Liputan6.com, Jakarta - Pendanaan Efek Indonesia (PEI) tengah melakukan kajian lebih lanjut untuk mendanai proses penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) atau IPO financing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Meski pendanaan untuk IPO bukan barang baru di pasar modal luar negeri, tetapi masih cukup asing untuk pasar RI sehingga diperlukan kajian mendalam yang komprehensif.
Baca Juga
"Di luar negeri itu bukan hal yang baru Tapi di Indonesia perlu penyesuaian peraturan dan mekanisme," kata Legal Corporate Secretary & Corporate Communication Division PEI, Armeyn Sinaga dalam edukasi wartawan pasar modal, Selasa (25/7/2023).
Advertisement
Pada tahap awal, Armeyn mengatakan PEI telah melakukan kajian terkait manajemen risiko hingga mekanisme IPO financing. Namun, ia belum bisa memastikan kapan produk tersebut diluncurkan. Armeyn berharap, saat produk tersebut akhirnya diperkenalkan, minat IPO di pasar modal masih tinggi sehingga PEI tidak kelewatan momen.
"Melihat demand masih tinggi sampai saat ini, tidak menutup kemungkinan ini jadi satu produk pengembangan utama PEI di masa mendatang. Mungkin 1 atau 2 tahun ke depan kita punya produk IPO financing,” imbuh Armeyn.
Dengan IPO financing, memungkinkan PEI untuk menyediakan produk pendanaan yang mendukung calon perusahaan tercatat, penjamin emisi efek, maupun investor pasar perdana. Untuk saat ini, produk pendanaan transaksi efek yang difasilitasi oleh PEI adalah pendanaan transaksi marjin, pendanaan transaksi Repo, dan pinjam meminjam efek.
Pendanaan Efek Indonesia Bakal Hadirkan IPO Financing
Sebelumnya, mengacu pada kebutuhan pendanaan di industri pasar modal, Pendanaan Efek Indonesia (PEI) menyusun roadmap (peta jalan) pengembangan produk pendanaan pasar perdana (IPO Financing) yang telah dimulai sejak 2022.
Direktur Pendanaan Efek Indonesia, Suryadi mengatakan, pihaknya akan mengambil peran untuk mengembangkan IPO Financing.
"Kami akan meminta (izin) pada OJK, PEI mengambil peran disana jadi inilah beberapa inisiatif dari PEI," kata Suryadi dalam Media Gathering PEI secara virtual, Rabu (27/12/2022).
Menurut ia, PEI akan menjadi salah satu lembaga yang menjadi penyedia likuiditas di pasar modal, tidak hanya di pasar sekunder, tetapi juga masuk di pasar primer.
Sementara itu, keterbatasan sumber pendanaan bagi investor di pasar perdana, merupakan peluang bagi PEI untuk dapat memberikan kesempatan bagi investor dalam mengoptimalkan keuntungan dari sektor pasar modal, bahkan dari hari pertama Efek tersebut ditransaksikan di bursa.
Kajian awal atas produk tersebut telah selesai dilakukan pada tahun 2022, dan pada tahun depan PEI merencanakan untuk melakukan pendalaman dan studi komparasi terkait implementasi IPO Financing di negara lain.
"Harapannya, PEI telah menyelesaikan kajian menyeluruh atas IPO Financing dan mengajukan produk tersebut kepada OJK agar dapat segera diimplementasikan dan meningkatkan peluang pendanaan di pasar perdana bagi para investor Indonesia," kata dia.
Adapun, beberapa rencana kegiatan PEI pada 2023, sebagai berikut:
-PEI akan melakukan pendalaman pasar terkait detail kebutuhan industri terkait pendanaan pasar perdana, melalui acara gathering dan diskusi bersama para pelaku pasar.
-PEI akan melakukan studi komparatif pada praktik IPO Financing di negara lain, seperti Jepang dan Korea.
-Produk tersebut ditargetkan untuk dapat diajukan ke OJK sebagai produk pendanaan transaksi efek pada kuartal IV 2023.
Advertisement
17 Anggota Bursa Jadi Partisipan PEI hingga Semester I 2023
Sebelumnya, Pendanaan Efek Indonesia (PEI) mencatat anggota bursa (AB) yang menjadi partisipan PEI masih minim.
Legal Corporate Secretary & Corporate Communication Division PEI, Armeyn Sinaga menyebutkan, terdapat 17 anggota bursa yang berpartisipasi dengan PEI hingga paruh pertama tahun ini. Jumlah itu relatif kecil dibanding total anggota bursa yang mencapai 60 entitas.
"Jumlah AB sampai dengan Juni sudah ada 17 anggota bursa dengan izin margin yang menjadi partisipan PEI. Dari 60 anggota bursa, baru 17 anggota bursa, memang masih ada banyak yang masih bisa menjadi partisipan PEI. Itu target PEI juga untuk pastikan semua AB dengan izin margin mendapatkan fasilitas dari PEI," kata Armeyn edukasi wartawan pasar modal, Selasa (25/7/2023).
Anggota bursa yang menjadi partisipan PEI memiliki nilai tambah dalam memberikan pendanaan transaksi marjin kepada nasabah-nasabahnya. Nilai tambah tersebut ditetapkan melalui SK Direksi Bursa No.KEP- 00044/BEI/08-2022 tanggal 12 Agustus 2022.
Anggota bursa marjin dengan MKBD di atas Rp 250 miliar dapat melakukan transaksi margin untuk seluruh efek marjin. Sumber pendanaan dapat berasal dari PEI atau sumber lainnya. Kemudian anggota bursa marjin dengan MKBD antara Rp 50 miliar sampai dengan 250 miliar dapat melakukan transaksi margin untuk efek marjin yang termasuk LQ45 dan IDX80.
Sumber pendanaan transaksi marjin non LQ45 yang termasuk dalam ISX80 hanya dapat berasal dari PEI. Sementara anggota bursa marjin dengan MKBD di bawah 50 miliar hanya dapat melakukan transaksi marjin untuk efek marjin yang termasuk LQ45.
Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari PEI atau sumber lainnya. Adapun untuk paruh kedua tahun ini, sementara waktu PEI telah mengantongi dua anggota bursa yang siap berpartisipasi.
"Dalam waktu dekat yang sangat dekat, sekitar 2 anggota bursa yang sedang intens berkomunikasi. Tapi sebenarnya kalau misalkan bicara target dari 60 dan baru 17 AB yang sudah punya izin margin, 43 lainnya AB kita harapkan tahun ini bisa jadi member semua," imbuh Armeyn.
Per Maret 2022, PEI telah menjadi partisipan fasilitas Pinjam Meminjam Efek (PME) di KPEI, dan berperan sebagai stand-by lender. Sejak Februari 2023, PEI juga telah menjadi partisipan fasilitas Bilateral PME di KPEI.
Advertisement