Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham sektor energi mulai dipandang kurang prospektif seiring dengan penurunan harga komoditas dan pelemahan ekonomi di China.
Sektor saham energi lesu sepanjang 2023. Sektor saham energi turun 10,02 persen year to date ke posisi 2.051 pada penutupan perdagangan Selasa, 29 Agustus 2023, demikian mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian mengatakan, indeks saham sektor energi cenderung melemah akhir-akhir ini. Faktor yang menjadi pemberat pergerakan indeks sektor energi adalah saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang anjlok 10 persen lebih secara year to date (ytd).
Advertisement
Padahal BYAN menjadi saham dengan bobot terbesar di sektor energi selain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
“Sementara saham yang harganya masih baik dan jadi penopang indeks sektor energi adalah TCPI dan DSSA,” kata Fajar kepada Liputan6.com, Rabu (30/8/2023).
Saham-saham di sektor energi pun dianggap masih diliputi prospek negatif. Ini mengingat tren harga batu bara yang cenderung mendatar (sideways), meski terjadi kenaikan harga dalam beberapa waktu belakangan.
Kondisi perekonomian China juga penuh ketidakpastian, sehingga harga batu bara dan komoditas lainnya berpotensi kembali mengalami penurunan pada sisa 2023.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, dalam satu bulan terakhir, saham-saham yang mampu menjadi penopang sektor energi antara lain ADRO, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Sedangkan saham yang menjadi pemberat sektor tersebut antara lain PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan BYAN.
Bagi Desmond, saham sektor energi dinilai kurang menarik. Bahkan, sejak awal tahun ini kinerja saham sektor energi secara rata-rata di bawah indeks acuan, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Sejak turunnya harga minyak dunia, saham sektor energi mulai melempem. Boleh dibilang saat ini tinggal sisa-sisa hasil kenaikan harga minyak dua tahun sebelumnya,” kata Desmond.
Berburu Sektor Saham Energi, Masih Menarik?
Sebelumnya, harga batu bara 2023 cenderung lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Adapun kenaikan harga batu bara sebelumnya ditengarai kondisi geopolitik Rusia-Ukraina, yang berbuntut pada gangguan pasokan energi di beberapa negara hingga sebabkan krisis. Indonesia, sebagai salah satu eksportir batu bara mendapat durian runtuh kala itu.
Namun, seiring membaiknya hubungan Australia-China, sempat dikhawatirkan ekspor batu bara Indonesia ke negeri tirai bambu bambu itu susut, digantikan pasokan dari Australia.
Akan tetapi, analis masih optimistis sektor ini masih menarik dengan asumsi jika permintaan dari China masih tinggi, artinya Indonesia masih memiliki ruang untuk memenuhi permintaan dari China.
"Jadi sektor tambang, seperti Adaro itu underperform, harga batu bara saat ini sudah lewat bottom. Dari sisi tekanan harga energi sudah berkurang. Mungkin ada upside karena di beberapa negara restock gas. Jadi ada support di market," jelas Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Peter Sutedja dalam Money Buzz, Selasa (18/4/2023).
"Adaro menarik di harga saat ini. ITMG, harga agak netral setelah sempat di-sell off habis ex dividen. PTBA masih agak tinggi karena investor masih tunggu dividen. Kita suka Adaro Energy (ADRO) dan Adaro Minerals (ADMR)," imbuh Peter.
Sebagai gambaran, harga saham ADRO ditutup naik 4,9 persen ke posisi 3.000 pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa 18 April 2023. Dalam sepekan, harga saham ADRO terkoreksi 1,64 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham ADRO masih naik 8,3 persen. Saham ADMR naik 2,8 persen ke posisi 1.100.
Dalam sepekan, harga saham ADMR turun 4,76 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham ADMR turun 45,81 persen. ITMG ditutup naik 4,73 perseke posisi 33.775. Dalam sepekan, harga saham ITMG turun 11,18 persen. Namun dalam satu tahun terakhir, harga saham ITMG masih tumbuh 16,57 persen. PTBA naik 2,78 persen ke posisi 4.060. Dalam sepekan, harga PTBA naik 2,01 persen, sedangkan dalam satu tahun terakhir harga saham PTBA naik 20,47 persen.
Advertisement
Prediksi IHSG hingga Akhir 2023
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mencapai level 7.550 hingga akhir tahun. Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Peter Sutedja menjelaskan, proyeksi tersebut merujuk pada data ekonomi dalam dan luar negeri yang relatif stabil setelah sempat bergejolak karena inflasi.
Meski diakui, sempat terjadi aksi jual oleh investor asing lantara terjadi perpindahan dari ekuitas ke obligasi (bonds), namun belakangan Peter mencermati investor mulai kembali ke pasar ekuitas. Untuk sementara, Peter mengatakan investor masih memburu saham-saham dengan kapitalisasi besar (big cap).
"Fundamental kita baik. Pelemahan harga komoditas sudah diekspektasi pemerintah dan market. Tahun ini fundamental kita tidak ada yang berubah. Kalau kondisi eksternal stabil, flownya bisa balik lagi ke kita," kata dia dalam Money Buzz, Selasa (18/4/2023).
The Fed sendiri masih memiliki agenda rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Mei mendatang, yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga 25 bps. Di sisi lain, langkah tersebut dinilai mencerminkan keyakinan The Fed bahwa inflasi AS mulai terkendali.
"Target IHSG sejak awal 7.550. Kita suka perbankan seperti Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Konsumer ada Mayora Indah Tbk (MYOR) dan Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)," sebut Peter.
Untuk waktu dekat, Peter mengatakan sentimen dalam negeri lebih terkait kinerja kuartalan. Setelah rilis kinerja kuartalan dirilis, investor bisa mencoba melakukan sector rotation ke sektor saham yang memiliki kinerja bagus pada awal tahun ini. "Jadi bisa rotate ke sektor lain yang hasilnya bagus seperti BFI Finance Tbk (BFIN) dan Adaro Minerals Tbk (ADMR)," pungkas dia.