Liputan6.com, Jakarta - PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk (AKSL) atau Group Akseleran berpotensi membagikan dividen pada 2025. Ini mengingat, perseroan akan melakukan akuisisi multifinance yang dapat mengerek pendapatan maupun laba.
Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menuturkan, pihaknya memastikan akan membagikan dividen jika kondisi laba memungkinkan. Sebab, perseroan juga membidik pertumbuhan laba bersih hingga Rp 165 miliar pada 2024.
Baca Juga
"Kami sebenarnya punya proyeksi internal bisa profit sekitar Rp 150-165 miliar, artinya 2024 bisa segitu kita udah nutupin kumulatif rugi berjalan, 2025 bisa bagi dividen," kata Ivan usai acara paparan publik Akseleran, Senin (3/7/2023).
Advertisement
Dia meyakini perseroan bisa mencetak keuntungan di masa mendatang. Selaras dengan pengembangan bisnis yang dilakukan perseroan. Bahkan, perseroan juga berharap bisa membagikan dividen.
"Kami percaya, kami jalan harus bareng-bareng dengan seluruh stakeholder termasuk pemegang saham publik. Kalau ada untung walau kita akan prioritaskan untuk pengembangan bisnis perlu juga ada dividen," kata dia.
Menurut ia, dividen payout ratio 40 persen dinilai wajar. Akan tetapi, kembali lagi berapa besar laba ditahan yang didapat perseroan.
"Kami pandang masih wajar (dividen payout ratio 40 persen), tapi tergantung laba ditahan kami, tapi kemungkinan 2025 (bagi dividen)," ujarnya.
Penyaluran Pinjaman
Akselerasi Usaha Indonesia melalui platform marketplace lending Akseleran milik anak usaha Group Akseleran telah menyalurkan total pinjaman usaha pada semester I 2023 sebesar hampir Rp1,5 triliun lebih atau tumbuh hingga lebih dari 22 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tercatat, jika secara kumulatif, Akseleran sudah menyalurkan total pinjaman usaha mencapai sebesar Rp 8 triliun lebih hingga Juni 2023 kepada sekitar 5 ribu peminjam (borrower) yang merupakan para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Ivan menyebut, kinerja Akseleran yang terus tumbuh didukung oleh pencapaian rata-rata penyaluran pinjaman usahatiap bulannya yang berada di kisaran sebesar Rp300 miliar.
Saat ini, keberhasilan penyaluran pinjaman usaha Akseleran berkat dukungan lebih dari 200 ribu pemberi dana pinman perorangan (retail lender) terdaftar maupun belasan institutional lender termasuk Bank-Bank Buku 4 dengan kisaran penyaluran pinjaman mulai dari Rp10 juta hingga Rp2 miliar.
"Akseleran portofolionya 95 persen lebih adalah pinjaman produktif khususnya UKM. Sedangkan untuk sektor konsumtif, Akseleran menyasar ekosistem Akseleran melalui produk employee loan,” kata Ivan.
Mitigasi Risiko
Menurut Ivan, saat ini rata-rata penyaluran pinjaman Akseleran di kisaran Rp800 juta hingga Rp900 juta per pinjaman. Meski demikian, Ivan mengungkapkan, di tengah pertumbuhan kinerja yang terus berlanjut secara berkesinambungan maka Perseroan tetap menjalankan langkah-langkah mitigasi risiko kredit macet (non performing loan/NPL) agar tetap di bawah 1 persen dimana saat ini tingkat NPL Akseleran masih di rasio yang rendah, yakni 0,65 persen dari total outstanding pinjaman di akhir Juni 2023.
“Akseleran selalu fokus untuk menganalisa kemampuan bayar pelaku usaha yang meminjam dengan melihatnya dari sejumlah kriteria, antara lain laporan keuangan dan rekening koran, invoice atau kontrak yang ingin dibiayai, usaha yang dijalani dan sebagainya. Selain itu, perseroan juga melakukan validasi independen terkait invoice/PO/kontrak yang dijadikan sebagai jaminan dan selalu mengedepankan analisa yang prudent sebagai ujung tombak dalam melakukan mitigasi risiko yang ada,” kata Ivan.
Dengan langkah-langkah mitigasi risiko kredit macet tersebut, Ivan mengharapkan, rasio NPL Akseleran tetap dapat di bawah 1 persen hingga akhir 2023 dan terus berkomitmen untuk memberikan peace of mind kepada para pemberi dana pinjaman (lender) Akseleran.
"Sangat penting untuk selalu memberikan kualitas layanan yang terbaik kepada para pengguna kami khususnya kepada para lender agar tetap nyaman mengembangkan dana di Akseleran. Apalagi, Akseleran sudah mengimplementasikan fasilitas proteksi asuransi kredit yang melindungi 99 persen dari pokok pinjaman tertunggak,” tutup dia.
Advertisement
Incar Dana IPO Rp 358 Miliar
Sebelumnya, PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk, penyedia LPBBTI atau P2P Lending melalui entitas anak dan perusahaan holding bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Mengutip laman e-ipo, Jumat (30/6/2023), perseroan bakal melepas saham sebanyak 2.988.493.800 saham atau 2,98 miliar saham. Angka tersebut mencerminkan 29 persen dari total saham yang dicatatkan.
Adapun harga penawaran Rp 100 - Rp 120 per saham dengan masa penjatahan atau book building pada 3-18 Juli 2023.
Dengan demikian, Akselerasi Usaha Indonesia mengincar dana segar maksimal Rp 358,61 miliar. Selain itu, calon emiten dengan kode saham AKSL menunjuk BRI Danareksa Sekuritas dan BCA Sekuritas sebagai penjamin emisi efek.
Sementara itu, perseroan akan menggunakan dana hasil penawaran umum perdana saham di antaranya untuk menambah lini usaha baru dengan melakukan akuisisi atas 99,99 persen saham perusahaan pembiayaan PT Pratama Interdana Finance (PIF) sehingga grup usaha perseroan akan dapat menyalurkan pinjaman dengan jumlah ticket size pinjaman per penerima pinjaman yang lebih besar serta melayani segmen yang lebih luas, dan karenanya meningkatkan kinerja penyaluran pinjaman serta kinerja keuangan ke depannya.
Perseroan adalah grup usaha yang melakukan kegiatan pendanaan UKM melalui marketplace lending platform Akseleran sejak Oktober 2017. Perseroan menyediakan produk pinjaman berbasis cashflow seperti invoice financing, PO financing dan inventory financing sebagai solusi atas permasalahan funding gap yang dialami UKM, di mana besar funding gap tersebut mencapai Rp.2.000 triliun per tahun.
Penyaluran Pinjaman
Hingga Desember 2022, perseroan telah menyalurkan lebih dari Rp.6,5 triliun pinjaman kepada ribuan penerima pinjaman, dengan tingkat pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) penyaluran pinjaman yang mencapai 96 persen per tahun sejak 2018-2022.
Dari sisi pendanaan, perseroan didukung oleh lebih dari 200.000 pemberi pinjaman retail dan berbagai pemberi pinjaman institusional, termasuk berbagai bank di Indonesia seperti Bank BCA, Bank BRI, Bank OCBC, Bank Mandiri, dan Bank Jtrust. Perseroan juga memiliki tingkat NPL yang rendah sebesar 0,41 persen dari outstanding pinjaman perseroan di akhir Desember 2022.
Dengan tingkat NPL yang rendah dan dukungan pendanaan yang kuat, perseroan memiliki cost of fund yang rendah di sekitar 10-10,5 persen per tahun, hal ini menjadi keunggulan kompetitif yang kuat, serta mendukung perseroan untuk memiliki usaha yang berkelanjutan