Sukses

Menelisik Prospek Saham Emiten Transportasi dan Logistik Setelah Pandemi COVID-19

Sektor saham transportasi dan logistik mencatat kenaikan sepanjang 2023. Lalu apa saja faktornya dan bagaimana rekomendasi sahamnya?

Liputan6.com, Jakarta - Pemulihan ekonomi nasional dan peningkatan mobilitas masyarakat usai berakhirnya pandemi Covid-19 membuat saham-saham di sektor transportasi dan logistik kembali menarik bagi para investor.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), secara year to date (ytd), sektor saham transportasi dan logistic melonjak 11,57 persen ke posisi 1.854,28 hingga penutupan perdagangan Senin, 28 Agustus 2023. Sektor saham transportasi dan logistik memimpin di antara sektor saham lainnya.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, saham yang menarik dicermati pada sektor transportasi dan logistik, yakni saham BIRD. Ini mengingat kinerja keuangan emiten tersebut sudah membaik.

"Membaiknya kinerja sektor saham transportasi dan logistik dikarenakan adanya perbaikan kinerja pada emiten transportasi dan logistik, seperti BIRD yang memiliki bobot yang besar terhadap sektor ini," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (29/8/2023).

Dia bilang, prospek saham emiten transportasi dan logistik masih memiliki potensi kenaikan, hal ini dikarenakan perbaikan kinerja pada emiten BIRD yang memiliki bobot terbesar pada seketor tersebut. 

"Normalnya aktivitas masyarakat bisa menjadi katalis pendorong kinerja dari BIRD sendiri. Kami merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 2.380 - Rp 2.430 dan support Rp2.110 - Rp 2.060," kata dia.

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, untuk sektor transportasi dan logistik emiten seperti BIRD bisa menjadi pilihan karena kinerja mereka masih tumbuh positif sepanjang semester I 2023.

"Pemulihan ekonomi pasca Covid-19 menjadi sentimen positif untuk sektor transportasi dan logistik di mana mobilisasi masyarakat sudah meningkat," kata Roger. 

Bagi para investor, Roger merekomendasikan saham BIRD dan ASSA untuk dipertimbangkan. Ini mengingat, emiten tersebut mendapatkan angin segar dari pulihnya kondisi usai pandemi Covid-19.

 

 

2 dari 3 halaman

Dibayangi Sentimen Negatif

Head of Research InvestasiKu, Cheril Tanuwijaya mencermati terdapat sentimen negatif bagi emiten transportasi dan logistik, misalnya dari fluktuasi harga komoditas energi. Selain itu, ada juga sentimen positif di mana tahun ini proyeksinya harga komoditas energi akan turun dibanding tahun lalu.

Dia bilang, bahkan rata-rata harga komoditas minyak diperkirakan di level 80 USD per barrel untukbtahun ini, kurang lebih turun 20 persen dari tahun lalu. Ditambah lagi seiring masuknya ke masa endemi, aktivitas masyarakat semakin tinggi sehingga menguntungkan. 

"Kenaikan sektor saham transportasi dan logistik year to date naik 14 persen karena kontribusi GIAA yang secara bobot paling besar di sektor transportasi," kata Cheril.

Dengan demikian, Cheril memilih saham GIAA dengan target harga Rp 105 per saham dan saham BIRD buy on weakness Rp 2.100 dan target harga Rp 2.200.

Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menjelaskan, seiring pelemahan rupiah, saham emiten transportasi yang berpotensi dilirik adalah saham perkapalan yang mengangkut komoditas seperti batu bara, misalnya SMDR dan MBSS.

Selain itu, ia menyebut, sektor saham transportasi dan logistik yang sudah naik lebih dari 14 persen year to date dikarenakan pulihnya aktivitas masyarakat, berdampak pada saham transportasi seperti BIRD. Selain itu, masih banyaknya permintaan terhadap batu bara juga akan berdampak pada emiten perkapalan.

"Sementara ini masih emiten kapal yang masih terbilang murah valuasinya seperti MBSS dengan PBV 0,74 kali dan SMDR dengan PBV 0,84 kali," ujar dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 3 halaman

Saham Garuda Indonesia Terbang pada 21-25 Agustus 2023, Ini Kata BEI

Sebelumnya, saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) terpantau terbang menghijau sepanjang perdagangan pekan lalu. Kenaikan harga saham GIAA terjadi di tengah rencana merger maskapai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), antara Garuda Indonesia dan PT Pelita Air Service (Pelita Air).

Saham GIAA ditutup naik 4,69 persen ke posisi 67 pada Senin, 21 Agustus 2023. Penguatan terus berlanjut pada perdagangan Selasa, 22 Agustus 2023, di mana saham GIAA ditutup naik 8,96 persen. Pada hari-hari berikutnya, saham GIAA secara berturut-turut naik 9,59 persen, 10,00 persen, dan 9,09 persen ke posisi 96 pada Jumat, 25 Agustus 2023.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna menerangkan, peningkatan transaksi saham GIAA merupakan respon positif pasar atas keterbukaan informasi yang telah diumumkan kepada publik.

"GIAA  telah menyampaikan keterbukaan informasi terkait rencana merger yang disampaikan Menteri BUMN, di mana saat ini masih dalam diskusi penjajakan," kata Nyoman kepada wartawan, Senin (28/8/2023).

Pada 23 Agustus 2023, Garuda Indonesia menyampaikan penjelasan mengenai rencana penggabungan usaha atau merger dengan Pelita Air. Perusahaan menjelaskan, saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif.

Oleh karenanya, Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent.

Hal tersebut turut menjadi sinyal positif bagi upaya penguatan fundamental kinerja perusahaan khususnya setelah restrukturisasi yang terus dioptimalkan melalui berbagai langkah akseleratif transformasi kinerja bersama pelaku industri aviasi Indonesia. Keterbukaan informasi di BEI itu terbit belum lama sejak perseroan mengumumkan hasil tindakan hukum yang dilayangkan Greylag.

 

Video Terkini