Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung dipengaruhi kondisi pasar secara global saat menjelang tahun politik.
Â
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, tahun ini banyak orang bilang sebagai tahun politik. Namun, dalam sepanjang sejarah bursa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di setiap satu tahun sebelum pemilihan umum (Pemilu) ini cenderung akan mengikuti kondisi market secara global.
Â
"Jadi, pengaruh pasti ada tapi memang pengaruh terbesar justru dari pengaruh global seperti tahun 2018 kita turun, 2019 kita lebih baik itu ya jadi memang pergerakan indeks terkait dengan tahun politik ini mix tidak selalu indeksnya akan mencatat pertumbuhan yang positif tetapi juga ada beberapa tahun kita mencatat semua negatif," ujar dia.
Â
Namun, Irvan berharap bahwa stabilitas politik ini bisa menjadi modal BEI, karena sejauh ini sampai dengan Juni ini pasar modal mencatat inflow dari asing sekitar Rp 16.4 triliun.
Â
"Jadi, kita juga sempat ketemu dengan beberapa investor asing, outlook mereka kepada negara kita dan Bursa Efek Indonesia masih cukup positif dari kita harapkan ini juga bisa menjadi bisa kita jaga bersama bahwa di tahun ini semuanya baik sehingga apa pandangan dari orang luar kepada negara kita dan Bursa Efek Indonesia juga akan terus positif," kata dia.
Â
Dalam kesempatan berbeda, BEI juga meyakini tahun politik tidak memberikan pengaruh terhadap industri pasar modal, terutama jumlah transaksi dan perusahaan tercatat.
Â
Â
2 dari 2 halaman
Investor Cerdas
Direktur Penilaian Efek BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya melihat investor Indonesia bisa memilih dengan cerdas mana yang bersifat ekonomi dan politik.Â
Â
BEI melihat secara historikal atau tiga kali penyelenggaraan pemilu, tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap jumlah transaksi maupun perusahaan tercatat di pasar modal Tanah Air. Bahkan, BEI juga mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO).
Â
Adapun sampai dengan 23 Juni 2023, terdapat 44 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 44 emiten itu sebesar Rp 33,9 triliun.
Â
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 45 perusahaan yang siap debut di Bursa.
Â
Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclicals.
Â
“Hingga saat ini, terdapat 45 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman.
Â
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 26 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 6 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Â
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
Â
• 4 Perusahaan dari sektor basic materials
Â
• 10 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
Â
• 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
Â
• 4 Perusahaan dari sektor energy
Â
• 1 Perusahaan dari sektor financials
Â
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
Â
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
Â
• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
Â
• 4 Perusahaan dari sektor properties & real estate
Â
• 4 Perusahaan dari sektor technology
Â
• 4 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Â
Â
Advertisement