Liputan6.com, Jakarta - Larangan ekspor bauksit mulai diterapkan 10 Juni 2023. Kebijakan penghentian ekspor bauksit ini sudah menjadi kesepakatan, bahkan sudah dibahas bersama DPR.
Menanggapi hal tersebut, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mendukung kebijakan pemerintah tersebut meskipun berdampak terhadap kinerja perseroan.
Baca Juga
Direktur Utama Aneka Tambang Nicolas D. Kanter mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah strategi alternatif untuk menghadapi kebijakan tersebut. Salah satunya dengan penguatan pasar domestik dan kerja sama dengan BUMN asal China, Chalco.Â
Advertisement
"Kami akan mendukung kebijakan pemerintah," Nicolas dalam paparan publik, Kamis (15/6/2023).
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Aneka Tambang Elisabeth RT Siahaan mengatakan, kontribusi bauksit terhadap kinerja Antam masih relatif kecil di bawah 3 persen.
"Saat ini tidak ekspor tidak terlalu berpengaruh secara menyeluruh earning revenue emas nikel feronikel, kontributor utama diikuti emas, bauksit tidak terlalu berpengaruh," kata Elisabeth.Â
Gerak Saham ANTM
Pada penutupan perdagangan Kamis, 15 Juni 2023, saham ANTM naik 0,49 persen ke posisi Rp 2.040 per saham. Saham ANTM dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 2.040 per saham. Saham ANTM berada di level tertinggi Rp 2.050 dan terendah Rp 2.010 per saham. Total frekuensi perdagangan 7.211 kali dengan volume perdagangan 443.865 lot saham. Nilai transaksi saham ANTM sebesar Rp 90,1 miliar.
Larangan Ekspor Bauksit Mulai 10 Juni 2023
Sebelumnya, larangan ekspor bauksit mulai diterapkan hari ini, 10 Juni 2023. Kebijakan penghentian ekspor bauksit ini sudah menjadi kesepakatan, bahkan sudah dibahas bersama DPR.
"(Penghentian) mineral kan sudah dibahas di RDP (Rapat Dengar Pendapat) dimana yang memenuhi persyaratan itu masih sampai 10 Juni 2023, ya mana-mana yang masih boleh disarankan sudah menyelesaikan sekian persen itu, juga kalau tidak salah 5 perusahaan yang memenuhi persyaratan," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dikutip, Sabtu (10/6/2023).
Merujuk Pasal 170 A Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba), 3 tahun setelah beleid terbit pada 10 Juni 2020 artinya pada 10 Juni 2023 semua ekspor mineral mentah harus melalui proses peningkatan nilai tambah di Tanah Air. Artinya, pemerintah pun harus menyetop ekspor mineral mentah.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan bahwa pemerintah akan melarang ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023.
"Mulai Juni 2023 pemerintah akan melarang ekspor bijih bauksit," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, pada Desember 2022 lalu.
Pelarangan ekspor bauksit ini akan mendapatkan penolakan dari negara lain sebagaimana yang terjadi saat melarang ekspor nikel. Bahkan saat ini Indonesia tengah digugat ke WTO karena melarang ekspor nikel mentah.
"Kita digugat ya enggak apa-apa. Nikel digugat, dan kita akan stop komoditas lain, nanti digugat lagi. Suruh aja gugat aja terus, kita stop lagi, gugat lagi. Iya enggak apa-apa," ungkapnya.
Â
Advertisement
Cari Nilai Tambah
Terpenting kata dia, tugasnya sebagai kepala negara mencari nilai tambah dari produk yang dihasilkan dari dalam negeri. Sebab hilirisasi produk telah terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
"Tugas kita adalah mencari nilai tambah sebesar-besarnya," kata dia.
Tercermin dari pelarangan ekspor nikel tahun 3 tahun lalu. Dulu ekspor nikel hanya USD 1,1 miliar. Setelah dilakukan hiilrisasi, nilai ekspor nikel meroket hingga USD 30 miliar di tahun ini. Artinya dari pendapatan yang hanya Rp 18 triliun naik menjadi Rp 460 triliun.
"Ini betapa lompatan nilai tambah yang kita dirugikan puluhan tahun. Pajaknya kita enggak dapat, kalau punya deviden kita enggak dapat, royalti enggak dapat," tuturnya.
Termasuk penyerapan lapangan kerja yang minim jika hasil bumi langsung diekspor mentah ke luar negeri. Makanya Indonesia terus menggencarkan hilirisasi hasil tambang untuk mendapatkan nilai tambah.
Jokowi menambahkan, pelarangan ekspor tidak hanya akan berhenti di nikel dan bauksit. Bakal ada hasil tambang lain yang juga akan dilarang ekspornya dalam bentuk barang mentah.
"Tahun depan kita stop lagi 1 atau 2 komoditas," pungkasnya.Â