Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,02 persen ke posisi 6.687 pada 22-26 Mei 2023. Koreksi IHSG didorong sektor saham teknologi dan energi yang berkontribusi masing-masing minus 5,33 persen dan 3,34 persen.
Demikian dikutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (28/5/2023). Pada pekan ini, Bank Indonesia (BI) mengindikasikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di kisaran 4,5 persen-5,3 persen pada 2023.
Baca Juga
Namun, ada kekhawatiran yang berkembang atas terhentinya pemulihan ekonomi Amerika Serikat akibat dampak dari pengetatan kebijakan moneter seiring dengan peningkatan risiko pada volatilitas sistem keuangan dari potensi krisis plafon utang Amerika Serikat.
Advertisement
Bagaimana pasar modal Indonesia?
Aliran dana investor asing mengalir ke pasar modal Indonesia mencapai Rp 18,87 triliun year to date (Ytd) hingga 25 Mei 2023. Pada sisi lain, aliran dana investor asing mengalir ytd ke obligasi Indonesia sebesar Rp 67,45 triliun pada 24 Mei 2023.
Aliran dana investor asing meski relatif kuat, hal ini menunjukkan investor domestik belum mengambil langlah.
“Namun, masih ada kesempatan bahwa ini akan berbalik pada semester II. Di mana dampak pemilu dapat terjadi membawa tingkat likuiditas lebih tinggi di pasar. Hal ini akan memungkinkan saham Indonesia untuk tampil sebagai hasil dari pemilihan,” tulis Ashmore.
Di sisi lain, Ashmore melihat hambatan global dan ketidakpastian terkait inflasi yang terus menerus di beberapa negara bersama negosiasi pagu utang Amerika Serikat yang belum terlesaikan.
“Secara keseluruhan, karena risiko makro tetap ada di pasar, kami sarankan tetap investasi dan terdiversifikasi dalam reksa dana,” tulis Ashmore.
Sentimen Plafon Utang AS Bayangi Pasar
Sebelumnya, sektor saham energi dan bahan baku menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 15-19 Mei 2023. IHSG melemah 0,11 persen ke posisi 6.701.
Sektor saham energi dan bahan baku berkontribusi masing-masing minus 6,32 persen dan 4,97 persen. Pada pekan ini, sejumlah data ekonomi bayangi pasar. Inflasi Kanada dan Jepang lebih tinggi meski secara umum harapan perlambatan ekonomi. Sementara itu, Indonesia mencatat surplus perdagangan turun meski sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan.
Baik ekspor dan impor turun lebih rendah dari yang diharapkan dengan ekspor merosot 29,4 persen year on year (YoY) dan impor susut 22,32 persen YoY.Demikian dikutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (21/5/2023).
Bagaimana Situasi Plafon Utang Amerika Serikat (AS)?Pada Kamis, 18 Mei 2023, ketua DPR Kevin McCarthy melihat kesepakatan negosiasi utang bakal tercapai akhir pekan ini. Potensi gagal bayar utang di AS dapat membawa konsekuensi bencana ke AS dan pasar global.
Sementara itu, Financial Services Chairman Patrick McHenry menurunkan harapan kesepakatan dapat diraih cepat. Ia menuturkan, kedua belah pihak tidak mendekati harapan untuk sepakat. Dengan demikian, meski AS mendekati batas waktu untuk mencapai kesepakatan utang, masih ada ketidakpastian. Pelaku pasar telah memperingatkan tentang lonjakan biaya pinjaman dan pukulan ke saham akibat gagal bayar utang AS dengan guncangan ekonomi global seperti 2008.
Adapun imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun berada 3,6268 persen atau 151 basis poin, lebih tinggi dari rata-rata imbal hasil dalam lima tahun sebesar 2,1195 persen.
“Secara keseluruhan, kami yakin the Fed akan berkurang untuk menaikkan suku bunga dan bahkan memangkas suku bunga lebih awal dari yang diharapkan,” tulis Ashmore.
Advertisement
Pasar Modal Indonesia Masih Bergairah IHSG Berpotensi Sentuh 7.550 pada Akhir 2023
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mencapai level 7.550 hingga akhir tahun. Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Peter Sutedja menuturkan, proyeksi tersebut merujuk pada data ekonomi dalam dan luar negeri yang relatif stabil setelah sempat bergejolak karena inflasi.
Meski diakui, sempat terjadi aksi jual oleh investor asing lantara terjadi perpindahan dari ekuitas ke obligasi (bonds), namun belakangan Peter mencermati investor mulai kembali ke pasar ekuitas. Untuk sementara, Peter mengatakan investor masih memburu saham-saham dengan kapitalisasi besar (big cap).
"Fundamental kita baik. Pelemahan harga komoditas sudah diekspektasi pemerintah dan market. Tahun ini fundamental kita tidak ada yang berubah. Kalau kondisi eksternal stabil, flownya bisa balik lagi ke kita," kata did dalam Money Buzz, Selasa (18/4/2023).
The Fed masih memiliki agenda rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Mei mendatang, yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga 25 bps. Di sisi lain, langkah tersebut dinilai mencerminkan keyakinan The Fed bahwa inflasi AS mulai terkendali.
"Target IHSG sejak awal 7.550. Kita suka perbankan seperti Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Konsumer ada Mayora Indah Tbk (MYOR) dan Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)," sebut Peter.
Untuk waktu dekat, Peter mengatakan sentimen dalam negeri lebih terkait kinerja kuartalan. Setelah rilis kinerja kuartalan dirilis, investor bisa mencoba melakukan sector rotation ke sektor saham yang memiliki kinerja bagus pada awal tahun ini. "Jadi bisa rotate ke sektor lain yang hasilnya bagus seperti BFI Finance Tbk (BFIN) dan Adaro Minerals Tbk (ADMR)," pungkas dia.