Sukses

Pesan Komisaris Utama BNI Agus Marto agar Perbankan Mampu Bertahan

Komisaris Utama BNI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, terdapat beberapa risiko yang harus diantisipasi oleh perbankan agar memastikan perusahaannya tetap sustain

Liputan6.com, Jakarta - Menjaga kondisi perbankan untuk resilience merupakan sebuah tugas yang cukup menantang pada 2023. Kondisi ekonomi global di masing-masing negara memiliki tantangan yang bervariasi, sehingga perbankan di Indonesia perlu menyiapkan berbagai strategi untuk dapat menjaga ketahanan kinerja.

Komisaris Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Agus D.W. Martowardojo mengatakan, terdapat beberapa risiko yang harus diantisipasi oleh perbankan guna memastikan perusahaannya tetap sustain. Perbankan harus mampu mengategorikan risiko secara tepat mulai dari durasi hingga magnitude risiko terhadap kinerja.

"Memang kita harus bersama-sama menjaga bank agar resilience. Ke depan yang perlu kita antisipasi cukup banyak risiko. Risiko ini bisa dibagi menjadi 1 sampai 2 tahun, 3 sampai 5 tahun dan 5 tahun ke atas. Perbankan harus mampu menganalisa di tiga aspek yang sangat krusial mulai dari credit risk, cyber risk dan fraud risk,” ujar dia dalam keterangan resminya, ditulis Jumat (18/8/2023).

Terkait dengan risiko kredit, menurut Agus perbankan harus menjaga fungsi intermediasinya dalam kualitas terbaik. 

"Kredit risk ini, tidak hanya harus menjaga kreditnya tumbuh, tetapi juga harus memastikan kualitasnya terjaga agar kinerja dapat lebih berkelanjutan,” kata dia.

Selanjutnya, yakni risiko siber, perbankan diharapkan untuk menjaga teknologi informasi terkelola secara baik. Terlebih perbankan mulai memiliki banyak channel digital, yang semakin membuat perbankan mudah terpapar risiko.

 

2 dari 4 halaman

Jaga Reputasi

“Cyber risk itu hubungannya sama dengan kita menggunakan teknologi informasi. Pada saat sekarang di era digital, teknologi informasi ini malah dapat menjadi risiko, dan dampak dari hal ini kita sudah lihat di mana-mana,” kata Agus.

Terakhir, risiko fraud, Agus menekankan,risiko fraud dapat terjadi baik dari sisi internal dan eksternal. Bahkan, dengan channel digital perbankan yang semakin terbuka, pihak eksternal memiliki kemampuan untuk membuat risiko fraud semakin besar.

"Perlu dicatat pula bahwa di kisaran 1 sampai 3 tahun itu ada risiko reputasi dari dampak era digital. Kita menjalankan ekosistem digital ini sangat mungkin ada kegagalan dan membawa reputasi pada bank. Kita juga harus menjaga sisi reputasi ini,” tutup dia.

 

3 dari 4 halaman

BNI Bakal Stock Split

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:2. Artinya, setiap satu saham lama akan dipecah menjadi dua saham baru.

Saat ini, modal ditempatkan dan disetor perseroan adalah 18.648.656.458 saham atau setara RP 9,05 triliun yang terbagi atas tiga seri saham. Yakni, 1 saham seri A Dwiwarna yang hanya khusus dapat dimiliki Negara Republik Indonesia dengan nilai nominal Rp 7.500 per saham.

Kemudian 289.341.866 Saham Seri B dengan nilai nominal Rp 7.500, serta 18.359.314.591 Saham Seri C dengan nilai nominal Rp 375 per saham. Saham seri B dan saham seri C merupakan saham biasa yang dapat dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan masyarakat.

Setelah stock split, maka total saham pada modal ditemapatkan dan disetor perseroan menjadi 37.297.312.916 lembar. Kemudian nilai nominal untuk saham seri A Dwiwarna menjadi Rp 3.750 per lembar, saham seri B menjadi Rp 3.750 per lembar, dan saham seri C menjadi Rp 187 per lembar.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (11/8/2023), tujuan utama Perseroan dalam melaksanakan stock split adalah untuk meningkatkan demand atau permintaan atas saham Perseroan dengan memperluas basis investor.

 

 

4 dari 4 halaman

Jadwal Stock Split

Di sisi lain, stock Split akan menyebabkan harga saham perseroan menjadi terjangkau bagi investor perorangan (ritel). Dengan demikian akan meningkatkan jumlah investor yang dapat melakukan transaksi atas saham Perseroan.

Per akhir Juni 2023 komposisi pemegang saham Perseroan adalah 60,0 persen Pemerintah Negara Republik Indonesia, 26,1 persen Investor Institusi Asing, 9,1 persen Investor Institusi Domestik, dan 4,8 persen Investor Ritel.

Ini mengingat jumlah lembar saham perseroan setelah Stock Split akan bertambah, hal ini akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham Perseroan sehingga perdagangan saham Perseroan di Bursa Efek akan lebih aktif.

Lebih lanjut, persetujuan pemegang saham dalam rangka stock split akan diusulkan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada tanggal 19 September 2023.

Perkiraan jadwal stock split:

- Permohonan pencatatan saham tambahan ke BEI atas saham hasil stock split: 21 September 2023

- Keterbukaan informasi terkait aksi korporasi: 4 Oktober 2023

- Pengumuman bursa mengenai harga teoritis saham: 9 Oktober 2023

- Pengumuman Bursa mengenai peniadaan perdagangan di pasar tunai pada 10-11 Oktober 2023: 9 Oktober 2023

- Pemecahan saham: 10 Oktober 2023

 

Video Terkini