Sukses

BEI Sebut Pertumbuhan Emiten Baru Indonesia Tertinggi di Dunia, Naik 4,7 Persen hingga Mei 2023

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan pertumbuhan perusahaan publik baru Indonesia termasuk tertinggi di dunia. Jumlah perusahaan publik baru naik 4,7 persen hingga Mei 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perusahaan publik  atau emiten baru di BEI naik 4,7 persen year to date (ytd) menjadi 40 perusahaan hingga Mei 2023.

Dengan pertumbuhan perusahaan publik baru itu, Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan hal tersebut tertinggi dibandingkan dengan negara lain di dunia.

“Sampai dengan Mei 2023 jumlah perusahaan baru tercatat sudah 40, padahal belum setengah tahun. Untuk perusahaan baru tercatat di bursa kita tumbuh 4,7 persen (ytd), hampir tidak ada yang tumbuh positif lebih dari 4,7 persen (ytd) dari perusahaan tercatat yang ada,” kata Iman.

Iman mencontohkan, pada negara non ASEAN, perusahaan publik baru di bursa saham Jepang hanya tumbuh 0,28 persen (ytd), Nasdaq Amerika Serikat (AS) susut 2,9 persen (ytd), Shenzhen Stock Exchange naik 1,6 persen (ytd).

Sedangkan, perusahaan publik atau emiten baru di bursa saham negara ASEAN, bursa Malaysia naik 0,9 persen (ytd), dan Thailand tumbuh 1,4 persen (ytd).

“Jadi Indonesia yang pertumbuhan perusahaan baru tercatat terbesar dan terbanyak sampai Mei 2023. Target kami tahun lalu 59 perusahaan tercatat, tahun ini 57 perusahaan tercatat, dan ternyata ini sudah lebih dari 40 perusahaan,” kata dia.

Seiring pertumbuhan itu, untuk jumlah perusahaan publik, World Federation of Exchange mencatat BEI berada di posisi kedua di antara negara ASEAN lainnya, usai bursa saham Malaysia yaitu 864 perusahaan per Mei 2023, sedangkan Malaysia sebanyak 989 perusahaan tercatat.

Sepanjang 2022, sebanyak 59 perusahaan telah menggalang dana di pasar modal melalui Initial Public Offering (IPO), atau bertambah lima perusahaan dibandingkan 2021 yang sebanyak 54 perusahaan tercatat.

Sementara itu, nilai IPO sepanjang 2022 sebesar Rp 31,1 triliun sehingga total perusahaan tercatat di BEI sebanyak 825 perusahaan hingga 2022.

“Kalau kita lihat dari pencatatan saham, jumlah perusahaan tercatat tahun lalu sebanyak 825 dengan tambahan perusahaan baru yang tercatat 59 perusahaan. Tahun lalu yang tertinggi sejak swastanisasi tahun 1992, dengan fund risk Rp 33,1 triliun,” tutur Iman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

BEI Ternyata Tolak Banyak Pengajuan IPO, Kenapa?

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) senantiasa memastikan kualitas perusahaan tercatat, khususnya yang baru debut. Meski diakui, tak sedikit saham emiten pendatang baru yang menciptakan kinerja kurang memuaskan di pasar, bahkan ada yang berpotensi.

Menanggapi kondisi itu, Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan Bursa telah melakukan langkah-langkan untuk memperketat pencatatan saham baru.

"Sebenarnya kita mencari quality (dari perusahaan tercatat). Tetapi kita juga mempersilahkan perusahaan-perusahaan dan UMKM untuk listing, tapi tetap yang punya potensi. Makanya kita punya papan akselerasi. Kita juga punya papan utama dan pengembangan," kata Iman dalam konferensi pers, rabu (28/6/2023).

Asal tahu saja, bursa telah melakukan penerbitan Peraturan Bursa Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang berlaku pada 9 Juni 2023 dan Peraturan Bursa Nomor II-X tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang akan berlaku pada 12 Juni 2023.

BEI telah memberlakukan penerapan harga saham terendah Rp 1 per saham. Dengan begitu, saham yang sebelumnya parkir di posisi Rp 50 per saham alias saham gocap, bisa saja menyentuh ke bawah level tersebut, tak terkecuali perusahaan yang baru debut.

"Sebanyak perusahaan yang listing, Pak Nyoman dan tim itu juga banyak yang menolak perusahaan yang listing. Jadi memang kita berusaha menjaga. Tapi memang terus terang, harga buka kontrol bursa. Harga terjadi karena supply dan demand," imbuh Iman.

 

3 dari 4 halaman

Imbauan Bursa

Bursa sendiri sudah mengimbau kepada perusahaan tercatat agar memperhatikan keberlanjutan perusahaan lewat kinerja yang bagus. Sebab, Iman mencermati bahwa harga saham tidak serta merta mencerminkan kinerja perusahaan.

Dalam hematnya, bisa saja saham gocap memiliki kinerja fundamental yang bagus. Namun karena informasi itu tidak terdistribusi dengan baik kepada publik, maka harga sahamnya juga tak banyak bergerak.

"Memang ada beberapa perusahaan harganya memang bisa Rp 50 tapi kinerjanya sebenarnya bagus, tetap profitable dan bagi hasil. Ini memang kita terus melakukan perbaikan-perbaikan atas kondisi tersebut. Tapi Bursa perlu support stakeholder bersama-sama dengan OJK dan underwriter atau perusahaan sekuritas untuk juga melakukan pengawasan," tutur Iman.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna membenarkan bahwa pihaknya sempat menolak beberapa perusahaan yang berencana listing di Bursa. Hal itu sebagai langkah selektif bursa untuk memastikan calon emiten merupakan perusahaan yang berkualitas.

"Jadi probability untuk suksesnya mereka masuk menjadi perusahaan tercatat pada saat pengajuan, itu 70 persen. Artinya 30 persen itu berpotensi kita tolak. Bukan karena kita mengada-ada kita menolak Tapi kita memang selektif," jelas Nyoman.

 

4 dari 4 halaman

Alasan Lain

Kedua, Nyoman mengatakan Bursa bersama OJK juga udah memperketat, termasuk dari sisi legal, fundamental, bisnis model, hingga going concern atau kelangsungan usaha. Namun kembali lagi, terbentuknya harga murni mekanisme pasar.

"Dalam hal sudah menjadi perusahaan tercatat kita wanti-wanti bahwa manajemen wajib menunjukkan kinerja nya post IPO. Sebab, IPO itu hanya jalan aja untuk memulai masuk ke capital market dan publik. Setelah itu kinerja mereka harus ditunjukkan, termasuk bagaimana mengeksekusi rencana-rencana yang sudah ada di prospektus," kata Nyoman.

Khusus untuk sektor manufaktur, Nyoman menekankan perlunya publikasi mengenai keberhasilan operasional perusahaan. Hal ini diharapkan dapat mendongkrak harga saham perusahaan di pasar.

Pasalnya, Nyoman menilai perusahaan manufaktur sering kali hanya fokus pada perbaikan operasional tanpa dibarengi kesadaran pentingnya publikasi.

"Jadi kita minta mereka untuk membangun komunikasi dengan media. Memberitakan hal-hal operasional yang sudah dicapai, performing keuangan yang sudah tercapai. Sehingga informasi yang ada itu menyebar secara merata. Kita juga meminta lebih banyak dari sisi corporate secretary, investor relation aktif untuk mengekspos kinerja dari perusahaannya itu," pungkas Nyoman.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini