Sukses

Saham Adani Power Naik Usai Investor AS Borong USD 1,1 Miliar

Saham Adani Power Ltd naik 3,1 persen setelah investor Amerika Serikat (AS) membeli lebih dari 310,9 juta saham.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Adani Power Ltd naik setelah GQG Partners membeli 8,1 persen dari total saham perusahaan yang beredar senilai sekitar USD 1,1 miliar melalui kesepakatan blok.

Bisnis pembangkit listrik termal yang dimiliki oleh miliarder Gautam Adani naik sebanyak 3,1 persen sebelum ditutup 2,4 persen lebih tinggi pada Kamis, setelah investor AS membeli lebih dari 310,9 juta saham sehari sebelumnya.

Saham tersebut dibeli dari entitas keluarga Adani Worldwide Emerging Market Holding Ltd dan Afro Asia Trade and Investments Ltd. Adani Grup sendiri telah mencari dukungan dan pendanaan internasional dalam upaya untuk pemulihan perusahaan dari serangan short-seller yang terjadi pada awal 2023.

Berdasarkan sumber yang tak ingin disebutkan namanya, aksi ini adalah salah satu kesepakatan massal terbesar yang dilakukan keluarga Adani. Melansir laman Yahoo Finance, Kamis (17/8/2023), kesepakatan ini terjadi beberapa hari setelah auditor Adani Ports dan Special Economic Zone Ltd mengundurkan diri.

Kesepakatan blok juga terjadi setelah Otoritas Investasi Qatar membeli sekitar 2,7 persen saham di bisnis energi hijau yang terdaftar awal bulan ini. Pada 24 Januari lalu, laporan Hindenburg Research mengungkapkan adanya upaya penipuan dan manipulasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan milik Adani.

Namun, perusahaan segera membantah tudingan tersebut. Pada 25 Januari 2023, Adani Group memberi pernyataan yang menyebutkan laporan Hindenburg sebagai informasi yang tidak benar.

CFO Adani Group Jugeshinder menilai laporan itu berbahaya karena disebut tidak memiliki dasar akurat. Jugeshinder menyinggung langkah Hindenburg yang tidak beritikad untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum menerbitkan laporan. 

 

 

2 dari 3 halaman

Harta Miliarder India Gautam Adani Lenyap Rp 736 Triliun dalam 6 Bulan pada 2023

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa salah satu miliarder India sekaligus Ketua Adani Group Gautam Adani telah kehilangan lebih dari Rs 4 triliun atau sekitar Rp 736 triliun dalam enam bulan terakhir 2023, dari Januari hingga Juni.

Pada 27 Januari lalu, harta Adani bahkan sempat lenyap USD 20,8 miliar atau sekitar Rp 315 triliun dalam satu hari. Itu merupakan kerugian satu hari terbesar yang pernah dicatat oleh miliarder mana pun.

Dilansir dari Business Today, Selasa (11/7/2023), kerugian tersebut dikaitkan dengan laporan oleh Hindenburg Research, sebuah perusahaan short-seller AS, yang menuduh kelompok Adani melakukan penipuan akuntansi dan manipulasi saham.

Hindenburg Research menuduh grup Adani menggelembungkan keuntungannya dan menggunakan perusahaan cangkang untuk menyembunyikan utangnya. Kemudian kelompok Adani membantah tuduhan tersebut, mereka menyebutnya "salah dan memfitnah".

Sesuai laporan, individu terkaya di dunia melihat keuntungan besar pada paruh pertama 2023. Sebanyak 500 orang terkaya di Bloomberg Billionaires Index secara total menambahkan USD 852 miliar kekayaan selama periode ini.

Miliarder dalam indeks melihat peningkatan harian harta rata-rata USD 14 juta, menjadikan ini setengah tahun paling menguntungkan untuk kelompok istimewa ini sejak paruh kedua 2020, ketika ekonomi global pulih dari dampak pandemi Covid-19.

 

3 dari 3 halaman

Elon Musk

Sementara Elon Musk adalah peraih teratas, kekayaan bersihnya bertambah USD 96,6 miliar dari Januari hingga Juni 2023. Harta yang dimiliki Musk sebagian besar terkait dengan kinerja Tesla, perusahaan mobil listrik yang ia dirikan. Harga saham Tesla naik lebih dari dua kali lipat dalam setahun terakhir.

Ada pula Mark Zuckerberg, CEO Meta Platforms Inc., memperoleh USD 58,9 miliar pada paruh pertama 2023. Ini adalah keuntungan terbesar kedua bagi setiap individu di Bloomberg Billionaires Index.

Kekayaan Zuckerberg sebagian besar terkait dengan kinerja Meta, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Harga saham Meta juga terlihat naik di masa lalu.

Keuntungan bagi individu terkaya di dunia datang pada saat ekonomi global menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kenaikan inflasi dan perang di Ukraina. Namun, para miliarder di Bloomberg Billionaires Index sebagian besar telah terlindungi dari tantangan ini, berkat kinerja investasi mereka yang kuat.

Â