Sukses

Valuasi Raksasa Teknologi China Susut USD 1 Triliun akibat Tindakan Ketat Otoritas

Regulator China yang keras berdampak terhadap harga saham raksasa teknologi termasuk Alibaba.Kini investor berharap kebijakan ketat diperlonggar setelah valuasi susut lebih dari USD 1 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi besar China telah kehilangan valuasi lebih dari USD 1 triliun. Hal itu menyusul tindakan keras pemerintah terhadap sektor teknologi sejak lebih dari dua tahun lalu.

Investor kini berharap aturan ketat yang menghambat pertumbuhan sejak akhir 2020 akan mulai dilonggarkan, setelah People's Bank of China (PBOC) mengindikasikan perubahan arah sedang berlangsung. Melansir Yahoo Finance, Kamis (13/7/2023), bank sentral China mengatakan sebagian besar masalah utama untuk bisnis keuangan perusahaan platform telah diperbaiki, dan regulator akan mengalihkan fokus mereka ke industri secara keseluruhan daripada perusahaan tertentu.

Analis menilai penundaan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) afiliasi Alibaba Ant Group senilai USD 37 miliar pada November 2020 sebagai awal dari tindakan keras regulator terhadap perusahaan teknologi China. Sejak itu, sekitar USD 1,1 triliun telah hilang dari kapitalisasi pasar saham Alibaba Group yang terdaftar di Hong Kong, Tencent, raksasa pengiriman makanan China Meituan, penyedia mesin pencari Baidu Inc dan situs e-commerce JD.com.

Harga saham kelima perusahaan tersebut anjlok antara 40,4 persen dan 71 persen selama periode tersebut. Saham-saham teknologi di Hong Kong telah menguat 4,1 persen sejak Senin karena investor mengandalkan lingkungan peraturan yang longgar untuk meningkatkan pendapatan, tetapi beberapa analis telah mengeluarkan nada kehati-hatian.

"Perusahaan teknologi mega-cap akan mengalokasikan pengeluaran modal dalam jumlah yang semakin besar untuk mengembangkan teknologi dan produk AI generatif di lingkungan eksternal yang tidak bersahabat, yang berpotensi mempengaruhi profitabilitas," kata ahli strategi Saxo Markets di Hong Kong, Redmond Wong.

Sementara Direktur Penjualan UOB Kay Hian, Steven Leung, mengatakan penilaian saat ini akan bertahan sampai pasar melihat lebih banyak kebijakan pendukung dari otoritas setempat.

 

2 dari 3 halaman

Kekayaan Jack Ma Merosot 50 Persen

Sebelumnya, kekayaan Jack Ma diperkirakan susut lebih dari setengah kekayaannya tiga tahun lalu. Bloomberg Billionaires Index pada Rabu memproyeksikan kekayaan Ma turun USD 4,1 miliar selama setahun terakhir, karena penurunan besar atas valuasi Ant Group, raksasa fintech yang ia dirikan.

Ma, yang juga ikut mendirikan perusahaan e-commerce Alibaba (BABA), memiliki 9,9 persen saham di Ant. Pengusaha, yang pernah menjadi orang terkaya di Asia itu sekarang memiliki kekayaan bersih sekitar USD 30 miliar, tak lebih dari setengah kekayaannya 2020 lalu yang mencapai USD 61,2 miliar.

Ant, terkenal karena menjalankan sistem pembayaran digital Alipay yang ada di mana-mana di China daratan, sedang melakukan pembelian kembali (buyback) saham senilai USD 78,5 miliar. Turun 75 persen atau USD 230 miliar dari penilaiannya pada 2020.

Melansir CNN, Rabu (12/7/2023), kerugian gabungan dari kapitalisasi pasar untuk Ant dan Alibaba berjumlah sekitar USD 877 miliar berdasarkan harga saham puncak yang dicatat pada akhir Oktober 2020, saat pengusaha tersebut mengecam regulator keuangan dan bank China dalam sebuah pidato. Kritik Ma disampaikan hanya beberapa hari sebelum Ant ditetapkan ke daftar pengawasan di Shanghai dan Hong Kong.

Kejadian itu menandai dimulainya tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perusahaan swasta di China, yang menyebabkan peningkatan pengawasan peraturan terhadap perusahaan teknologi lain di seluruh negeri. Regulator China menghentikan IPO Ant senilai USD 37 miliar pada November 2020 dan memerintahkan perusahaan untuk merestrukturisasi bisnisnya.

 

3 dari 3 halaman

Bisnis Alibaba

Sejak itu, Ma tidak menampakkan diri. Dalam beberapa tahun terakhir, dia dilaporkan banyak menghabiskan waktu di Jepang. Dia juga memulai pertunjukan baru sebagai profesor tamu di universitas Tokyo, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk filantropi. Ma bahkan mundur dari perusahaan yang dia dirikan.

Pada Januari lalu, Ma melepaskan kendali Ant setelah menghabiskan dua tahun membenahi bisnisnya dari pinjaman konsumen ke produk asuransi atas perintah regulator. Dia telah mengundurkan diri sebagai ketua Alibaba pada 2019, ketika dia berusia 55 tahun.

Ant dan unitnya juga didenda USD 984 juta oleh regulator keuangan China minggu lalu, karena diduga melanggar aturan terkait perlindungan konsumen dan tata kelola perusahaan.

Pada Maret, Alibaba mengumumkan rencana untuk membagi menjadi enam unit terpisah, masing-masing diawasi oleh kepala eksekutif dan dewan direksi sendiri. Perusahaan berharap struktur baru akan membuat perusahaan lebih gesit dan membuka nilai lebih besar bagi investor.