Liputan6.com, Jakarta - Kesadaran masyarakat untuk investasi di pasar modal mulai tinggi. Terbukti dari jumlah investor individu yang terus naik, utamanya sejak pandemi COVID-19.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal hingga April 2023 mencapai 10,88 juta SID. Angka itu naik 5,54 persen dari posisi akhir tahun lalu sebanyak 10,31 juta. Jumlah investor mahasisini juga naik signifikan dibanding posisi 2020 lalu yang hanya tercatat sebanyak 3,88 juta SID.
Baca Juga
Dari sisi usia, investor muda di bawah 30 tahun mendominasi 58 persen. Disusul kelompok usia 31-40 tahun sebesar 22 persen, 41-50 tahun 11,05 persen, 51-60 tahun 5,29 persen, dan usia di atas 60 tahun sebesar 2,81 persen. Investor kelompok usia di bawah 30 tahun termasuk pelajar dan mahasiswa.
Advertisement
Namun, dari sisi pekerjaan, investor dari kalangan pelajar andil 22,81 persen, menjadi yang paling sedikit dibandingkan profesi lain. Meski begitu, tumbuhnya kesadaran untuk investasi sedini mungkin perlu mendapat apresiasi. Bagi pelajar, mahasiswa, atau generasi muda lainnya tak perlu khawatir jika ingin memulai investasi.
Sebab, Bursa Efek Indonesia (BEI) menawarkan kemudahan investasi dengan modal minim, di mana calon investor bisa melakukan sedikitnya 1 lot saham yang terdiri dari 100 lembar saham. Namun, ada beberapa hal yang perlu dicatat sebelum calon investor mengambil keputusan investasinya.
Pertama, pelajari seluk beluk pasar modal. Memang, ada beberapa orang yang lebih mengerti sembari melakukan percobaan. Anda bisa memulai investasi dalam jumlah kecil sembari mengamati cara kerja pasar modal. Setelah dirasa cukup mengerti, Anda bisa perlahan menambah portofolio saham.
Beberapa akan mengamati dari sisi teknikal atau pergerakan harga saham. Beberapa lainnya mungkin akan memilih untuk mempertimbangkan kondisi fundamental perusahaan hingga kondisi makro ekonomi. Namun, tak ada salahnya Anda mengkombinasikan dua teknik tersebut untuk mendapatkan strategi investasi yang menguntungkan. Perlu diingat, imbal hasil investasi berbanding lurus dengan risiko.
Semakin besar potensi imbal hasil, maka semakin besar pula potensi risiko yang akan dihadapi. Untuk itu, pemula sebaiknya pertimbangkan untuk berinvestasi dalam jangka panjang dengan imbal hasil moderat atau sedang.
Sebagai pemula, mungkin Anda bingung saham apa yang ingin dibeli dengan modal minim. Anda bisa mencoba untuk mengerucutkan tujuan membeli saham. Misalnya, pembelian awal dimaksudkan untuk mempelajari cara kerja pasar, maka Anda bisa memilih saham dengan harga murah.
Â
Pertimbangan Investasi
Setelah cukup paham, Anda bisa mempertimbangkan investasi jangka panjang dengan menyasar saham perusahaan besar atau blue chip. Saham blue chip adalah saham perusahaan yang sudah mapan dan sehat dari segi finansial maupun fundamental.
Perusahaan dalam kategori ini memiliki kapitalisasi besar dan tergolong konsisten menyampaikan laporan keuangannya. Beberapa saham blue chip yang bisa dipertimbangkan, antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), hingga PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Daftar saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) terakhir mengalami perubahan pada 1 Februari 2023. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45. Lebih lanjut, berikut daftar saham blue chip di BEI untuk periode Februari-Juli 2023:
1.PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
2.PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
3.PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
4.PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
5.PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
6.PT Bank Jago Tbk (ARTO)
7.PT Astra International Tbk (ASII)
8.PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
9.PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
10.PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
11.PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
12.PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
13.PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)
14.PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
15.PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)
16.PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
17.PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
18.PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
19.PT XL Axiata Tbk (EXCL)
20.PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
21.PT Harum Energy Tbk (HRUM)
22.PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
23.PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
24.PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
25. PT Indika Energy Tbk (INDY)
26.PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP)
27.PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
28.PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
29.PT Jafpa Comfeed Tbk (JPFA)
30.PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
31.PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
32.PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
33.PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
34. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
35.PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
36.PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
37.PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
38.PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)
39.PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
40.PT Timah Tbk (TINS)
41.PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
42.PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
43. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
44.PT United Tractors Tbk (UNTR)
45.PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Advertisement
Strategi Investasi Saham saat Isu Global Membayangi
Sebelumnya, di tengah ancaman resesi saat ini, terdapat beberapa cara bagi para investor untuk tetap bijak dalam melakukan investasi saham. Pelaku pasar modal menjelaskan, sebaiknya investor tetap berpedoman pada fundamental dan teknikal di tengah kondisi ketidakpastian seperti saat ini.Â
Co-Founder Syariah Saham, Ady Nugraha mengingatkan investor agar jangan sampai isu resesi malah mengacaukan sistem trading atau psikologis trading.Â
Dengan demikian, Ady pun memberikan langkah sederhana dalam mengatur uang, seperti menetapkan level risiko per bulan (RPB) yang siap ditanggung. Selain itu, menentukan risk per Trade (RPT) dalam setiap rencana trading.
Kemudian, ada titik beli (TB), stop loss (SL), dan take profit (TP) dan juga menghitung range. Terakhir, menetapkan jumlah lotnya dan besaran modal.Â
“Itu menghilangkan sifat gharar dan spekulasi, membuat kita ‘terjaga’ di masa resesi yang diwarnai ketidakjelasan seperti saat ini," kata Ady dalam keterangan resminya, ditulis Selasa (17/1/2023).
Sebelumnya, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama dua pekan pertama 2023 dapat dijadikan momentum bagi investor untuk berburu diskon saham-saham dengan fundamental baik.
Technical Analyst House of Traders Community, Handi Erawan mengatakan, pasar yang melemah tidak selalu berarti jelek. Namun, kondisi itu justru menjadi momentum untuk membeli saham-saham dengan fundamental baik dengan harga murah.
Membuka tahun ini, IHSG menunjukkan tren melemah dan untuk kesekian kalinya menguji level support. Namun, Handi menilai IHSG memiliki peluang kembali ke level 7.000-an seperti tahun lalu.
"Beberapa saham penggerak IHSG bisa kita manfaatkan momentumnya," kata Handi dalam keterangan resminya.
Â
Â