Sukses

Vale Jual 13 Persen Saham Unit Bisnis Logam Dasar USD 3,4 Miliar

Penjualan saham bisnis logam Vale merupakan bagian dari strategi Vale untuk membuka nilai lebih dari aset nikel dan tembaga.

Liputan6.com, Jakarta - Vale, perusahaan tambang Brasil menandatangani perjanjian dengan Manara Minerals, perusahaan patungan antara Ma’aden dan Saudi Arabia Public Investment Fund pada Jumat, 28 Juli 2023. Vale menjual kepemilikan 13 persen saham di bisnis logam dasar atau Vale Base Metals Limited (VBM) senilai USD 3,4 miliar atau sekitar Rp 51,24 triliun (asumsi kurs Rp 15.072 per dolar Amerika Serikat) yang bertujuan meningkatkan produksi tembaga dan nikelnya.

Dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (28/7/2023), penjualan saham tersebut merupakan bagian dari strategi Vale untuk membuka nilai lebih dari aset nikel dan tembaganya mengingat ekspektasi lonjakan permintaan logam dari pasar kendaraan listrik. Selain itu, Vale juga mencapai kesepakatan dengan perusahaan investasi Amerika Serikat Engine No.1 seiring penjualan saham VBM itu.

Perusahaan patungan yang dibentuk oleh Saudi Arabian Mining Co (Ma’aden) dan Dana Investasi Publik Arab Saudi akan akuisisi 10 persen saham bisnis logam dasar Vale, sedangkan perusahaan investasi Amerika Serikat Engine No.1 akan akuisisi 3 persen.

Kesepakatan tersebut diprediksi selesai pada kuartal I 2024 tergantung dari kondisi terkini termasuk persetujuan dari regulator. Adapun nilai perusahaan dari unit logam dasar Vale sebesar USD 26 miliar. Sementara itu, kapitalisasi pasar Vale di bursa saham Brasil mencapai USD 67,4 miliar, berdasarkan penutupan perdagangan Kamis, 27 Juli 2023.

“Dengan portofolio berkualitas tinggi kami, kami berada di posisi unik untuk memenuhi permintaan logam hijau yang terus meningkat yang penting untuk transisi energi global,” ujar CEO Vale Eduarno Bartolomeo dalam sebuah pernyataan.

Dengan mitra barunya, Vale bertujuan investasi antara USD 25 miliar-USD 30 miliar dalam proyek mineral strategis selama dekade berikutnya. “Ini akan memungkinkan peningkatan signifikan dalam produksi tembaga kami menjadi sekitar 900.000 metrik ton per tahun dari 350.000 ton,” ujar dia.

Adapun output nikel akan tumbuh menjadi lebih dari 300 ribu MT per tahun dari 175 ribu ton saat ini. Vale sebelumnya telah menandatangani kontrak untuk memasok nikel ke produsen mobil besar termasuk Tesla dan General Motors.

Bisnis inti Vale adalah produksi dan distribusi bijih besi, tetapi unit logam dasarnya juga produksi tembaga dan nikel di tambang-tambang di Brasil, Kanada dan Indonesia.

Adapun VBM ditempatkan secara unik sebagai produksen nikel terintegrasi terbesar di Amerika Utara, dan di antara bisnis tembaga terbesar secara global dengan skala, sumber daya dan modal untuk hasilkan mineral penting bagi tren dekabornisasi dan elektrifikasi global.

Perusahaan telah mendapatkan kesepakatan untuk memasok nikel rendah karbon dan kemurnian tinggi ke produsen mobil besar dan secara strategis fokus pada perluasan usia tambang dan pengembangan proyek pertumbuhan di seluruh portofolio.

 

2 dari 4 halaman

Investasi di Vale Base Metals

Dikutip dari laman Vale, Direktur Eksekutif Manara Minerals dan CEO Ma’aden, Robert Wilt menuturkan, investasi Manara Mierals ke Vale Base Metals menandai investasi besar pertama perseroan ke sektor tambang global.

“Investasi strategis ini menandakan kepercayaan kami pada bisnis mineral strategis Vale dan akan memfasilitasi pertumbuhan portofolio aset kelas dunia VBM di semua negara tempat VBM beroperasi,” ujar dia.

Ia menambahkan, Manara Minerals membawa investasi jangka panjang, pengalaman pertambangan, dan pengetahuan sektor yang mendalam.

“Dan akan bertindak sebagai mitra strategis utama dalam ketahanan rantai pasokan global dan upaya transisi energi,” ujar Wilt.

Sementara itu, Pendiri Engine No.1, Chris James bangga dapat mendukung tim Vale Base Metals untuk mendorong tahap pertumbuhan berikutnya untuk aset penting ini.

"Vale Base Metals berada di posisi terbaik untuk memasok bahan baku yang bersumber dengan tanggung jawab yang dibutuhkan untuk membutuhkan infrastruktur masa depan,” ujar Engine No.1 Head of Private Capital, Erik Belz.

Ia menambahkan, misi perseroan bermitra dengan perusahaan untuk ciptakan nilai dengan operasikan aset dengan cara bertanggung jawab dan berkelanjutan sambil kirim bahan penting. “Kami harap membangun platform penting ini dengan Valse Base Metals,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Kinerja Keuangan Vale Indonesia

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, Vale Indonesia membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/7/2023), perseroan membukukan pendapatan USD 658,97 juta atau sekitar Rp 9,93 triliun (kurs Rp 15.067,50 per USD).

Pendapatan itu naik 16,73 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 564,54 juta. Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 438,49 juta dari USD 356,31 juta pada Juni 2022. Meski begitu, laba kotor perseroan masih tumbuh 5,88 persen menjadi USD 220,47 juta pada semester I 2023, dibanding semester I 2022 yang tercatat sebesar USD 208,22 juta.

"Pendapatan Grup meningkat 17 persen pada semester I 2023, terutama karena volume pengiriman yang lebih tinggi sebesar 6.208 t pada periode ini. Namun demikian, Beban Pokok Pendapatan Grup juga meningkat dari USD 356,3 juta pada semester I 2022 menjadi USD 438,4 juta pada semester I 2023, terutama disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi," ujar CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy.

 

 

4 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Pada paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan laba usaha USD 198,59 juta atau naik 1,57 persen dibandingkan posisi Juni 2022 sebesar USD 195,52 juta. Setelah dikurangi biaya keuangan dan beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 168,52 juta atau sekitar Rp 2,54 triliun.

Laba ini naik 12 persen dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu sebesar USD 150,46 juta. ”Kami berhasil mempertahankan laba positif berkat kelancaran pelaksanaan operasi kami,” imbuh Febriany.

Dari sisi aset perseroan hingga 30 Juni 2023 tercatat sebesar USD 2,81 miliar, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar USD 2,66 miliar. Liabilitas ikut naik menjadi USD 345,85 juta dari USD 303,34 juta pada Desember 2022. Bersamaan dengan itu, ekuitas hingga 30 Juni 2023 naik menjadi USD 2,43 miliar dari USD 2,35 miliar per akhir tahun lalu.