Saham HITS melonjak 18,42 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham HAJJ terpangkas 9,96 persen
- Saham KLIN terpangkas 8,33 persen
- Saham AWAN terpangkas 6,98 persen
- Saham PTMP terpangkas 6,95 persen
- Saham HALO terpangkas 6,93 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BBRI senilai Rp 681,7 miliar
- Saham TLKM senilai Rp 448,8 miliar
- Saham BBCA senilai Rp 445,9 miliar
- Saham MDKA senilai Rp 416,8 miliar
- Saham GOTO senilai Rp 410,8 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham PTMP tercatat 42.920 kali
- Saham FUTR tercatat 30.277 kali
- Saham ELIT tercatat 27.439 kali
- Saham SMIL tercatat 25.833 kali
- Saham HALO tercatat 25.579 kali
Bursa Saham Asia Pasifik Menguat pada Senin 15 Mei 2023
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Senin, 15 Mei 2023 bahkan ketika dua dari tiga indeks utama Amerika Serikat mencatat penurunan dalam dua minggu berturut-turut, dipicu oleh kekhawatiran atas plafon utang Amerika Serikat dan data ekonomi yang mengecewakan.
Dikutip dari CNBC, mata uang Thailand Baht menguat terhadap dolar Amerika Serikat karena partai oposisi negara itu akan mengamankan kemenangan dalam pemilihan umum (pemilu), mengakhiri hampir satu dekade pemerintahan konservatif yang didukung oleh militer.
Indeks saham acuan Thailand menguat 0,3 persen pada pembukaan perdagangan Senin, 15 Mei 2023. Namun, indeks acuan Thailand susut 0,92 persen. Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand tumbuh 2,7 persen YoY, lebih dari yang diharapkan.
Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin kenaikan di Asia Pasifik dengan bertambah 1,62 persen. Bursa saham China juga kompak menguat. Indeks Shenzhen naik 1,57 persen ke posisi 11.178,62 dan indeks Shanghai mendaki 1,17 persen ke posisi 3.310,74.
Indeks Nikkei Jepang naik 0,81 persen ke posisi 29.626,34. Indeks Topix mendaki 0,88 persen ke posisi 2.114,85. Indeks ASX 200 menguat 0,14 persen ke posisi 7.267,1.
Di Korea Selatan, bursa saham bervariasi. Indeks Kospi naik 0,16 persen ke posisi 2.479,35. Indeks Kosdaq merosot 0,96 persen ke posisi 814,53.
Pada Jumat pekan lalu, di Amerika Serikat, pada penutupan perdagangan wall street, tiga indeks acuan melemah. Indeks Nasdaq susut 0,35 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,16 persen dan indeks Dow Jones merosot 0,03 persen.
Selama sepekan, indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing turun 0,29 persen dan 1,11 persen. Namun, indeks Nasdaq naik 0,4 persen.
Advertisement