Sukses

Menakar Prospek Calon Emiten Baru di Bursa, Sektor Saham Mana Termoncer?

Sejumlah perusahaan sedang proses IPO. Pendatang baru di BEI itu memiliki kekuatan dan kelemahan. Lalu bagaimana keuangan anggotanya?

Liputan6.com, Jakarta - Minat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih cukup tinggi. Memasuki semester II 2023, setidaknya terdapat delapan calon emiten yang saat ini tengah dalam proses IPO.

Calon-calon emiten tersebut berasal dari sektor yang bervariasi. Rinciannya, satu perusahaan tengah memasuki periode penjatahan atau allotment, yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang bergerak pada sektor basic materials.

Empat perusahaan tengah memasuki masa penawaran atau offering, antara lain PT Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI) dari sektor industrials, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) dari sektor consumer non cyclicals, PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM) dari sektor saham transportation & logistic, dan PT Carsurin Tbk (CRSN) dari sektor industrials.

Sementara tiga lainnya tengah dalam periode book building, antara lain, PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk (AKSL) yang bergerak di sektor financials, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) dari sektor technology, dan PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) dari sektor energy.

"Kalau secara sektor terlihat ada potensi tren positif yang berlanjut atau baru mulai yaitu pada sektor industrials, transportation, basic materials, energy, sehingga saham-saham terkait yang akan IPO dapat dicermati," kata Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova kepada Liputan6.com, Kamis (6/7/2023).

Menurut Ivan untuk jangka pendek hingga menengah sektor-sektor tersebut masih berpotensi menguat. Untuk sektor energi, penguatan didorong kenaikan harga komoditas. Untuk sektor transportasi, Ivan mengamati adanya permintaan yang masih tinggi. Sementar auntuk sektor basic materials, komoditas logam disebut berpotensi rebound.

"Jadi setidaknya untuk jangka pendek hingga menengah, sektor-sektor tersebut masih ada prospek menguat," imbuh Ivan.

Melansir data Bursa, IDX Sector Industrials telah naik 0,54 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD) dan IDX Sector Transportation & Logistic naik 16,96 persen ytd.

Sedangkan IDX Sector Basic Minerals dan IDX Sectors Energy masing-masing terkoreksi 16,84 persen ytd dan 20,96 persen ytd. Di luar sektor yang dijagokan Ivan, IDX Sector Consumer Non Cyclicals naik 5,28 persen ytd, IDX Sector Financials naik 0,52 persen ytd, dan IDX Sector Technology terkoreksi 8,01 persen.

 

 

2 dari 4 halaman

IHSG Lesu pada Semester I 2023, Bos BEI Optimistis Pasar Modal Masih Cerah

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah hingga semester I 2023. IHSG melemah 2,7 persen hingga 27 Juni 2023. Padahal, tahun lalu IHSG positif di tengah mayoritas bursa dunia cenderung negatif. 

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menuturkan, IHSG memang telah turun sejak awal tahun. Sebab, dipengaruhi oleh dampak global, tetapi jika melihat fundamental ekonomi domestik justru menunjukkan hal positif.

"Memang sejak awal tahun ini menurun, tapi itu lebih dipengaruhi dampak global. Fundamental ekonomi domestik menunjukkan hal yang positif. Malah potensi resesi di luar negeri, perang hingga kenaikan harga BBM yang menjadi isu. Ini tidak hanya menimpa bursa kita tetapi juga bursa negara lain," kata Iman Rachman kepada awak media, Selasa (4/7/2023).

Meski demikian, ia menyebut, pasar modal Indonesia masih mendapatkan aliran dana asing. Berdasarkan data Juni 2023, aliran dana asing tercatat sebesar Rp 16,4 triliun.

"Memang yang terjadi sekarang ini secara foreign inflow sudah positif. Tahun lalu foreign inflow Rp 60 triliun dan tahun ini sampai Juni sudah Rp 16,4 triliun," kata dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Prospek Pasar Modal Indonesia

Akan tetapi, aliran dana asing yang masuk belum cukup untuk mengerek IHSG. Hal itu selaras dengan yang terjadi di bursa regional.

Dengan demikian, BEI berusaha menambah jumlah emiten baru, meningkatkan volume perdagangan dari emiten eksisting, menambah produk baru tahun lalu, seperti waran terstruktur.

Oleh sebab itu, BEI menilai pasar modal Indonesia masih memiliki prospek yang cerah ke depannya. Ini mengingat, BEI tengah menggeber sejumlah produk baru demi meningkatkan jumlah transaksi harian investor.

"Kami juga menambah produk baru, tahun lalu kami ada structured warrant, tahun ini kita harapkan ada Single Stock Future (SSF). Jadi ada produk baru yang kami tawarkan ke investor untuk meningkatkan transaksinya yang akan berdampak kepada IHSG," ujar dia.

 

4 dari 4 halaman

Kinerja IHSG pada Semester I 2023

Sebelumnya,  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merah pada perdagangan akhir Juni 2023. IHSG melemah 0,04 persen dibanding ke posisi 6.661,879 dari penutupan sebelumnya.

Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IHSG turun 2,76 persen sepanjang paruh pertama tahun ini. Praktisi Trading dan Investasi, Desmond Wira menilai, terdapat beberapa sentimen yang menyeret IHSG ke zona merah. Sentimen negatif terutama berasal dari sektor energi dan komoditas yang terpuruk seiring turunnya harga energi dan komoditas.

"Kemudian ditambah China mempertimbangkan untuk mengakhiri pelarangan impor batu bara dari Australia. Sebelumnya permintaan batu bara ke China didongkrak sentimen ini. Sehingga harga energi termasuk batu bara melonjak gila-gilaan satu dua tahun lalu," ujar Desmond kepada Liputan6.com, Kamis (29/6/2023).

Ia menilai, secara umum sektor transportasi memimpin penguatan. Sedangkan sektor yang mengalami koreksi adalah sektor energi dan basic material. Sebagai gambaran, sektor transportasi atau IDX sector transportation & logistic telah naik 14,37 persen pada semester I tahun ini. Sedangkan IDX sector energy susut 23,76 persen dan IDX sector basic materials susut 18,35 persen.

Sepanjang semester I 2023, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 16,20 triliun. Kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.459 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI yang mencapai Rp 1.117 triliun. Lalu disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 814 triliun, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar Rp 517 triliun.

Selanjutnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 480 triliun, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 396 triliun.Di sisi lain, transaksi perdagangan merosot. Volume perdagangan saham susut menjadi 18,51 miliar saham, nilai transaksi menjadi Rp 10,34 triliun, dan rata-rata transaksi harian saham 1.184.594 kali.

Â