Sukses

Bursa Saham Asia Merosot Jelang Rilis Data Ekonomi China

Indeks acuan di Australia dan Korea Selatan kompak melemah di bursa saham Asia pada Senin, 17 Juli 2023. Investor menanti data ekonomi China.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Senin, (17/7/2023). Hal ini seiring investor menantikan data ekonomi utama dari China, termasuk produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II dan rilis output industri Juni.

Dikutip dari CNBC, pekan lalu, sebuah jajak pendapat Reuters mengatakan, sementara PDB diharapkan tumbuh 7,3 persen year on year (YoY). Pertumbuhan ekonomi tersebut dari level rendah dan momentum pemulihan goyah dengan cepat, meningkatkan harapan Beijing harus segera meluncurkan lebih banyak langkah stimulus.

Indeks Hang Seng bersiap untuk pembukaan lebih rendah setelah kenaikan beruntun dalam lima hari. Indeks Hang Seng berjangka 19.319. Indeks ini turun dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya 19.413,78.

Namun, bursa saham Hong Kong akan alami penundaan pembukaan seiring peringatan yang dikeluarkan untuk Topan Talim. Otoritas bursa mengatakan, jika peringatan topam melampaui pukul 12 siang waktu Hong Kong semua sesi perdagangan akan dibatalkan.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,12 persen. Australia akan rilis angka pengangguran akhir pekan ini yang akan beri petunjuk langkah bank sentral Australia.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,43 persen jelang rilis data perdagangan Juni. Sementara itu, data perdagangan akan dirilis dari Singapura dan Indonesia.

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street beragam pada Jumat pekan ini. Indeks Dow Jones mencapai level tertinggi sejak Maret seiring hasil laba yang kuat dari beberapa bank dan perusahaan terbesar memulai musim laporan keuangan. Namun, indeks S&P 500 susut 0,10 persen dan indeks Nasdaq tergelincir 0,18 persen. Dua indeks saham acuan itu sentuh level intraday tertinggi sejak April 2022.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 14 Juli 2023

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik kompak menguat pada perdagangan Jumat, 14 Juli 2023 setelah rilis inflasi Amerika Serikat (AS) lebih rendah dari yang diharapkan. Hal itu meningkatkan optimisme inflasi akan turun tanpa membuat pasar tenaga kerja melemah.

Dikutip dari CNBC, indeks harga produsen AS pada Juni naik 0,1 persen year on year (YoY). Sedangkan inflasi inti yang hapus harga makanan dan energi bertambah 0,1 persen. Inflasi ini ini lebih rendah dari harapan.

Indeks ASX 200 bertambah 0,78 persen ke posisi 7.303,1 setelah pemerintah menetapkan Michele Bullock sebagai Gubernur Bank Sentral Australia.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah ke posisi 32.391. Indeks Topix susut 0,7 persen ke posisi 2.239,1 Sedangkan selama sepekan, indeks Nikkei mendatar dan indeks topix melemah 0,63 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 1,43 persen ke posisi 2.628,30, dan pimpin penguatan di wilayah regional. Indeks Kospi ditutup ke level tertinggi 2.641,16. Indeks Kosdaq bertambah 0,36 persen ke posisi 896,28.

Indeks Hang Seng Hong Kong menanjak 0,21 persen saat final jam perdagangan. Di bursa saham China, indeks Shanghai menguat ke posisi 3.237,7. Indeks Shenzhen melemah 0,14 persen ke posisi 11.080,31.

Sementara itu, ekonomi Singapura tumbuh 0,7 persen pada kuartal II, dan hindari resesi secara teknikal. Indeks Strait Times melompat 0,26 persen setelah rilis pertumbuhan ekonomi.

 

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 14 Juli 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 14 Juli 2023. Indeks Dow Jones catat penguatan dalam sehari seiring hasil laba yang kuat dari beberapa bank dan perusahaan terbesar.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (15/7/2023),  pada penutupan perdagangan wall street indeks Dow Jones melambung 113,89 poin atau 0,33 persen ke posisi 34.509,03. Indeks Dow Jones mencatat kenaikan dalam lima hari berturut-turut.

Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 0,10 persen ke posisi 4.505,42. Indeks Nasdaq tergelincir 0,18 persen ke posisi 14.113,70. Baik indeks S&P 500 dan Nasdaq menyentuh level intraday tertinggi sejak April 2022.

Selama perdagangan sepekan di wall street, indeks Dow Jones mencatat kinerja terbaik sejak Maret dengan naik 2,3 persen. Indeks S&P 500 bertambah 2,4 persen, dan indeks Nasdaq naik 3,3 persen.

Saham UnitedHealth mengangkat indeks acuan pada Jumat, 14 Juli 2023 sebagai top performer. Saham raksasa asuransi itu melonjak lebih dari 7 persen setelah melaporkan laba dan pendapatan yang disesuaikan lebih baik dari perkiraan.

Perusahaan juga menaikkan batas bawah panduan laba yang disesuaikan setahun penuh. UnitedHealth juga menjadi pemenang terbesar di sektor perawatan kesehatan S&P 500 yang naik 1,5 persen.

Saham JPMorgan Chase melambung 0,6 persen setelah laba kuartal II melampaui harapan. Saham bank didorong oleh suku bunga lebih tinggi dan dan pendapatan bunga yang meningkat.

Sementara itu, saham Wells Fargo melemah 0,3 persen, meski bank membukukan hasil lebih baik dari perkiraan.

"Apa yang kami lihat dari laba bank besar, terutama JPMorgan, cukup tangguh,” ujar Chief Investment Officer Horizon Investments, Scott Ladner, seperti dikutip dari CNBC.

 

4 dari 4 halaman

Laba Perusahaan Diprediksi Turun

Ladner menambahkan, pihaknya melihat tingkat gagal bayar secara historis masih sangat rendah dan tidak menunjukkan tanda-tanda meroket lebih tinggi. “Jadi itu pertanda baik bagi konsumen dan ekonomi,” ujar dia.

Harapan untuk musim ini suram dengan analisi prediksi penurunan laba S&P 500 sekitar 7 persen dari tahun ke tahun, menurut FactSet. Hal itu akan menandai musim laba yang buruk sejak kuartal II 2020, saat laba S&P 500 merosot 31,6 persen.

Sentimen investor telah terangkat oleh laporan inflasi yang lemah pekan ini. Laporan indeks harga produsen terbaru menunjukkan inflasi naik kurang dari yang diantisipasi dan dibangun di atas optimisme pelaku pasar dari data indeks harga konsumen pada Juni yang dirilis Rabu pekan ini.

Saat ini investor mempertimbangkan apakah ekonomi yang kuat yang diilustrasikan oleh data terbaru dapat mendorong saham lebih tinggi pada akhir tahun.

“Skenario Goldilocks masih hidup dan sehat, dalam hal penurunan tekanan inflasi dan ada pertumbuhan ekonomi yang masih cukup kuat. Jadi ini latar belakang yang cukup bagus untuk aset berisiko,” ujar Ladner.

Video Terkini