Sukses

Kimia Farma Kantongi Penjualan Rp 4,85 Triliun pada Semester I 2023

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatat pertumbuhan pendapatan 11,78 persen dan membukukan laba pada semester I 2023. Sebelumnya pada semester I 2022, perseroan masih rugi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan penjualan Rp 4,95 triliun. Raihan itu naik 11,78 persen dibandingkan semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 4,43 triliun.

"Raihan pendapatan Kimia Farma secara konsolidasi hingga Juni 2023 disokong oleh kuatnya penjualan produk dan peningkatan jasa layanan laboratorium medis dan klinik," ungkap Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, David Utama dalam keterangan resmi, Senin (31/7/2023).

David mengatakan, dari sisi kategori produk, obat generik menyumbang pendapatan sebesar Rp 1,07 triliun atau meningkat sekitar 25,26 persen dari Rp 858,96 miliar. Selain itu, penjualan produk etikal dan lisensi juga meningkat 13,99 persen menjadi sebesar Rp 1,89 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yaitu sebesar Rp 1,65 triliun.

Adapun penjualan obat over the counter (OTC) dan kosmetika tumbuh 4,85 persen, dari periode tahun 2022 sebesar Rp1,01 triliun menjadi Rp 1,06 triliun pada semester I tahun 2023.

Sementara itu, kategori alat kesehatan berkontribusi senilai Rp 49,02 miliar, terkontraksi 14,75 persen dibanding periode tahun sebelumnya sebesar Rp 57,50 miliar. Di tengah rebranding yang tengah digencarkan, layanan laboratorium medis dan klinik berkontribusi baik terhadap pendapatan.

Dalam laporan keuangan tercatat capaian layanan laboratorium medis dan klinik sebesar Rp 488,16 miliar atau meningkat 16,60 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 418,66 miliar. 

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 31 Juli 2023, beban pokok penjualan ikut naik menjadi Rp 3,11 triliun dari Rp 2,95 triliun pada semester I 2022.

Meski begitu, laba kotor perseroan pada paruh pertama tahun ini masih naik menjadi Rp 1,83 triliun dibanding semester I 2022 sebesar Rp 1,48 triliun. 

2 dari 4 halaman

Kinerja Laba

Pada periode yang sama, laba usaha tercatat sebesar Rp 236,3 miliar. Berbanding terbalik dengan posisi Juni 2022 di mana perseroan membukukan rugi usaha Rp 15,67 miliar.

Hal ini umumnya ditopang selisih kurs mata uang asing pada paruh pertama 2023 sebesar Rp 901,45 juta, dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat minus Rp 1,76 miliar. Hingga 30 Juni 2023, perseroan membukukan beban keuangan Rp 256,56 miliar dan penghasilan keuangan Rp 17,33 miliar, dan manfaat pajak penghasilan sebesar Rp 3,82 miliar.

"Pencapaian kinerja positif tersebut mampu mendorong bottom line Kimia Farma dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 19,47 miliar sepanjang semester I 2023. Jika dibandingkan pada periode sama tahun lalu, Kimia Farma mencatat kerugian bersih Rp 206,30 miliar," ujar David.

Sementara, pada periode tersebut perseroan masih membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 21,76 miliar, susut dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 205,12 miliar.

Aset perseroan hingga  30 Juni 2023 naik menjadi Rp 20,6 triliun ari Rp 20,35 triliun pada Desember 2022. Liabilitas naik dari Rp 11,01 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp 11,23 triliun per Juni 2023. Ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik tipis menjadi Rp 9,37 triliun dibandingkan posisi 31 Desember 2022 sebesar Rp 9,34 triliun.

3 dari 4 halaman

Kimia Farma Serap Dana Rights Issue Rp 315 Miliar, Berikut Rinciannya

Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah menyelenggarakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PM-HMETD) I atau rights issue. Dalam aksi tersebut, Kimia Farma mendapatkan dana Rp 315 miliar dari menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari menuturkan, penerbitan OWK tersebut telah direalisasikan pada Februari 2023. Adapun, jumlah dana hasil OWK yang diterima setelah dikurangi emisi sebanyak Rp 307 miliar. 

"Penggunaanya sesuai dengan prospektus. Memang kami gunakan untuk modal kerja perusahaan. Jadi artinya kita sudah merencanakan pembelian bahan baku, pemeliharaan bangunan, utilisasi pabrik, demikian pula dengan riset dan penelitian," kata Lina dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (31/5/2023).

Selain itu, ia menyebut, penggunaan dana hasil OWK tersebut belum digunakan secara maksimal. Dengan demikian, dana tersebut masih tersisa sekitar Rp 180 miliar.

"Kalau penggunaannya belum maksimal, April penggunaanya kita di angka Rp 180 miliar kurang lebih, jadi masih ada sisa ya," ujar dia.

Di samping itu, Kimia Farmajuga berkomitmen untuk terus mencetak pertumbuhan kinerja yang solid dan menjaga keberlanjutan bisnis, KAEF menerapkan strategi bisnis yang konsisten. Kimia Farma Group secara end-to-end akan terus melakukan optimalisasi potensi value chain dan menyediakan pengalaman best-in-class bagi konsumen.

"Kimia Farma sebagai integrated healthcare company, senantiasa memperhatikan pentingnya mengelola portofolio produk, pengelolaan rantai pasok, dan menjaga operational excellence," kata David Utama, Direktur Utama Kimia Farma.

Dengan demikian, Kimia Farma optimistis kinerja perseroan akan bertumbuh pada tahun ini. Selain itu, perseroan juga mengincar pertumbuhan pendapatan Rp 11,6 triliun dan laba bersih Rp 130 miliar pada akhir 2023. 

 

 

4 dari 4 halaman

Kimia Farma Bidik Laba Bersih Rp 130 Miliar pada 2023, Siapkan Belanja Modal Rp 1,2 Triliun

Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 1,2 triliun pada 2023. Dana belanja modal tersebut salah satunya berasal dari internal perseroan.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari menuturkan, belanja modal Rp 1,2 triliun telah digunakan sekitar Rp 90 miliar untuk tanah bangunan, mesin, kendaraan dan juga inventaris. 

"Kami tidak bisa memberikan rincian detail tapi kami gunakan untuk empat kegiatan tadi," kata Lina dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (31/5/2023).

Selain itu, belanja modal juga difokuskan untuk ritel dan klinik ke depannya. Sementara itu, belanja modal pada 2022 mencapai Rp 593 miliar yang digunakan untuk semua lini, termasuk untuk manufaktur hingga klinik.

Di sisi lain, Kimia Farma juga mengincar pertumbuhan pendapatan Rp 11,6 triliun dan laba bersih Rp 130 miliar pada akhir 2023.  "Di akhir 2023 itu Rp 11,6 triliun. Kalau target net income Rp 130 miliar," kata dia. 

Tak hanya itu, perseroan juga bakal gencar melakukan ekspansi pada 2023. Kimia Farma menargetkan penambahan apotek baru sebanyak 90 unit.

Meski demikian, Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengaku masih banyak tantangan yang dihadapi perseroan dalam menjalankan bisnisnya. Dengan begitu, perseroan akan menggenjot dari sisi sumber daya manusia (SDM) dan memberikan pelayanan terbaik. 

"Pekerjaan rumah kita masih banyak untuk memperbaiki struktur operasional kita di Kimia Farma," kata David.

 

Â