Sukses

Spin Off IndiHome ke Telkomsel Rampung 1 Juli 2023, Telkom Indonesia Gelar Buyback Saham

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) akan buyback saham dengan merogoh Rp 5 miliar terkait pemisahan tidak murni (spin-ff) segmen usaha IndiHome kepada Telkomsel.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten telekomunikasi pelat merah, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) akan melakukan buyback saham (pembelian kembali) dalam rangka pemisahan tidak murni (spin-off) segmen usaha IndiHome kepada PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dengan harga Rp 3.921 per saham. Telkom Indonesia bakal merogoh kocek sekitar Rp 5 miliar. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Indonesia Heri Supriadi menuturkan, perseroan telah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2022 (RUPST) di mana salah satu agenda terkait dengan persetujuan atas rencana pemisahan segmen usaha IndiHome kepada PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

Akan tetapi, pada agenda tersebut terdapat pemegang saham yang tidak setuju atas rencana pemisahan segmen usaha IndiHome.

Para pemegang saham publik perseroan yang berhak untuk meminta agar sahamnya dibeli oleh perseroan adalah mereka yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada 5 Mei 2023 serta hadir dalam RUPST.

Selain itu, pemegang saham telah memberikan suara tidak setuju tentang rencana pemisahan segmen usaha IndiHome, dan telah meminta sahamnya untuk dibeli kembali dan menyampaikan formulir pernyataan kehendak untuk menjual saham sesuai dengan tata cara yang disampaikan.

"Apabila terdapat pemegang saham perseroan yang meminta sahamnya dibeli oleh Perseroan, namun tidak memenuhi syarat sebagaimana disebut sebelumnya, maka pemegang saham tersebut tidak berhak untuk meminta sahamnya dibeli oleh perseroan. Pemegang saham yang mengajukan pembelian kembali saham oleh perseroan diminta untuk menunjukkan bukti kepemilikannya yang sah atas saham perseroan," kata Heri dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (6/6/2023).

Meski demikian, Telkom Indonesia belum dapat merinci setiap nama pemegang saham yang menyatakan ingin sahamnya dibeli oleh perseroan. Adapun, dalam ringkasan risalah RUPST sebanyak 1,29 juta atau 0,0014 persen tidak setuju atas rencana pemisahan segmen usaha IndiHome kepada Telkomsel.

 

 

 

 

2 dari 4 halaman

Buyback dengan Harga Rp 3.921 per Saham

Dengan jumlah saham tersebut dan harga yang telah ditentukan sesuai rata-rata dari harga penutupan perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 90 hari kalender sebelum pengumuman rancangan pemisahan dan keterbukaan informasi kepada masyarakat terkait pemisahan segmen usaha IndiHome perusahaan perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar Rp 3.921 per saham. Alhasil, Telkom akan melakukan buyback saham sebanyak-banyaknya Rp 5,09 miliar. 

Sementara itu, Telkom Indonesia menyebut estimasi pemisahan IndiHome ke Telkomsel bakal rampung pada 1 Juli 2023.

"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha perseroan,” ujar dia.

 

3 dari 4 halaman

IndiHome Resmi Kawin dengan Telkomsel, Bakal IPO?

Sebelumnya, pemegang saham PT Telkom Indonesia (Tbk) (TLKM) resmi menyetujui pemisahan segmen usaha (spin-off) IndiHome ke Telkomsel. Persetujuan diperoleh dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan Selasa, 30 Mei 2023.

Meski begitu, Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah menegaskan belum ada rencana mengantarkan Telkomsel untuk melantai di Bursa.

"Tidak (ada IPO), karena kontribusi Telkomsel saja sudah di atas 30 persen dari total pendapatan Telkom. Ditambah IndiHome nanti lebih besar lagi," kata Ririek kepada wartawan usai RUPST Perseroan, Selasa (30/5/2023).

Ririek menambahkan, informasi mengenai Telkomsel sudah cukup transparan sejauh ini tanpa perlu menjadi perusahaan terbuka. Sebab, Telkomsel memang menjadi entitas langsung di bawah Telkom yang tercatat sebagai perusahaan terbuka.

Sehingga Ririek menilai aksi pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) Telkomsel saat ini tidak diperlukan. Adapun sinergi antara IndiHome dan Telkomsel diharapkan akan memudahkan masyarakat dalam mengakses beragam layanan digital. Di mana Telkomsel akan memiliki mesin pertumbuhan baru yang akan memperkuat kinerja perusahaan ke depannya.

"Dari sisi bisnis, integrasi layanan broadband ini diharapkan dapat menambah efisiensi dari sisi belanja modal (capital expenditure/capex), operational expenditure/opex), dan sinergi revenue," imbuh Ririek.

Spin off IndiHome dalam rangka implementasi Fixed Mobile Convergence (FMC) merupakan bagian dari strategi utama perusahaan yaitu Five Bold Moves yang strategis bagi Telkom.

Hal ini dalam mendukung terciptanya inklusi digital melalui peningkatan keandalan konektivitas yang lebih luas dan merata bagi masyarakat. Ke depannya Telkomsel akan fokus menjalankan segmen bisnis Business to Customer (B2C), sementara Telkom fokus pada segmen Business to Business (B2B).

Menurut Ririek, potensi pasar yang besar dan masih banyak perusahaan maupun instansi yang memerlukan dukungan digitalisasi menjadi peluang bagi Telkom untuk menjadi pemain besar di segmen bisnis B2B.

 

4 dari 4 halaman

Bidik Pertumbuhan Pelanggan, Telkom Indonesia Perkuat Bisnis FMC

Sebelumnya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) membidik pertumbuhan jumlah pelanggan melalui Fixed Mobile Convergence (FMC) atau gabungan dua teknologi yang berbeda antara teknologi seluler dan Wi-Fi menjadi satu bentuk layanan yang terintegrasi dalam satu ponsel. 

"Kita fokus ke enterprise dan solution, untuk awal perwakilan wilayah akan fokus ke consumer. Sampai akhir tahun ini Telkom Indonesia menargetkan FMC bisa menggaet hingga 1 juta pelanggan. Bukan dari yang baru tapi dari cross selling yang di dalam," kata Corporate Communication and Investor Relation Telkom Ahmad Reza saat ditemui di Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Dalam kesempatan yang sama, VP Investor Relations Telkom Indonesia Edwin Sebayang menegaskan, pelaksanaan FMC ini bertujuan untuk efisiensi belanja modal (capital expenditure/capex) dan biaya operasional (operational expenditure/opex).

Dengan demikian, dia memproyeksikan dalam lima tahun mendatang belanja modal perusahaan bisa dipangkas sekitar 10 persen. Sehingga, belanja modal yang dibutuhkan perseroan berpotensi turun menjadi 22 persen dari total pendapatan perusahaan.

Di sisi lain, ia juga optimistis EBITDA maupun pendapatan setiap tahunnya bisa meningkat seiring efisiensi. "Harapan kami adalah kenaikan daripada ebitda ataupun revenue setiap tahunnya,” imbuhnya.