Sukses

Bidik Investor Muda di Pasar Modal, Tempo dan Idnfinancials Luncurkan Indeks Tempo-Idnfinancials 52

Tempo.co dan Idnfinancials.com meluncurkan Indeks Tempo-Idnfinancials52 pada Jumat, 23 Juni 2023. Indeks ini diharapkan jadi acuan bagi investor muda.

Liputan6.com, Jakarta - Tempo.co dan Idnfinancials.com meluncurkan Indeks Tempo-Idnfinancials52, sebuah daftar 52 emiten dengan kinerja keuangan paling mumpuni di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 23 Juni 2023.

Indeks ini diharapkan menjadi acuan bagi investor muda, dari kalangan Generasi Z dan Milenial yang ingin berinvestasi di pasar modal.

Direktur Utama PT Info Media Digital (Tempo.co) Wahyu Dhyatmika menuturkan, pihaknya berharap Indeks52 bisa menjadi rujukan bagi investor di pasar modal, khususnya Generasi Z dan Milenial.

“Diharapkan bisa jadi rujukan alternatif untuk investor khususnya untuk milenial mudah-mudahan bisa menjadi kontribusi kami menunjang pertumbuhan investor ritel di pasar modal,” kata Wahyu dalam acara launching Indeks Tempo-Idnfinancials52 di Jakarta, Jumat (23/6/2023).

Investor di pasar modal selama COVID-19 menunjukkan pertumbuhan signifikan. Mengutip Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada 2020 jumlah investor di pasar modal tercatat 3,88 juta, melonjak menjadi 7,48 juta pada 2021, dan menjadi 10,31 juta pada 2022.

Hingga Mei 2023, jumlah investor di pasar modal mencapai 11,06 juta, naik 7,28 persen dari akhir tahun lalu. Dari sisi usia, investor di pasar modal tercatat 57,81 persen berusia di bawah 30 tahun dengan total aset Rp 49,22 triliun.

Data di atas menunjukkan adanya tren kenaikan jumlah investor, termasuk dari sisi usia yang didominasi usia muda (Generation Z) yang lahir di bawah 1997. Kelompok usia ini dikenal sebagai generasi digital yang melek teknologi, mandiri serta punya perspektif global. 

 

2 dari 4 halaman

Kriteria Indeks

Merespons fakta-fakta tersebut, Tempo-Idnfinancials52 menghadirkan suatu indeks yang kredibel, yang disusun berdasarkan sejumlah kriteria antara lain, market capitalization atau kapitalisasi pasar (market cap), frekuensi dan volume saham diperdagangkan per hari, besaran free float, dan jumlah shareholder. Indeks hanya mencakup emiten yang sudah listing maksimal pada 2018.

Dari pengukuran atas sejumlah kriteria tersebut, Tempo-Idnfinancials52 menghasilkan empat kategori indeks yaitu: Indeks Utama 52, Indeks High Dividend 52, Indeks High Growth 52, dan Indeks Big Market Cap. Indeks Utama dengan market cap terendah Rp 21 triliun dan tertinggi Rp 1,02 kuadralian. 

Market cap atau kapitalisasi pasar pada indeks ini mewakili 66,75 persen dari total market cap di BEI, Indeks High Dividen, kumpulan 52 emiten dengan imbal dividen maksimum 24,21 persen dan market cap sebesar 60 persen dari total market cap di BEI, Indeks High Growth beranggotakan 52 konstituen, pertumbuhan net profit maksimum 237,19 persen dengan market cap 56 persen dari total market cap, Indeks Big Market capberanggotakan 52 konstituen dengan market cap terendah Rp 19 triliun, jumlah shareholder per emiten di atas 3.000 dan market cap 69,08 persen dari total market cap di BEI.  

Adapun, sektor keuangan (perbankan) menjadi kontributor terbanyak pada setiap kategori indeks karena memiliki market cap yang lebih besar di antara sektor usaha lainnya, diikuti sektor tambang batubara dan energi, consumer goods, dan infrastruktur termasuk telekomunikasi.

Indeks52 akan ditampilkan dalam website tersendiri, yang akan beririsi perkembangan (update) pergerakan harga saham 96 konstituen indeks dalam bentuk grafis dan tools scrol up down untuk menandai naik turun harga saham, termasuk keterangan singkat penyusunan Indeks52.

 

3 dari 4 halaman

OJK Bidik Investor Pasar Modal Tembus 20 Juta SID pada 2027

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan jumlah investor mencapai 20 juta SID pada 2027. Angka itu naik sekitar dua kali lipat dibandingkan jumlah investor per akhir 2022 sebesar 10,3 juta SID.

"Jumlah investor pasar modal double. Sekarang 10,3 juta, nanti 2027 kita harapkan kita targetkan 20 juta,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, Selasa (31/1/2023).

Bersamaan dengan itu, OJK mematok target kapitalisasi pasar mencapai Rp 15.000 triliun pada 2027 dan andil 70 persen terhadap PDB 2027. Inarno cukup optimistis target tersebut dapat tercapai dibarengi dengan campur tangan seluruh stakeholder pasar modal.

Sementara OJK target perusahaan tercatat termasuk saham atau obligasi dan sukuk sebesar 1.100 perusahaan. Rata-rata nilai transaksi harian diharapkan mencapai Rp 25 triliun dari tahun lalu sekitar Rp 15 triliun. Serta Nilai dana kelolaan industri pengelolaan investasi Rp 1.000 triliun.

Merujuk data PT Kustodian Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal RI sampai dengan akhir tahun lalu mencapai 10,3 juta SID. Angka itu naik 37,68 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebanyak 7,4 juta SID.

Adapun jumlah investor saham dan surat berharga lainnya tercatat sebesar 4,4 juta SID, naik 28,64 persen dibanding 2021 sebanyak 3,4 juta SID. Investor reksa dana tumbuh 40,41 persen menjadi 9,6 juta SID dari 6,8 juta SID pada akhir 2021. Sedangkan jumlah investor surat berharga negara naik 36,05 persen menjadi 831.455 SID dari 611.143 SID.

 

 

4 dari 4 halaman

Aliran Dana Investor Asing Masuk Pasar Modal Sentuh Rp 60,58 Triliun

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, bursa saham hingga 30 Desember 2022 melemah 3,26 persen mtd ke level 6.850,62. Di sisi lain, non-resident atau investor asing mencatatkan outflow sebesar Rp 20,91 triliun mtd. 

"Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 4,09 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp60,58 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam RDK OJK, Senin (2/1/2022).

Kemudian, di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,82 persen mtd dan 3,60 persen ytd ke level 344,78. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non-resident tercatat sebesar Rp236,57 miliar (mtd) atau Rp199,51 miliar (ytd).

Di pasar SBN, non-resident mencatatkan inflow Rp25,43 triliun (mtd) sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 6,24 bps mtd di seluruh tenor. 

"Secara ytd, yield SBN telah meningkat rata-rata sebesar 51,30 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp128,98 triliun," kata diam

Kinerja reksa dana merosot tercermin dari penurunan nilai aktiva bersih (NAB) sebesar 1,47 persen (mtd) di Rp 504,62 triliun dan tercatat net redemption sebesar Rp0,76 triliun (mtd). 

"Secara ytd, NAB turun sebesar 12,76 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp79,11 triliun," ujar dia.

Sementara itu, minat untuk penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp 267,73 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 71 emiten yang merupakan rekor tertinggi jumlah emiten baru. 

 

Video Terkini