Sukses

Nusantara Infrastructure Absen Tebar Dividen 2022

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) memutuskan tidak membagikan dividen 2022 lantaran sedang mengembangkan usaha.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten infrastruktur Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) memutuskan tidak membagikan dividen tunai 2022. Ini mengingat, perseroan bakal melakukan pengembangan usaha

Direktur Utama Nusantara Infrastructure Muhammad Ramdani Basri mengatakan, pihaknya memutuskan untuk tidak membagikan dividen. Sebab, dana tersebut akan dialokasikan untuk proyek yang akan datang.

"Kita ini sekarang punya proyek yang lebih besar lagi dari yang kita akuisisi MBZ jadi kita perlu pengembangan usaha. Jadi kita tidak bisa bagikan dividen sekarang karena kita (laba tahun 2022) akan gunakan lagi untuk proyek kita yang akan datang ya," kata Ramdani saat ditemui di Pacific Place, Rabu (24/5/2023).

Menurut ia, laba tahun buku 2022 bisa dibilang masih belum cukup untuk mendanai proyek. Adapun, proyek Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Elevated Ruas Cikunir - Ulujami yang akan dibagun perseroan senilai Rp 21 triliun.

"Jadi tadi keuntungan tahun lalu pun masih kurang karena proyek kita yang baru ini kan relatif besar Rp 21 triliun ya kan," kata dia.

Selain itu, ia juga masih membuka opsi untuk mendapatkan pendanaan dalam pembangunan tol Cikunir - Ulujami. Misalnya, equity, pinjaman bank, penerbitan obligasi, private placement maupun rights issue.

Dengan demikian, perseroan akan meningkatkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) apabila dibutuhkan karena menyesuaikan dengan proyek yang akan digarap. Sebagaimana diketahui, Nusantara Infrastructuretelah menyiapkan belanja modal Rp1,6 triliun untuk pembangunan jalan tol.

Di sisi lain, dia bilang, biasanya satu proyek yang digarap perseroan membutuhkan waktu 4-5 sampai dengan 6 tahun. 

"Kita satu proyek dikerjakan 5-6 tahun atau 4 tahun ya kan di awalnya sudah harus kita siapkan (dana) sampai proyek itu selesai," kata dia.

 

2 dari 5 halaman

Kinerja Keuangan 2022

Sebelumnya, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mencatatkan kinerja positif hingga akhir 2022. Perseroan membukukan pendapatan dan penjualan Rp 1,4 triliun meningkat 99,83 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 844,78 miliar.

Mengutip laporan keuangan Nusantara Infrastructure, ditulis Kamis (6/4/2023), beban langsung dan pokok penjualan hingga akhir 2022 mencapai Rp 821,07 miliar atau naik 87,24 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 438,50 miliar.

Dengan demikian, laba bruto Nusantara Infrastructure melesat 43,07 persen menjadi Rp 581,29 miliar pada 2022 dari Rp 406,28 miliar pada 2021.

Perseroan juga mencatatkan kenaikan laba usaha 84,49 persen menjadi Rp 278,18 miliar pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 150,78 miliar.

Hingga akhir 2022, Nusantara Infrastructure mengantongi laba bersih sebesar Rp 72,43 miliar.

Laba bersih perseroan melonjak 1,111 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,98 miliar.

Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 11,15 triliun hingga akhir 2022 naik dari akhir tahun lalu sebesar Rp 6,58 triliun. Kemudian, liabilitas META Rp 7,67 triliun hingga akhir 2022 naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,22 triliun.

Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 3,48 triliun naik hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 3,36 triliun.

 

3 dari 5 halaman

Lepas Kepemilikan Saham di Intisentosa Alambahtera

Sebelumnya, emiten infrastruktur Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) melalui anak usahanya PT Portco Infranusantara (PORTCO) resmi menyelesaikan divestasi saham PT Intisentosa Alambahtera (ISAB) pada 10 Maret 2023.

Sekretaris Perusahaan Nusantara Infrastructure Dahlia Evawani menuturkan, PT Portco Infranusantara menjual saham kepada PT LDC Indonesia (LDCI) sebanyak 60.174 saham atau mewakili 39 persen saham yang ditempatkan dan disetor dalam ISAB.

"PORTCO adalah adalah pemilik dan pemegang 60.174 lembar saham atau sebesar 39 persen saham dalam ISAB yang merupakan pemegang konsesi dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) untuk pembangunan dan pengoperasian terminal kargo kering dan basah di Pelabuhan Panjang, Lampung, dengan menggunakan dan mengelola lahan tambahan untuk pelayanan penyimpanan tangki," tulis Dahlia dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/3/2023).

Adapun, nilai transaksi yang dibayarkan oleh LDCI kepada PORTCO sebesar Rp 87,95 miliar atau setara dengan USD 5,7 juta, tunduk pada syarat-syarat sebagaimana diatur dalam akta pengalihan saham.

Pada tanggal yang sama, ISAB telah melakukan pembayaran kembali secara penuh atas pinjaman pemegang saham kepada PORTCO senilai Rp 34,38 miliar atau setara dengan USD 2,22 juta.

Dengan demikian, dari transaksi tersebut Nusantara Infrastructure berhasil mendapatkan dana sebanyak Rp 122,33 miliar atau setara USD 7,9 juta.

"Perseroan yakin bahwa pelaksanaan transaksi tidak akan memberikan dampak negatif yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha dan pertumbuhan perseroan secara material, karena hingga saat ini Perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang memadai untuk menjalankan kegiatan operasional perseroan," pungkasnya.

 

 

4 dari 5 halaman

Belanja Modal 2023

Sebelumnya, emiten pengelola jalan tol milik Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 1,6 Triliun pada 2023.

Head of Corporate Communication & CSR Indah D.P. Pertiwi menuturkan, pihaknya menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1,6 triliun pada 2023. Belanja modal tersebut berasal dari ekuitas sebesar 30 persen dan sisanya dari pendanaan (funding) sebesar 70 persen.

"META menganggarkan sekitar Rp 1,6 triliun untuk 2023 ini dengan persentase 70 persen funding dan 30 persen equity, yang sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan jalan tol," kata Indah saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (23/2/2023).

Dia bilang, saat ini Nusantara Infrastructure sedang dalam proses tender untuk proyek Jakarta Outer Ring Road (JORR Elevated) Cikunir - Ulujami. Selain itu, untuk proyek sektor air dan energi, sementara ini masih dalam proses pengembangan.

"Saat ini (proyek JORR Elevated) secara konsorsium META bekerja sama dengan PT Adhi Karya (Persero) (ADHI) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST)," kata dia.

Di sisi lain, Nusantara Infrastructure juga tengah mengkaji terkait peluang di Ibu Kota Negara (IKN) baru. "Namun, Perseroan secara aktif mencari berbagai peluang proyek sesuai dengan pilar bisnisnya di tiga sektor utama yaitu jalan tol, pengelolaan air bersih dan energi terbarukan," ujar dia.

5 dari 5 halaman

Lepas Saham Anak Usaha di Pelabuhan

Sebelumnya, emiten pengelola jalan tol milik Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) melepas kepemilikan saham alias divestasi melalui anak usahanya yang bergerak di bidang bisnis pelabuhan PT Portco Infranusantara.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (11/2/2023) PT Portco Infranusantara meneken penandatanganan perjanjian jual beli saham bersyarat dengan PT LDC Indonesia yang menjadi pembeli.

Penandatanganan ini ditujukan untuk rencana penjualan 60.174 saham atau mewakili 39 persen dari saham yang ditempatkan dan disetor Portco dalam PT Intisentosa Alambahtera. 

Sebagaimana diketahui, Portco merupakan perusahaan induk dan pemegang saham untuk seluruh unit usaha kepelabuhan di Nusantara Infrastructure.

Perusahaan tersebut memiliki 39 persen saham Intisentosa Alambahtera selaku pemegang konsensi dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dalam pembangunan dan pengoperasian terminal kargo kering dan basah di Pelabuhan Panjang, Lampung. 

Selain itu, Intisentosa Alambahtera turut menggunakan dan mengelola lahan tambahan untuk pelayanan penyimpanan tangki.

“Nilai transaksi yang harus dibayar oleh LDC kepada Portco untuk transaksi ini adalah sebesar USD 5,7 juta, tunduk pada syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pada perjanjian jual-beli saham bersyarat,” tulis Sekretaris Perusahaan Nusantara Infrastructure, Dahlia Evawani, ditulis Jumat (10/2/2023).

Melalui aksi tersebut, transaksi penjualan saham Portco terhadap LDC setara dengan Rp 86,53 miliar (asumsi kurs Rp 15.182 per dolar AS).

"Perseroan yakin bahwa pelaksanaan transaksi tidak akan memberikan dampak negatif yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha dan pertumbuhan Perseroan secara material, karena hingga saat ini Perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang memadai untuk menjalankan kegiatan operasional Perseroan," kata dia.