Sukses

Peluang Investasi Saham di Tengah Koreksi IHSG

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meski lesu secara ytd menjadi peluang investasi di saham.Sejumlah sentimen bayangi pasar seperti kebijakan the Fed dan Pemilu.

Liputan6.com, Jakarta - Investasi di pasar saham masih menjadi peluang di tengah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang alami koreksi secara year to date (ytd).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 1,96 persen ytd ke posisi 6.716 pada Jumat, 7 Juli 2023.Sementara itu, indeks IBPA mencatat tingkat pengembalian mencapai 6,98 persen.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk menyebutkan, imbal hasil obligasi bertenor di atas 5 tahun sebesar 6,7 persen, rata-rata 4,9 persen. Bahkan imbal hasil obligasi bertenor 5 tahun ini lebih tinggi dari imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sebesar 6,25 persen.

“Ini berarti saham relatif undervalued terhadap obligasi. Ini peluang investasi di saham,” tulis Ashmore.

Pada pekan lalu, IHSG naik 0,8 persen menjadi 6.716 yang didukung sektor saham energi dan consumer siklikal. Sektor saham tersebut masing-masing berkontribusi 4,58 persen dan 4,40 persen.

Pada pekan lalu,tingkat inflasi lebih rendah di Indonesia. Ashmore juga melihat manufaktur PMI Indonesia tercatat 52,5 dari sebelumnya 50,3 sehingga menunjukkan ekspansi lebih kuat.

Sementara itu, cadangan devisa melanjutkan tren penurunan menjadi USDD 137,5 miliar karena pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, level ini tetap di atas standar global dan memadai untuk mendukung stabilitas sistem keuangan.

Sementara itu, dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan pasar tenaga kerja tetap tangguh dan kuat dari yang diharapkan. Ashmore menilai, hal tersebut semakin menambah kemungkinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) kerek suku bunga lagi pada pertemuan Juli 2023.

 

2 dari 5 halaman

Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Saat ini ada kesempatan 90 persen kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan FOMC. “Jika demikian, suku bunga the Fed akan mencapai titik tertinggi baru pada 2007 5,25 persen sama dengan suku bunga the Fed saat ini,” tulis Ashmore.

Akan tetapi, hal penting untuk diingat kenaikan suku bunga lebih lanjut mengurangi likuiditas dan efek meredam inflasi. Sementara secara bersamaan meningkatkan risiko gagal bayar dan tekanan di sektor perbankan seperti yang terlihat dalam beberapa bulan terakhir.

Dari makro ekonomi Indonesia, pemilihan umum (pemilu) akan kerek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada semester II 2023, peluang belanja lebih besar. Diprediksi aliran dana yang masuk mencapai Rp 270 triliun dalam perekonomian di samping surplus fiskal Rp 128,5 triliun pada kuartal I 2023.

"Kami merekomendasikan untuk tetap investasi dan melakukan diversifikasi di reksadana,” tulis Ashmore.

3 dari 5 halaman

Siap-siap, Pejabat The Fed Beri Sinyal Suku Bunga Bakal Terbang Naik Lagi

Sebelumnya, Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan mengeluarkan sinyal potensi kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan Juni 2023. 

Lorie Logan menegaskan pandangannya bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan untuk mendinginkan ekonomi Amerika Serikat.

"Akan sepenuhnya tepat untuk menaikkan kisaran target dana federal pada pertemuan Juni (Komite Pasar Terbuka Federal), konsisten dengan data yang telah kami lihat dalam beberapa bulan terakhir dan tujuan mandat ganda The Fed," ujar Logan di sebuah acara yang diadakan di Columbia University, dikutip dari US News, Jumat (7/7/2023).

Tetapi Logan juga mengakui bahwa ekonomi AS dibayangi tantangan dan ketidakpastian.

Logan mencatat bahwa prakiraan yang dirilis pada pertemuan FOMC bulan Juni menunjukkan ekspektasi kenaikan suku bunga, dan "penting bagi FOMC untuk menindaklanjuti sinyal yang kami kirimkan pada bulan Juni".

"Dua pertiga dari peserta FOMC memproyeksikan setidaknya dua lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini," ungkap prakiraan tersebut.

"Saya tetap sangat prihatin tentang apakah inflasi akan kembali ke target secara berkelanjutan dan tepat waktu," kata Logan, menambahkan bahwa prospek berkelanjutan untuk inflasi di atas target dan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan memerlukan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Risalah pertemuan The Fed juga menunjukkan hampir semua gubernur bank sentral mendukung untuk mempertahankan tingkat suku bunga antara 5 persen dan 5,25 persen, untuk melihat bagaimana dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga sebelumnya.

 

4 dari 5 halaman

Inflasi AS Mulai Menjinak

Sebelumnya, Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan mengeluarkan sinyal potensi kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan Juni 2023. 

Lorie Logan menegaskan pandangannya bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan untuk mendinginkan ekonomi Amerika Serikat.

"Akan sepenuhnya tepat untuk menaikkan kisaran target dana federal pada pertemuan Juni (Komite Pasar Terbuka Federal), konsisten dengan data yang telah kami lihat dalam beberapa bulan terakhir dan tujuan mandat ganda The Fed," ujar Logan di sebuah acara yang diadakan di Columbia University, dikutip dari US News, Jumat (7/7/2023).

Tetapi Logan juga mengakui bahwa ekonomi AS dibayangi tantangan dan ketidakpastian.

Logan mencatat bahwa prakiraan yang dirilis pada pertemuan FOMC bulan Juni menunjukkan ekspektasi kenaikan suku bunga, dan "penting bagi FOMC untuk menindaklanjuti sinyal yang kami kirimkan pada bulan Juni".

"Dua pertiga dari peserta FOMC memproyeksikan setidaknya dua lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini," ungkap prakiraan tersebut.

"Saya tetap sangat prihatin tentang apakah inflasi akan kembali ke target secara berkelanjutan dan tepat waktu," kata Logan, menambahkan bahwa prospek berkelanjutan untuk inflasi di atas target dan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan memerlukan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Risalah pertemuan The Fed juga menunjukkan hampir semua gubernur bank sentral mendukung untuk mempertahankan tingkat suku bunga antara 5 persen dan 5,25 persen, untuk melihat bagaimana dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga sebelumnya.

 

 

5 dari 5 halaman

Kebijakan The Fed

Namun, para analis memperingatkan bahwa pembuat kebijakanThe  Fed sedang mencari tren pendinginan pertumbuhan yang lebih pasti sebelum mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.

Dalam basis bulanan, CPI naik 0,1 persen di bulan Mei, melambat dari 0,4 persen di bulan April, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.

Tetapi angka itu belum termasuk komponen biaya pangan dan energi, di mana inflasi AS pada konsumen naik 5,3 persen selama 12 bulan terakhir.

"Indeks tempat tinggal merupakan kontributor terbesar kenaikan semua barang dalam inflasi bulanan, diikuti oleh kenaikan indeks mobil dan truk bekas," ungkap Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat.