Sukses

5 Emiten BUMN Masuk Daftar Perusahaan Terbesar di Dunia versi Forbes

Lima emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masuk daftar perusahaan terbesar di dunia versi Forbes.

Liputan6.com, Jakarta - Forbes belum lama ini merilis daftar perusahaan terbesar dunia yang dengan tema The Global 2000. Dalam daftar tersebut terdapat 8 emiten asal Indonesia, 5 di antaranya merupakan emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Peringkat yang diberikan oleh Forbes dilakukan berdasarkan penjualan, laba, aset dan nilai pasar. Selain itu, Forbes juga menggunakan data keuangan 12 bulan terakhir yang tersedia hingga 5 Mei 2023 untuk menghitung faktor yang digunakan dalam peringkatnya.

Di samping itu, Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko pun mengucapkan rasa syukur atas pencapaian 8 emiten asal Indonesia yang mejeng di Forbes The Global 2000. Ia pun menyoroti BRI yang mendekati 300 besar.

"8 perusahaan Indonesia, yang masuk Forbes Top 2000 2022. Alhamdulillah 5 BUMN masuk, dan Bank Rakyat Indonesia, mendekati 300 besar," kata Tiko dalam unggahan Instagramnya, dikutip Senin (12/6/2023).

Menarik untuk diketahui, berikut ini Liputan6.com ulas 5 emiten BUMN yang masuk ke dalam Forbes The Global 2000.

1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masuk ke jajaran 307 dengan penjualan USD 13,16 miliar dan laba mencapai USD 3,45 miliar. Adapun, aset BBRI senilai USD 119,84 miliar dengan nilai pasar sebesar USD 53,79 miliar.

2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menduduki posisi 418 dengan penjualan mencapai USD 10 miliar dan laba USD 2,72 miliar. Lalu, aset BMRI sebesar USD 120,8 miliar dengan nilai pasar USD 32,58 miliar.

3. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menduduki posisi 787 dengan penjualan mencapai USD 9,83 miliar dan laba senilai USD 1,4 miliar. Aset TLKM menembus USD 18,57 miliar dan nilai pasar USD 28,15 miliar.

4. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berada di posisi 930 mencatat penjualan senilai USD 5,02 miliar dan laba USD 1,23 miliar. Aset BNI sebesar USD 66,15 miliar dan nilai pasar USD 11,76 miliar.

5. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) 1.572 dengan penjualan senilai USD 2,11 miliar dan laba USD 3,67 miliar. Aset Garuda Indonesia menembus USD 6,24 miliar dan nilai pasar sebesar USD 393 juta.

 

2 dari 4 halaman

Melihat Laba hingga Kredit 4 Emiten Bank BUMN Sepanjang 2022, Siapa Juaranya?

Sebelumnya, termasuk empat bank pelat merah sudah menyampaikan laporan keuangan 2022 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Empat bank tersebut, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia atau BRI (BBRI), Bank Negara Indonesia atau BNI (BBNI), dan Bank Tabungan Negara atau BTN (BBTN). Simak uraian kinerja masing-masing emiten bank BUMN berikut ini yang dikutip Selasa (21/2/2023):

Laba

Secara konsolidasian, BRI memimpin dengan raihan laba bersih mencapai Rp 18,31 triliun pada 2022. Tumbuh signifikan 68 persen Year-on-Year (YoY), dan merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI.

Selanjutnya ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang berhasil mencatatkan laba bersih Rp 41,2 triliun sepanjang 2022. Raihan laba itu tumbuh 46,9 persen YoY. Sedangkan BTN mencatatkan laba bersih per 31 Desember 2022 tercatat Rp 3,04 triliun atau naik 28,15 persen yoy.

 

 

3 dari 4 halaman

Penyaluran Kredit

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp 1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022. Bersamaan dengan itu, total aset tumbuh double digit sebesar 11,18 persen yoy menjadi Rp 1.865,64 triliun.

Bank Mandiri, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48 persen YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun.

Berkat pencapaian kredit yang impresif, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi pun berhasil menyentuh Rp 1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5 persen secara tahunan. Total aset tersebut juga menjadi rekor terbesar sepanjang sejarah perseroan.

Total kredit yang disalurkan BNI pada 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9 persen YoY. Dari sisi aset BNI tumbuh 6,74 persen menjadi Rp 1,029 triliun dari Rp 964,84 triliun pada 2021.

Kredit BTN mencapai Rp 298,28 triliun per 31 Desember 2022 atau tumbuh 8,53 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 274,83 triliun di 2021. Aset bank yang berfokus pada pembiayaan rumah rakyat ini juga naik 8,14 persen yoy dari Rp 371,86 triliun menjadi Rp 402,14 triliun per 31 Desember 2022.

 

4 dari 4 halaman

Dana Pihak Ketiga

Dari sisi DPK, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan paling tinggi.  Total DPK Bank Mandiri tumbuh positif 15,46 persen YoY dari Rp 1.291,2 triliun pada akhir 2021 menjadi Rp 1.490,8 triliun pada akhir tahun 2022, Hal ini ditopang oleh peningkatan dana giro serta tabungan yang naik masing-masing 31,2 persen dan 13,5 persen secara YoY.

Sementara hingga akhir kuartal IV 2022, DPK BRI tercatat tumbuh 14,85 persen yoy menjadi sebesar Rp 1.307,88 triliun. Dana murah (CASA) melesat menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, di mana secara year on year meningkat sebesar 21,46 persen. Secara umum saat ini proporsi CASA BRI tercatat 66,70 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 63,08 persen.

Adapun BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,77 persen yoy dari Rp 295,97 triliun menjadi Rp 321,93 triliun per 31 Desember 2022. Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13 persen yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022.

Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13 persen pada akhir 2021 menjadi 2,60 persen. Sedangkan kinerja penghimpunan dana masyarakat BNI tetap kuat pada kuartal IV 2022 mencapai Rp 769,43 triliun, naik 5,5 persen YoY dari Rp 729,3 triliun pada tahun sebelumnya.

 

Video Terkini