Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja untuk periode enam bulan pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2023.
Pada periode tersebut, Adaro Energy Indonesia mencatatkan penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba. Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (23/8/2023), pendapatan ADRO pada semester I 2023 tercatat sebesar USD 3,48 miliar atau sekitar Rp 53,32 triliun (kurs Rp 15.324 per USD).
Baca Juga
Raihan itu turun 1,75 persen dibandingkan semester I tahun lalu yang tercatat sebesar USD 3,54 miliar. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada semester I 2023 naik menjadi USD 2,03 miliar dari USD 1,52 miliar pada semester I 2022.
Advertisement
Alhasil. laba bruto perseroan susut 28,59 persen dari USD 2,03 miliar pada semester I 2022 menjadi USD 1,45 miliar pada semester I 2023.
Pada periode ini, perseroan membukukan laba usaha USD 1,18 miliar atau turun 37,69 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,89 miliar. Bersamaan dengan itu, biaya keuangan tercatat sebesar USD 53,95 juta, penghasilan keuangan USD 63,55 juta, dan bagian atas keuntungan neto ventura bersama USD 52,27 juta.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 873,84 juta atau sekitar Rp 13,39 triliun. Laba ini turun 27,94 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,21 miliar.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 turun menjadi USD 9,74 miliar dari USD 10,78 miliar per akhir tahun lalu. Liabilitas turun menjadi USD 2,72 miliar dari USD 4,25 miliar pada Desember 2022. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi USD 7,02 miliar dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar USD 6,53 miliar.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 22 Agustus 2023, saham ADRO naik 3,05 persen ke posisi Rp 2.700 per saham. Kapitalisasi pasar saham ADRO yang terbentuk Rp 86,3 triliun. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 2.720 dan terendah Rp 2.620 per saham.
Volume Produksi Adaro Energy Naik 19 Persen pada Semester I 2023
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan capaian operasional untuk paruh pertama 2023. Pada periode tersebut, volume produksi ADRO dan perusahaan-perusahaan anaknya mencapai 33,41 juta ton, setara dengan kenaikan 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Volume penjualan Adaro Energy Indonesia periode ini mencapai 32,62 juta ton, mewakili kenaikan 19 persen dibanding semester I 2022. Berdasarkan kinerja tersebut, ADRO siap mencapai target volume penjualan yang berkisar 62–64 juta ton sampai akhir tahun.
"Di tengah pasar yang fluktuatif, permintaan untuk produk kami tetap tinggi, berkat reputasi Adaro sebagai mitra andal para pelanggan,” kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (9/8/2023).
Penjualan batu bara metalurgi melalui perusahaan anak PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) naik 42 persen menjadi 1,82 juta ton pada semester I 2023. ADMR mempertahankan target volume penjualan pada kisaran 3,8–4,3 juta ton pada akhir 2023. Pengupasan lapisan penutup mencapai 129,83 juta bcm pada semester I 2023, atau naik 27 persen dari semester I 2022.
Nisbah kupas tercatat 3,89x, atau naik 7 persen dari semester I 2022, sejalan dengan target sebesar 4,2x yang ditetapkan untuk tahun ini. Sebagai informasi, Indonesia tetap menjadi pasar terbesar Grup Adaro, dengan serapan sekitar 25 persen dari penjualan batu bara termal pada semester I 2023.
Advertisement
Upayakan Keseimbangan yang Optimal
Meskipun secara kuartalan penjualan ke pasar domestik dapat berfluktuasi, kontrak Grup Adaro yang berperiode tahunan membuat perusahaan tetap dapat mempertahankan target untuk berkontribusi pada pasar domestik dengan porsi lebih dari 25 persen.
"Kami mengupayakan keseimbangan yang optimal antara pengembalian pemegang saham dan ekspansi bisnis. Pada kuartal ini kami memperpanjang program pembelian kembali saham dengan tetap mempertahankan komitmen terhadap dividen,” ujat Boy Thohir.
Selain itu, Adaro mendapatkan pemenuhan pembiayaan (financial close) untuk smelter aluminium dan fasilitas pendukung terkait pada Mei 2023, dengan perolehan total USD 1,585 miliar dan Rp 2,5 triliun. "Pemenuhan pembiayaan yang diperoleh untuk smelter aluminium maupun fasilitas pendukung terkait adalah peristiwa signifikan dalam ekspansi bisnis Adaro ke sektor pengolahan mineral," ujar Boy Thohir.