Liputan6.com, Jakarta - PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) akan menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.611.764.800 lembar saham baru atau setara 13,79 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah rights issue, dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp 270 per saham. Sehingga dana yang akan diterima dari aksi ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1,25 triliun.
Baca Juga
Melansir prospektus perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu, 24 Juni 2023, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau SAT selaku Pemegang Saham Utama Perseroan dengan porsi 89,43 persen, menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya. SAT akan mengalihkan HMETD yang dimilikinya kepada PT BCA Sekuritas selaku Agen Penjual untuk kemudian ditawarkan kepada investor.
Advertisement
Artikel Alfaria Trijaya Absen, Siapa Pembeli Siaga Rights Issue Midi Utama Indonesia? telah menyita perhatian pembaca di saham. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di saham? Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Minggu, (25/6/2023):
1.Alfaria Trijaya Absen, Siapa Pembeli Siaga Rights Issue Midi Utama Indonesia?
PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) akan menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.611.764.800 lembar saham baru atau setara 13,79 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah rights issue, dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
Harga pelaksanaan rights issue Midi Utama Indonesia dipatok sebesar Rp 270 per saham. Sehingga dana yang akan diterima dari aksi ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1,25 triliun.
Melansir prospektus perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu, 24 Juni 2023, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau SAT selaku Pemegang Saham Utama Perseroan dengan porsi 89,43 persen, menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya. SAT akan mengalihkan HMETD yang dimilikinya kepada PT BCA Sekuritas selaku Agen Penjual untuk kemudian ditawarkan kepada investor.
2.Sejarah Baru!Tayangan Duel Elon Musk vs Mark Zuckerberg Bakal Cetak Rekor
Elon Musk dan Mark Zuckerberg tampaknya benar-benar sangat serius mengenai rencana duel mereka, dan penggemar harus membayar jika ingin menonton pertandingan tersebut.
Presiden UFC, Dana White mengatakan bahwa dia sudah dalam tahap awal merencanakan bagaimana pertarungan akan berlangsung.
"Ini akan menjadi pertarungan terbesar dalam sejarah dunia, lebih besar dari apapun yang pernah dilakukan... Ini akan memecahkan semua rekor pay-per-view,” kata Dana White, melansir laman CNBC Internasional, Sabtu (24/6/2023).
Sementara pay-per-view UFC standar berharga sekitar USD 80, White mengatakan dia akan mengenakan biaya USD 100 untuk pertarungan Musk-Zuckerberg.
Pay-per-view terbesar sebelumnya adalah duel Conor McGregor-Floyd Mayweather pada 2017, yang menghasilkan pendapatan lebih dari USD 600 juta.
Mayweather dilaporkan membawa pulang USD 275 juta setelah menang, sementara McGregor membawa pulang USD 85 juta.
Advertisement
3.BEI: 43 Perusahaan Antre di Pipeline IPO
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 23 Juni 2023, terdapat 44 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 44 emiten itu sebesar Rp 33,9 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 45 perusahaan yang siap debut di Bursa.
Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclicals.
“Hingga saat ini, terdapat 45 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (24/6/2023).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 26 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 6 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.