Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan surat utang pada semester II 2023 akan ramai. Economic Research Division Pefindo, Suhindarto menjelaskan, salah satu alasan yang mendasari pandangan itu adalah tren kenaikan suku bunga yang landai.
Meski untuk paruh pertama tahun ini penerbitan surat utang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
"Kalau kita lihat di Juli, dari pipeline yang sudah masuk data KSEI, nilainya sudah ada sekitar Rp 28,7 triliun sepanjang 1-13 Juli 2023. Tahun lalu banyaknya di Maret yang bisa terbit hingga Rp 25 triliun. Di tahun ini penerbitan tinggi terjadi di Juli," kata Suhindarto dalam dalam Media Forum, Jumat (7/7/2023).
Advertisement
Sebagai gambaran, penerbitan surat utang pada semester I tahun ini tercatat sebesar Rp 45,98 triliun, terkontraksi 36,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 72,73 triliun.
Penurunan penerbitan pada tahun 2023 disebabkan oleh nilai surat utang jatuh tempo yang lebih rendah dan juga tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Dari sisi suku bunga acuan pada awal tahun 2022 sebesar 3,50 persen, sementara pada awal tahun 2023 suku bunga acuan mencapai 5,75 persen. Suku bunga acuan yang lebih tinggi akan menghasilkan kupon yang lebih tinggi dan membuat biaya penerbitan surat utang korporasi relatif lebih tinggi.
"Jadi kami harapkan penerbitan di semester II 2023 bisa lebih tinggi dibandingkan semester I karena sudah diekspektasikan suku bunga sudah mencapai puncaknya, dan ke depan ada peluang untuk penurunan suku bunga dengan inflasi yang sudah masuk di rentang target," imbuh Suhindarto.
Pefindo Kantongi Mandat Surat Utang Rp 61,3 Triliun hingga Semester I 2023
Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mencatat nilai mandat penerbitan surat utang hingga semester I 2023 sebesar Rp 61,3 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari 41Â perusahaan.
Rinciannya, 18 perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaan dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sisanya 23 perusahaan non-BUMN.
"Jadi kalau kita lihat dari rencana emiten untuk menerbitkan surat utang cukup besar. DI semester I 2023, total yang sudah kita rating itu sebesar RP 61,3 triliun," kata Direktur Utama Pefindo, Irmawati Amran dalam Media Forum, Jumat (7/7/2023).
Lebih rinci, Irmawati memaparkan berdasarkan jenis surat utang, PUB Obligasi paling banyak senilai Rp 25,7 triliun. DIsusul obligasi Rp 14 triliun, sukuk Rp 10,49 triliun, PUB sukuk Rp 5,89 triliun, MTN Rp 4,57 triliun, dan sekuritisasi Rp 600 miliar. Sementara berdasarkan sektor industrinya adalah sebagai berikut:
- Sektor Industri Bubur Kertas dan Tissue, 3 perusahaan senilai Rp 16,63 triliun
- Sektor Perbankan, 4 perusahaan senilai Rp 7,6 triliun
- Sektor Pertambangan, 3 perusahaan senilai Rp 7 triliun
- Sektor Multifinance, 7 perusahaan senilai Rp 5,6 triliun
- Sektor Perusahaan Induk, 3 perusahaan senilai Rp 3,9 triliun
- Sektor Bandara, 1 perusahaan senilai Rp 3,72 triliun
- Sektor Jalan Tol, 1 perusahaan senilai Rp 3,62 triliun
- Sektor Perdagangan & Distribusi, 2 perusahaan senilai Rp 3,23 triliun
- Sektor Konstruksi, 2 perusahaan senilai Rp 2 triliun
- Sektor Lembaga Keuangan Khusus, 1 perusahaan senilai Rp 2 triliun
- Sektor Telekomunikasi, 2 perusahaan senilai Rp 1,3 triliun
- Sektor Properti, 3 perusahaan senilai Rp 1,3 triliun
- Sektor Minyak dan Gas, 1 perusahaan senilai Rp 1 triliun
- Sektor Manufacturing, 2 perusahaan senilai Rp 700 miliar
- Sektor Pelayaran, 1 perusahaan senilai Rp 550 miliar
- Sektor Sekuritas, 1 perusahaan senilai Rp 408 miliar
- Sektor Listrik & Energi, 1 perusahaan senilai Rp 400 miliar
- Sektor Industri Jasa Pengamanan, 1 perusahaan senilai Rp 150 miliar
- Sektor Industri Pembiayaan, 1 perusahaan senilai Rp 100 miliar
- Sektor Modal Ventura, 1 perusahaan senilai Rp 100 miliarÂ
Â
Â
Advertisement
Pefindo Angkat Irmawati Jadi Direktur Utama
Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau PEFINDO mengumumkan pengangkatan Direktur Utama baru, Irmawati menggantikan Atep Salyadi Dariah Saputra atau Salyadi Saputra. Hal itu telah disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PEFINDO yang digelar Kamis, 17 November 2022.
"Irma menggantikan Salyadi Saputra yang telah mengundurkan diri pada  September 2022 karena diangkat sebagai Direktur di PT Pertamina (Persero)," ungkap manajemen PEFINDO dalam keterangan resmi, Jumat (18/11/2022) Salyadi Saputra didapuk menjadi Direksi Pertamina melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan pada September lalu.
Adapun Irmawati sebelumnya menjabat sebagai Komisaris Utama PT Indonesian Capital Market Electronic Library (TICMI). Dia juga tercatat sebagai Kepala Divisi Inkubasi Bisnis PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pencalonan Irmawati sebagai direktur utama PEFINDO sebelumnya telah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat OJK No. S-165/PM.22/2022 tanggal 15 November 2022 perihal Keputusan atas Pencalonan Direktur Utama Perusahaan Pemeringkat Efek Atas Nama PT Pemeringkat Efek Indonesia, setelah menjalani penilaian kemampuan dan kepatutan oleh OJK.
Dengan pengangkatan direktur utama baru tersebut maka susunan Direksi PEFINDO menjadi sebagai berikut:
Direktur Utama: Irmawati
Direktur: Hendro Utomo
Direktur: Ignatius Girendroheru.
Â