Sukses

Bursa Saham Asia Menghijau Jelang Rilis Data Inflasi

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar naik pada perdagangan Senin, 10 Juli 2023 dengan indeks Nikkei Jepang bertambah 0,28 persen. Penguatan bursa Asia Pasifik di tengah rilis data inflasi pekan ini.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Senin, (10/7/2023). Penguatan bursa saham Asia Pasifik terjadi jelang rilis data inflasi pekan ini termasuk indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) pada Rabu dan indeks harga produsen pada Kamis pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Senin, 10 Juli 2023, inflasi China dan harga produsen akan memberikan lebih banyak wawasan pada pemulihan negara tersebut. Ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi pembacaan CPI tetap setelah harga produsen anjlok pada bulan lalu.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengakhiri kunjungannya ke Beijing, China. Ia menuturkan, pembicaraan itu “langsung” dan “produktif” menempatkan hubungan bilateral pada pijakan yang lebih pasti.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,28 persen, menguat tipis setelah turun lebih dari 1 persen pada perdagangan Jumat pekan ini. Indeks Topix bertambah 0,13 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,17 persen, sedangkan indeks Kosdaq melemah 0,36 persen. Indeks ASX 200 menguat 0,52 persen.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng mencatat kinerja indeks berjangka 18.759. Indeks tersebut lebih tinggi dari penutupan sebelumnya 18.365,7.

Pada Jumat, 7 Juli 2023, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah di tengah kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga. Tiga indeks acuan melemah. Indeks Dow Jones melemah 0,55 persen, indeks S&P 500 susut 0,29 persen dan Indeks Nasdaq tergelincir 0,13 persen.

Laporan pekerjaan Juni Departemen Tenaga Kerja menunjukkan gaji meningkat kurang dari yang diharapkan, mendingin dari Mei. Nonfarm Payrolls naik 209.000, sementara tingkat pengangguran mencapai 3,6 persen.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 7 Juli 2023

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah dalam dua hari pada perdagangan saham Jumat, 7 Juli 2023 setelah wall street merilis data tenaga kerja Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini membawa kekhawatiran kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, berdasarkan laporan ADP, pekerjaan sektor swasta melonjak 497.000 dalam sebulan. Data tersebut lebih baik dari perkiraan consensus Dow Jones sebesar 220.000. Kenaikan tersebut hasilkan pertumbuhan terbesar sejak Juli 2022.

Data tersebut juga ikuti risalah pertemuan the Fed yang dirilis Rabu. Risalah menunjukkan sebagian besar pejabat akan mendukung lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Janet Yellen di Beijing untuk perjalanan empat hari bertemua dengan pejabat China, menandai semakin mencairnya hubungan antara AS dan China.

Indeks Hang Seng turun 0,9 persen, dan indeks Hang Seng teknologi melemah hampir 1 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai terpangkas 0,28 persen menjadi 3.196,61. Indeks Shenzhen susut 0,73 persen ke posisi 10.888,55.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 1,69 persen, dan memimpon koreksi di wilayah tersebut. Indeks ASX ditutup di posisi 7.042,3.

Indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 1,17 persen ke posisi 32.388,42. Indeks Topix merosot 0,97 persen ke posisi 2.254,9. Di Korea Selatan, indeks Kospi susut 1,16 persen ke posisi 2.526,71. Hal ini seiring Samsung Electronics prediksi koreksi laba operasional kuartal II sebesar 96 persen.

3 dari 4 halaman

Wall Street Tersungkur, Investor Khawatir The Fed Bakal Kerek Suku Bunga Lagi

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Jumat, 7 Juli 2023. Dengan koreksi wall street membawa kinerja mingguan merosot.

Hal tersebut terjadi lantaran pelaku pasar berupaya menghilangkan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat akan mulai menaikkan suku bunga lagi pada akhir Juli 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (8/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,29 persen ke posisi 4.398,95. Indeks Nasdaq tergelincir 0,13 persen menjadi 13.660,72. Indeks Dow Jones merosot 187,38 poin atau 0,55 persen ke posisi 33.734,88.

Tiga indeks acuan itu melemah selama sepekan. Indeks S&P 500 merosot 1,16 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 0,92 persen. Indeks Dow Jones susut 1,96 persen, dan membukukan kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2023.

Laporan pekerjaan pada Juni dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan gaji meningkat kurang dari yang diharapkan pada Mei 2023. Nonfarm payrolls naik 209.000, sementara tingkat pengangguran mencapai 3,6 persen. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones telah antisipasi tambahan 240.000 dan tingkat pengangguran 3,6 persen.

Akan tetapi, bagian dari laporan itu, termasuk angka upah yang lebih kuat dari perkiraan, meningkatkan kekhawatiran kalau bank sentral mungkin memiliki alasan untuk melanjutkan kenaikan akhir bulan ini. Penghasilan per jam rata-rata meningkat 0,4 persen pada Juni, dan 4,4 persen dari tahun lalu. Sementara itu, tingkat pengangguran turun dari 3,7 persen pada Mei 2023.

“Ini semacam gambaran beragam hari ini. Ini adalah kabar baik kalau ekonomi tidak berantakan, masih terus berjalan, tetapi Anda masih memiliki tekanan upah yang akan membuat the Fed akan menaikkan suku bunga pada akhir bulan,” ujar Keith Lerner dari Truist.

 

4 dari 4 halaman

Wall Street Berpotensi Melemah

Dalam waktu dekat, Lerner menuturkan, saham berpotensi melemah setelah Juni. Hal ini dapat menyebabkan konsolidasi dan aksi bergejolak karena pasar menuju musim laporan keuangan.

Menyusul rilis data pada Jumat pekan ini, pelaku pasar terus bertaruh dimulainya kembali kenaikan suku bunga pada akhir Juli 2023 dengan memperkirakan peluang 92 persen kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Peluang itu hampir sama, menurut CME Group’s FedWatch. Pembuat kebijakan mengindikasikan pada pertemuan Juni kalau dua kali lagi kenaikan suku bunga pada 2023.