Liputan6.com, Jakarta - Fitch Ratings menurunkan peringkat utang Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 1 Agustus 2023 dari peringkat tertinggi AAA menjadi AA+.
Demikian mengutip dari laman CNN, Rabu (2/8/2023), penurunan peringkat utang terjadi setelah anggota parlemen negosiasi hingga menit terakhir pada kesepakatan plafon utang awal tahun ini mempertaruhkan default pertama AS.
Baca Juga
Sementara itu, mengutip dari Channel News Asia, langkah Fitch tersebut memicu respons dari Gedung Putih dan mengejutkan investor meski krisis plafon utang telah diselesaikan dua bulan lalu.
Advertisement
Fitch menurunkan peringkat utang Amerika Serikat menjadi AA+ dari AAA. Fitch mencatat penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan dan berulang kali melakukan negosiasi plafon utang yang mengancam kemampuan pemerintah untuk membayar utangnya.
Fitch pertama kali menandai kemungkinan penurunan peringkat utang pada Mei, kemudian mempertahankan posisi tersebut pada Juni, setelah krisis plafon utang diselesaikan. Pihaknya bermaksud menyelesaikan peninjauan pada kuartal II 2023.
Dengan penurunan peringkat, Fitch menjadi lembaga pemeringkat kedua setelah Standard & Poor’s yang memangkas peringkat AAA.
Dolar AS jatuh terhadap mata uang lain, saham berjangka merosot, sedangkan obligasi berjangka menguat setelah pengumuman tersebut.
Beberapa investor dan analis memperkirakan dampak penurunan peringkat akan terbatas.
Langkah Fitch terjadi dua bulan setelah Presiden AS Joe Biden dan Dewan Perwakilan Rakyat yang dikendalikan Partai Republik mencapai kesepakatan plafon utang yang mengangkat batas pinjaman pemerintah sebesar USD 31,4 triliun, akhiri berbulan-bulan jurang politik.
“Dalam pandangan Fitch, telah terjadi penurunan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk fiskal dan utang, terlepas dari perjanjian bipartisan Juni untuk menangguhkan batas utang hingga Januari 2023,” tulis lembaga tersebut.
Respons Menkeu Janet Yellen
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen tidak setuju dengan penurunan peringkat Fitch. Ia menyebutkan kalau penurunan peringkat sewenang-wenang dan berdasarkan data yang sudah ketinggalan zaman.
Gedung Putih memiliki pandangan serupa. Gedung Putih menyatakan sangat tidak setuju dengan keputusan tersebut.
“Ini menentang kenyataan untuk menurunkan peringkat Amerika Serikat pada saat Presiden Biden telah memberikan pemulihan terkuat dari ekonomi besar mana pun di dunia,” ujar Sekretaris Pers Gedung Karine Jean-Pierre.
Reputasi
Analis mengatakan, langkah itu menunjukkan kedalaman kerugian yang ditimbulkan Amerika Serikat (AS) oleh putaran berulang perdebatan kontroversial mengenai plafon utang yang mendorong negara itu hadapi jurang gagal bayar pada Mei.
“Ini pada dasarnya memberi tahu Anda pengeluaran pemerintah AS adalah masalah,” ujar Ekonom Mizuho Securities, Steven Ricchiuto.
Fitch mengatakan, kebuntutan politik berulang dan resolusi menit terakhir atas batas utang telah kikis kepercayaan dalam manajemen fiskal.
Advertisement
Bakal Rusak Reputasi AS
Chief Investment Officer Running Point Capital Advisors, Michael Schulman menuturkan, AS secara keseluruhan akan tetap kuat. Namun, ada celah kecil. “Ini merusak reputasi dan kedudukan AS,” ujar Schulman.
Yang lain juga mengungkapkan keterkejutan meski the Fitch telah menandai kemungkinan.
“Saya tidak mengerti bagaimana Fitch memiliki informasi lebih buruk sekarang dari pada sebelum krisis plafon utang diselesaikan,” ujar Direktur The Hamilton Project, Wendy Edelberg.
Namun, investor melihat dampak jangka panjang yang terbatas. “Saya rasa Anda tidak akan melihat terlalu banyak investor, terutama mereka yang memiliki strategi investasi jangka panhang yang mengatakan saya harus menjual saham karena Fitch membawa AS dari AAA ke AA+,” ujar Chief Investment Officer Albion Financial Group, Jason Ware.
Investor memakai peringkat utang untuk menilai profil risiko perusahaan dan pemerintah ketika mereka meningkatkan pembiayaan di pasar modal. Umumnya, semakin rendah peringkat peminjam, semakin tinggi biaya peminjamannya. “Ini titdak terduga. Sejauh dampak ke pasar, saat ini tidak pasti. Pasar berada pada titik di mana agak rentan terhadap berita buruk,” tutur Co-Chief Investment Officer Truist Advisory Services, Keith Lerner.