Liputan6.com, Jakarta - Pada musim pemilu ada dua macam sudut pandang yang sering ditunjukkan oleh investor. Sebagian investor berpendapat musim pemilu dikaitkan dengan meningkatnya risiko pasar karena ada kemungkinan risiko perubahan kebijakan atau kemungkinan resiko ketidakstabilan politik.
Namun, ada juga investor yang melihat musim pemilu sebagai “pesta demokrasi”yang akan membuat roda perekonomian berjalan lebih baik ditopang oleh peningkatan angka konsumsi domestik.
Baca Juga
Syailendra Capital menyebut dua macam sudut pandang di setiap kasus memang lumrah terjadi karena terbaginya opini antara investor yang memiliki profil risiko konservatif dan agresif.
Advertisement
Namun, di setiap kondisi, sebaiknya investor melihat dari sisi positifnya, jangan hanya melihat faktor risikonya saja, sehingga dapat memanfaatkan momentum dan peluang yang ada. Secara historis, pergerakan IHSG di musim pemilu semakin stabil bila dilihat dari penurunan standar deviasinya.
Sementara itu, alasan umum dari dua macam respons menanggapi musim pemilu yakni cemas (anxiety) dan antusias (enthusiasm). Adapun alasan investor cemas, yakni ada risiko ketidakstabilan kondisi dalam proses pemilu, masyarakat terpecah opininya, ada kemungkinan perubahan kebijakan dan risiko jika hasil pemilu tidak dapat terima oleh pihak-pihak terkait.
Sedangkan alasan investor antusias, yakni menganggap pemilu adalah "pesta demokrasi", dana kampanye dalam pemilu akan sangat besar terserap di perekonomian, konsumsi diperkirakan meningkat pada tahun pemilu, dan pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh peningkatan konsumsi.
Volatilitas Pergerakan IHSG
Selain itu, Syailendra Capital mencatat ada 5 periode pemilu terakhir, volatilitas pergerakan IHSG mengalami penurunan angka annualized standard deviation (SD). SD 2 pemilu terakhir di kisaran 13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pemilu 1999, 2004, dan 2009.
Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbaikan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pemilu sehingga membuat keseluruhan musim pemilu menjadi lebih kondusif.
Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar Rp 170 triliun dari 5 jenis bentuk pemilu yang akan dilangsungkan.
Dampaknya positif pada angka konsumsi di Indonesia yang biasanya mengalami peningkatan pada dua kuartal sebelum pemilu berlangsung. Beberapa produk yang terkait dengan kebutuhan kampanye kemungkinan mengalami lonjakan permintaan sebelum pemilu berlangsung.
Advertisement
Ketua OJK Sebut Momen Pemilu Bakal Dongkrak Kinerja Sektor Keuangan
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menilai momentum pemilihan umum (Pemilu) akan meningkatkan kinerja sektor jasa keuangan. Dengan demikian juga akan berdampak terhadap aktivitas perekonomian nasional.
"Dengan adanya kegiatan berkaitan dengan aktivitas Pemilu, malah diperkirakan seperti pada masa lalu, juga akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Justru, harapannya menjadi tambahan perekonomian yang bisa meningkatkan pertumbuhan itu juga,” tutur Mahendra, kepada wartawan usai Sidang RUU APBN Tahun Anggaran 2024 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2023-2024 di Gedung MPR/DPR, Rabu (16/8/2023), seperti dikutip dari Antara.
Mahendra Siregar juga menilai, penurunan peringkat dari lembaga pemeringkat utang Amerika Serikat (AS) Moody’s terhadap peringkat kredit beberapa bank kecil hingga menengah di AS, tidak akan berpengaruh terhadap kinerja sektor keuangan dalam negeri.
"Kemungkinan belum. Kalau dari kaca mata, tidak akan berpengaruh ke kondisi perbankan kita. Karena, katakanlah eksposur ke perbankan kita dari Amerika Serikat itu sangat keil sekali,” ujar dia.
Selain itu, Mahendra menuturkan sektor jasa keuangan Indonesia akan makin kuat pada sisa akhir 2023 jelang Pemilu 2024 terutama sektor perbankan. Ia menilai, capaian dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit akan meningkat pada akhir 2023, dari sebelumnya sempat turun pada semester I 2023.
"Memang, kalau lihat dari revisi rencana bisnis bank, tetap ada optimisme yang kuat meningkat pada kuartal III dan kuartal IV 2023 termasuk kredit dengan sendirinya. Itu akan kuat pada sisa akhir tahun ini. DPK mapun kredit tetap akan kuat di sisa tahun ini,” tutur Mahendra.
Moody's Tinjau Peringkat Utang Bank
Sebelumnya, Moody’s menuturkan tengah meninjau peringkat utang sejumlah bank besar, termasuk Bank of New York Mellon (BK.N), US Bancorp (USB.N), State Street (STT.N), dan Truist Financial (TFC.N).
Moody’s juga prediksi pertumbuhan negatif untuk 11 lembaga keuangan, termasuk PNC Financial Services Group, Capital One Financial Corp, dan Citizens Financial Group Inc. Hal ini berdampak terhadap saham PNC merosot 4,6 persen dan Capital One susut 3 persen.
Pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD pada Rabu, 16 Agustus 2023, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengembangkan industri keuangan digital Indonesia supaya dapat tumbuh sehat, berkelanjutan dan senantiasa mengutamakan perlindungan konsumen.
“Penguatan daya saing industri keuangan digital kita akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif, berkelanjutan dan berkeadilan,” kata Ketua MPR Bambang Soesatyo.
Advertisement