Sukses

BRI Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh hingga 12 Persen pada 2023

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menuturkan, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10-12 persen pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan semakin pulihnya kondisi ekonomi nasional, memasuki paruh kedua 2023, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kian optimistis kinerja perseroan akan semakin baik.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menuturkan, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10-12 persen pada tahun ini. 

Dia pun mengungkapkan beberapa faktor pendorong pertumbuhan tersebut. Pertama, kondisi ekonomi makro Indonesia sejauh ini masih sangat kondusif untuk mendukung pertumbuhan kredit. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2023 sebesar 5,03 persen secara tahunan.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3 persen, didorong oleh perbaikan permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.

"Yang kedua mengenai stimulus dari pemerintah tetap berjalan sehingga akan mendorong bisnis di UMKM juga akan berjalan ke depannya. Kemudian yang lain adalah daya beli. Ini cukup penting untuk pertumbuhan UMKM ke depan sebagai fokus bisnis BRI,” kata Agus dalam keterangan resminya, Selasa (25/7/2023).

Dia menambahkan, jika daya beli tumbuh dengan baik akan mendorong permintaan kredit perbankan. Ketiga, mengenai kebijakan suku bunga di mana BI tidak menaikannya secara agresif. 

"Kalau suku bunga secara umum kondusif untuk pertumbuhan ekonomi, hal ini juga akan mendorong permintaan kredit di industri perbankan,” kata dia.

Di sisi lain, Bank Rakyat Indonesia juga terus mencatatkan penurunan jumlah restrukturisasi kredit pasca pandemi. 

“Alhamdulillah saat ini sudah jauh berkurang. Posisi Juni 2023 tinggal sekitar Rp83,2 triliun atau sekitar 7,64 persen dari total kredit BRI. Jadi setiap bulan kami turun antara Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini kami bisa kelola, sehingga dapat terus menurun hingga rasio Loan at Risk (LAR) BRI bisa kembali dari 15,1 persen. di Juni ini ke single digit. Mungkin akan kami dapat di akhir tahun depan atau tahun 2025,” ujarnya.

Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko. BRI tidak ingin mengabaikan kondisi ekonomi di tataran global yang masih penuh ketidakpastian.

Seperti diketahui kondisi geopolitik di Eropa karena karena perang Ukraina-Rusia masih memanas. Tren era suku bunga tinggi diberlakukan banyak bank sentral termasuk di Amerika Serikat pun masih terjadi. Belum lagi tren laju inflasi di berbagai belahan dunia masih tinggi.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BRI Gandeng BEI Ajak Nasabah Korporasi Gelar IPO

Sebelumnya,  tren aktivitas pasar modal di Indonesia terus berkembang seiring dengan semakin meningkatnya jumlah investor milenial yang terlibat. Keuntungannya, perusahaan-perusahaan berpeluang besar dalam mengembangkan bisnisnya melalui pendanaan dari pasar modal.

Direktur Bisnis Wholesale dan Kelembagaan BRI, Agus Noorsanto mengatakan, pihaknya berharap nasabah korporasi BRI dapat memanfaatkan momentum serta keuntungan dari mendapatkan pendanaan baru di pasar modal untuk mengembangkan usahanya. 

"Dengan menjadi perusahaan terdaftar, perusahaan memiliki akses langsung ke pasar modal untuk mendapatkan pendanaan tambahan di masa depan melalui penerbitan saham atau obligasi. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam manajemen keuangan perusahaan dan memperluas sumber pendanaan yang tersedia”, kata Agus dalam keterangan resminya, Senin (17/7/2023).

Dia bilang, melalui program kolaborasi BRI dan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini merupakan respons dari tren positif yang ditunjukkan pasar modal Indonesia di tengah gejolak perekonomian dunia yang dinamis. Tercatat peningkatan nilai kapitalisasi pasar menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 10 persen selama 5 tahun terakhir. 

Ditambah lagi pertumbuhan jumlah investor yang signifikan, hingga masuknya perusahaan-perusahaan rintisan (start-up) sebagai emiten di BEI yang menjadi simbol dari new engine of growth bagi perekonomian nasional.

Dengan demikian, BRI dan BEI menggelar seminar terbuka yang mengambil tema "Optimum Financing Synergy with Initial Public Offering (IPO)” pada 6 Juli 2023 di Main Hall Bursa Efek Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam hal ini nasabah korporasi BRI untuk dapat berkembang melalui pendanaan di pasar modal dengan melakukan IPO dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3 dari 3 halaman

Tanggapan BEI

Kegiatan seminar yang dihadiri mulai dari C-Level Officers, Directors hingga Senior Executive yang merupakan nasabah korporasi BRI ini memiliki potensi untuk mengembangkan bisnisnya melalui pasar modal.

Harapannya, melalui kegiatan ini nasabah korporasi BRI mendapatkan akses ke pasar modal serta pemahaman lebih dalam mengenai optimalisasi potensi keuntungan perusahaan dari IPO atau Go Big with Go Public.

Sementara itu, Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh stakeholders untuk tumbuh dan sukses bersama pasar modal Indonesia. 

"Harapan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan perusahaan melalui penguatan modal lewat Initial Public Offering (IPO) dan juga cara memanfaatkan pasar modal sebagai house of growth," kata Iman.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini