Sukses

Surya Biru Murni Acetylene Incar Pasar IKN Usai Kerek Produksi Gas

Manajemen emiten produsen gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) menilai Ibu Kota Negara (IKN) akan memiliki kebutuhan gas yang cukup tinggi. Perseroan pun incar pasar di kawasan IKN.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten produsen gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) mengincar pasar di kawasan Ibu Kota Negara (IKN).

Direktur Operasional Surya Biru Murni Acetylene Iwan Sanyoto menilai, IKN akan memiliki kebutuhan gas yang cukup tinggi. Oleh karena itu, SBMA dapat menyediakan produk gas di sana, termasuk sebagai salah satu pemasok utama bagi proyek konstruksi di kilang Pertamina.

“IKN jelas. Mereka juga banyak kebutuhan gas dan kita menjadi salah satu pemasok utama untuk project di kilang. Nanti memakai produk nitrogen untuk untuk nyuci (purging) pipa sebelum diisi minyak ya, minyak kan mudah terbakar itu harus dicuci dulu, itu kita bisa menyiapkan produknya,” kata Iwan dalam keterangan resmi, Senin (3/7/2023).

Belum lama ini, perseroan meresmikan penambahan unit air separation plant (ASP) pada pabriknya yang terletak di, Jalan Mulawarman, Balikpapan. Pabrik ini meningkatkan produksi gas hingga lima kali lipat. Proyek pengembangan pabrik dengan unit air separation plant (ASP). Fasilitas ini menyerap total investasi sebesar Rp 39 miliar, di mana Rp 18 miliar berasal dari dana IPO.

Dengan ada alat baru, produksi oxygen dan nitrogen dari pabrik tersebut ditargetkan meningkat hingga 5 kali lipat pasca commercial start up 7 Juni lalu. Menyumbang peningkatan kapasitas hingga 50 ton per hari, lima kali lipat dari produksi sebelumnya. Hingga kini, perusahaan menghasilkan asetilen, argon, CO2, nitrogen, dan oksigen.

Khusus nitrogen dan oksigen sebagai tambahan terbaru. Perseroan akan fokus pada peningkatan produksi produk nitrogen dan oksigen agar sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Fokus Peningkatan Produksi

"Karena semakin banyak potensi pasar, kami melihat potensi peningkatan permintaan untuk produk nitrogen dan oksigen kami. Kapasitas produksi dan peningkatan efisiensi merupakan faktor penting dalam memenuhi permintaan ini. Kami bangga telah mencapai pencapaian ini dan berharap dapat memperluas kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan kami yang terus meningkat," kata dia.

Iwan mengungkapkan bahwa kelebihan produksi ini diharapkan mampu mengantisipasi peningkatan permintaan dari berbagai sektor industri, termasuk pertambangan, petrokimia, dan minyak dan gas, yang sering membutuhkan oksigen dan asetilen.

"Yang paling menggembirakan bagi para investor adalah pabrik ini beroperasi dengan efisiensi sekitar 60 persen lebih tinggi daripada pabrik sebelumnya. Sehingga memberikan margin keuntungan (yang besar) bagi kami," ungkap Iwan.

Pabrik yang memproduksi nitrogen dan oksigen, akan menjadi fokus penjualan besar-besaran SBMA di tahun ini dan tahun depan. Selain itu, Ia meyakini proyek pembangunan IKN akan menyumbang pendapatan yang signifikan bagi perusahaan.

3 dari 4 halaman

Penjualan Surya Biru Murni 2021 Lampaui Target

Sebelumnya, perusahaan gas, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) mencatatkan penjualan produk gas pada 2021 sebesar Rp 88 miliar. Penjualan melebihi target yang ditetapkan perseroan untuk sepanjang tahun yaitu sebesar Rp84 miliar.

Hal tersebut disampaikan Direktur Operasional PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) Iwan Sanyoto melalui siaran persnya yang diterima Liputan6.com, Selasa, (15/2/2022).

Perolehan penjualan 2021 tersebut meningkat sebesar 20 persen jika dibandingkan 2020. Sementara untuk net profit margin (NPM) tahun lalu, Surya Biru Murni Acetylenemembukukan sebesar Rp7,8 miliar (unaudited) atau naik 47 persen dibandingkan tahun 2020.

Iwan mengatakan, kinerja perseroan pada 2022 akan lebih positif dan perusahaan akan semakin ekspansif. Tahun ini dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), pendapatan ditargetkan sebesar Rp91 miliar.

"Tahun ini, penjualan ditargetkan naik menjadi Rp91 miliar, tahun 2023 ditargetkan sebesar Rp 131 miliar dan tahun 2024 sebesar Rp179 miliar," kata Iwan

Peningkatan pendapatan tersebut ditopang oleh meningkatnya permintaan gas untuk menunjang aktivitas produksi tambang atau industri hulu minyak dan gas (migas). Peningkatan aktivitas tambang tersebut salah satunya dipicu oleh meningkatnya permintaan dan harga batubara yang saat ini mencapai USD 220 per tahun.

Pada 2020, industri/pasar yang paling banyak memesan gas pada SBMA adalah industri pertambangan, yaitu sebesar 30 persen. 

Pemesan terbesar selanjutnya dari engineering procurement and construction (EPC), shipyard dan fabrikasi, yaitu sebesar 19 persen. Selanjutnya industri migas sebesar 10 persen, sektor Petrokimia, laboratorium dan inspeksi 13 persen, sektor kesehatan dan personal 10 persen, dan lainnya 18 persen.

Perseroan produksi gas industri seperti gas oksigen, gas nitrogen, dan gas acetylene. Perusahaan ini juga melayani pengisian dan distribusi gas industri lainnya antara lain gas karbondioksida, argon, helium, hidrogen dan berbagai gas industri lainnya sesuai kebutuhan pelanggan.

 

4 dari 4 halaman

Pemindahan Ibu Kota Negara Jadi Peluang

Iwan meyakini sebagai perusahaan manufaktur penyedia gas industri, permintaan produk dari SBMA akan meningkat tajam. Terutama karena pemerintah merencanakan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur sehingga kebutuhan pembangunan infrastruktur akan semakin tinggi.

"Hal ini menjadi peluang bagi SBMA untuk menjual produk gas industri khususnya untuk pengelasan, acetylene," kata dia.

Selain itu, SBMA juga komitmen menyediakan gas untuk sektor kesehatan khususnya oksigen di wilayah Balikpapan dan sekitarnya.

Dengan laju peningkatan kasus positif Covid-19 varian Omicron membuat keterisian kamar rumah sakit (Bed Occupation Rate / BOR) meningkat drastis. Oleh sebab itu kebutuhan oksigen medis di Rumah Sakit juga meningkat.

"Kami juga tetap siaga menghadapi varian Omicron. Belum lama ini kami melalui direktur operasional sempat melakukan pertemuan dengan pemerintah Kota Balikpapan bersama kepolisian setempat. Kami menjamin ketersediaan stok (oksigen medis) aman," kata Iwan.

Melihat besarnya potensi pasar dan pendapatan yang ada, perseroan membelanjakan dana hasil dari IPO untuk pembelian air separation seharga Rp 19,5 miliar dari perusahaan asal China, Chun An Ming Rong Import And Export Co., Ltd.

Dengan tambahan peralatan baru ini kapasitas produksi perusahaan akan meningkat Lima kali lipat, dari 2 juta liter per tahun menjadi 10 juta liter per tahun. Sementara untuk pembelian pabrik baru beserta kelengkapannya, perseroan mengalokasikan dana sebesar Rp 30 miliar.

“Kami baru saja melakukan proses pembelian air separation unit dari China seharga 8,64 juta Renminbi Tiongkok (RMB/CNY) atau setara dengan 19,5 miliar rupiah," kata Iwan.

Iwan menuturkan, perseroan juga berencana melakukan ekspansi usaha di Kalimantan Utara (Kaltara), dengan  membangun filling station khusus untuk pelanggan industri. Perseroan menargetkan adanya peningkatan penjualan acetylene hingga 1.500 tabung per bulan.

Selain itu, Surya Bumi juga merencanakan untuk mengimplementasikan sistem manajemen tabung yang terintegrasi (integrated cylinder management system). Dengan integrasi sistem secara online ini diharapkan akan terjadi efisiensi usaha lantaran seluruh hub akan terhubung.

"Tahun ini kami membidik kontrak-kontrak baru dan memperpanjang kontrak besar di awal tahun 2022. Kami juga fokus untuk proyek pengembangan pabrik (ASP Development Plan) Dan tengah melakukan design baru untuk intregated cylinder management system," kata dia.