Liputan6.com, Jakarta - PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) bakal membagikan dividen tunai untuk periode tahun buku 2022 Rp 450,98 miliar. Dividen tersebut setara dengan Rp 100 per saham.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Rabu (7/6/2023), pembagian dividen tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 31 Mei 2023.
Sementara itu, hingga 31 Desember 2022, laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak Rp 1 triliun, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya Rp 6,54 triliun serta total ekuitas senilai Rp 7,55 triliun.
Advertisement
Jadwal
- Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 12 Juni 2023
- Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 13 Juni 2023
- Cum dividen di pasar tunai: 14 Juni 2023
- Ex dividen di pasar tunai: 15 Juni 2023
- Recording date: 14 Juni 2023
- Pembayaran dividen: 28 Juni 2023
PT Tempo Scan Pacific (TSPC) mencatatkan kenaikan laba 21,59 persen menjadi Rp 1 triliun pada 2022, dibandingkan tahun sebelumnya Rp 823,77 miliar. Laba itu sejalan dengan kenaikan pendapatan 9,08 persen menjadi Rp 12,25 triliun dari Rp 11,23 triliun pada 2021.
Sebelumnya, PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) akan membagikan dividen interim untuk tahun buku 2022. Rencana pembagian dividen interim sesuai dengan keputusan direksi yang telah disetujui dewan komisaris pada 6 Desember 2022.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (9/12/2022), PT Tempo Scan Pacific Tbk akan membagikan dividen senilai Rp 112,75 miliar atau Rp 25 per saham.
Dividen interim dibagikan kepada para pemegang saham perseroan dan atau para pemegang rekening (penerima manfaat efek) yang namanya terdaftar pada 20 Desember 2022 pukul 16.00 WIB. Pembagian dividen itu merujuk pada data keuangan perseroan per 30 September 2022.
Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 540,6 miliar, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp 6,18 triliun, dengan total ekuitas sebesar Rp 7,18 triliun.
OJK: Pasar Modal Himpun Dana Rp 102,10 Triliun hingga Mei 2023
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan penghimpunan dana di pasar modal pada Mei masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp 102,10 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 35 emiten.
"Di pipeline, masih terdapat 117 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 139,29 triliun dengan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 63 perusahaan," kata Inarno dalam RDK OJK Mei 2023, Selasa (6/6/2023).
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 31 Mei 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 404 penerbit, 153.662 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 869,47 miliar.
Sementara itu, dia bilang, meningkatnya volatilitas di pasar keuangan akibat sentimen negatif global, pasar saham di Mei 2023 melemah 4,08 persen month to date (mtd) ke level 6.633,26 (April 2023 menguat 1,62 persen ke level 6.915,72), dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp1,67 triliun mtd (April 2023 inflow Rp12,29 triliun mtd).
Ia juga mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) didorong pelemahan saham di sektor energi dan basic materials yang sejalan dengan perkembangan harga komoditas. Secara year to date (ytd), IHSG tercatat melemah sebesar 3,17 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp20,58 triliun (April 2023 net buy sebesar 18,91 triliun ytd).
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,91 persen mtd dan 5,46 persen ytd ke level 363,61 (April 2023 menguat 1,02 persen mtd dan 3,49 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp 307,32 miliar (mtd) atau Rp695,66 miliar (ytd).
Advertisement
Penegakan Hukum di Pasar Modal
Pasar SBN masih melanjutkan tren positif dan membukukan dana masuk investor asing. Per 29 Mei 2023, non-resident mencatatkan inflow Rp7,29 triliun mtd (April 2023 inflow Rp4,16 triliun mtd) sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 17,70 bps mtd di seluruh tenor.
Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 40,51 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 67,79 triliun ytd.
Di industri reksa dana, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp 504,69 triliun atau naik 1,55 persen (mtd) dengan investor reksa dana membukukan net subscription sebesar Rp6,66 triliun (mtd). Secara ytd, NAB menurun 0,03 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp2,64 triliun.
Dalam rangka penegakan hukum di bidang pasar modal, sejak 1 Januari -5 Mei 2023, OJK telah mengenakan sanksi administratif atas pemeriksaan kasus di pasar modal kepada 14 pihak yang terdiri dari 1 pencabutan izin dan 13 peringatan tertulis serta mengenakan sanksi administratif berupa denda atas keterlambatan dengan nilai sebesar Rp5.238.480.000 atau Rp 5,24 triliun kepada 99 pelaku jasa keuangan di pasar modal.
Dunia Diterpa Badai, OJK Jamin Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Indonesia Solid
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, stabilitas sektor jasa keuangan domestik tetap terjaga dengan permodalan solid, profil risiko terjaga dan likuiditas yang memadai.
Pernyataan itu merupakan hasil dari Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada 31 Mei 2023. Sektor jasa keuangan RI dianggap tetap solid di tengah tingginya dinamika pada perekonomian global. Itu menyebabkan kinerja intermediasi di beberapa sektor ekonomi nasional mengalami penurunan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, ketidakpastian negosiasi debt-ceiling di Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global. Khususnya di pasar surat utang, setelah sempat mereda seiring tekanan terhadap perbankan global yang juga mereda.
"Selain itu, tingkat inflasi yang persisten di level yang tinggi, kinerja perekonomian dan pasar tenaga kerja di AS yang masih solid diperkirakan akan dapat kembali memicu kenaikan suku bunga kebijakan di AS," ujar Mahendra, Selasa (6/6/2023).
Menurut dia, tren pelemahan perekonomian global juga masih berlanjut. Khususnya tercermin dari penurunan aktivitas industri dan perdagangan internasional, pertumbuhan perekonomian China yang lebih rendah daripada ekspektasi semula, penurunan harga komoditas, serta fragmentasi geopolitik.
"Sekalipun demikian, kinerja perekonomian nasional terpantau relatif stabil dengan inflasi mengalami penurunan menjadi 4 persen yoy (April 2023, 4,33 persen)," ungkap Mahendra.
Kinerja sektor manufaktur pun masih melanjutkan ekspansi dengan Purchasing Managers Index (PMI) di Mei 2023 menjadi 50,3. Namun, melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
"Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus di April 2023 meski kinerja ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam dipengaruhi turunnya harga dan volume komoditas ekspor utama Indonesia," kata Mahendra.
Advertisement