Sukses

Menelisik Prospek Saham Adaro Energy Usai Rilis Laporan Keuangan Semester I 2023

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatat penurunan pendapatan dan laba pada semester I 2023. Lalu bagaimana rekomendasi saham ADRO?

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatatkan penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba pada semester I 2023. Lantas, bagaimana prospek saham Adaro Energy Indonesia?

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menilai rilis laporan keuangan Adaro Energy selama semester I cukup baik meski terjadi penurunan dari sisi pendapatan maupun laba.

"Namun outlooknya diperkirakan akan ada normalisasi profitabilitas ke depan, karena penurunan harga komoditas batu bara yang diperkirakan akan berlanjut," kata Fajar kepada Liputan6.com, Kamis (24/8/2023).

Dengan demikian, ia menyarankan wait and see saham ADRO bagi para investor. Ini mengingat, saham ADRO setelah naik cukup pesat dalam beberapa hari terakhir, kini sedang mengalami penurunan.

"Investor disarankan wait and see dan memperhatikan level support di 2.500, jika ingin mengoleksi dan take profit di level 2.540," kata dia.

Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, walaupun kinerja keuangan Adaro turun, akan tetapi kinerjanya terbilang masih cukup solid di tengah penurunan harga batu bara setahun terakhir.

Belanja modal USD 269 juta (sekitar Rp 4,1 triliun) pada semester I 2023. Angka itu naik 71 persen dari USD 157 juta (sekitar Rp 2,3 triliun) pada periode yang sama tahun lalu.

"ADRO telah berinvestasi pada alat berat, tongkang, dan infrastruktur pendukung pada rantai pasokan, sambil memulai investasi di smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya," kata Desmond.

Menurut ia, investasi yang dilakukan ADRO ini berpotensi untuk menjaga kinerja sampai satu dua tahun ke depan. Desmond pun menilai prospek saham Adaro Enery Indonesia masih cenderung positif ke depannya. 

"Secara valuasi masih terbilang murah. PBV sekitar 0,9 kali. Bisa akumulasi buy on weakness. Target harga sekitar 3600 dalam satu dua tahun ke depan," kata dia.

 

 

2 dari 3 halaman

Kinerja Keuangan

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja untuk periode enam bulan pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2023.

Pada periode tersebut, Adaro Energy Indonesia mencatatkan penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba. Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (23/8/2023), pendapatan ADRO pada semester I 2023 tercatat sebesar USD 3,48 miliar atau sekitar Rp 53,32 triliun (kurs Rp 15.324 per USD).

Raihan itu turun 1,75 persen dibandingkan semester I tahun lalu yang tercatat sebesar USD 3,54 miliar. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada semester I 2023 naik menjadi USD 2,03 miliar dari USD 1,52 miliar pada semester I 2022.

Alhasil. laba bruto perseroan susut 28,59 persen dari USD 2,03 miliar pada semester I 2022 menjadi USD 1,45 miliar pada semester I 2023.

 

3 dari 3 halaman

Aset Perseroan

Pada periode ini, perseroan membukukan laba usaha USD 1,18 miliar atau turun 37,69 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,89 miliar. Bersamaan dengan itu, biaya keuangan tercatat sebesar USD 53,95 juta, penghasilan keuangan USD 63,55 juta, dan bagian atas keuntungan neto ventura bersama USD 52,27 juta.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 873,84 juta atau sekitar Rp 13,39 triliun. Laba ini turun 27,94 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,21 miliar.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 turun menjadi USD 9,74 miliar dari USD 10,78 miliar per akhir tahun lalu. Liabilitas turun menjadi USD 2,72 miliar dari USD 4,25 miliar pada Desember 2022. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi USD 7,02 miliar dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar USD 6,53 miliar.

Video Terkini