Sukses

BRI Ungkap Dampak Rencana Hapus Buku Kredit Macet UMKM

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI menanggapi mengenai rencana hapus buku kredit macet bagi UMKM.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI angkat suara terkait rencana hapus buku kredit macet bagi UMKM. Direktur Utama BRI, Sunarso menegaskan kebijakan tersebut tidak berdampak pada neraca BRI, meski segmen tersebut menjadi salah satu fokus utama penyaluran kredit BRI.

"Bagi BRI, tidak berpengaruh sama sekali. Ada aturan atau tidak soal hapus tagih, kalau tidak dibayar ya kita tidak tagih. Mending cari nasabah baru," ujar Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan BRI kuartal II 2023, Rabu (30/8/2023).

Namun masalahnya, lanjut Sunarso, nasabah yang bersangkutan atau yang memiliki catatan kredit macet, tidak memiliki kesempatan lagi untuk memperoleh kredit baru. Untuk itu, ia melihat aturan hapus tagih nantinya dapat memberikan kesempatan kepada nasabah dengan kriteria tertentu sehingga kreditnya dihapus tagih, untuk dapat kembali menerima fasilitas pinjaman Bank.

"Ketentuan hapus tagih itu nanti memberikan kesempatan kepada nasabah yang mungkin sudah macet, mungkin karena bencana atau segala macam. Itu nanti namanya bisa dipulihkan untuk diputihkan bisa untuk dapat kesempatan kredit baru lagi," imbuh Sunarso.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya sudah memberikan sinyal persetujuan terkait rencana penghapusan kredit macet UMKM di perbankan nasional. Sunarso mengatakan, BRI turut mendukung rencana tersebut. Namun, tanpa mengesampingkan kekhawatiran timbulnya moral hazard. Sehingga memang perlu dikaji aturna implementasinya lebih lanjut, terutama mengenai kriteria nasabah yang berhak atas hapus tagih.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Penyaluran Kredit

"Yang paling dikuatirkan adalah nanti timbulnya moral Hazard. Untuk itu sekarang pun sebenarnya masih disusun untuk kriterianya. Jadi perlu dibuat aturan itu supaya sama level playing peer nya dengan bank non pemerintah. Ini aturannya lagi dibuat kriterianya supaya tidak menimbulkan moral hazard," terang Sunarso.

Hingga akhir Juni 2023, BRI berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp 1.202,13 triliun dengan penopang utama pertumbuhan yakni pada segmen mikro yang tumbuh 11,41 persen yoy menjadi Rp 577,94 triliun.

Dengan demikian, porsi kredit mikro telah mencapai 48,08 persen terhadap total penyaluran kredit BRI. Penyaluran kredit mikro yang tumbuh double digit membuat proporsi kredit UMKM BRI juga terus meningkat. Hingga akhir Juni 2023, sebesar 84,48 persen dari total kredit BRI atau senilai Rp 1.015,54 triliun merupakan kredit yang disalurkan kepada segmen UMKM.

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2023

Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI mengumumkan kinerja untuk periode enam bulan pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2023.

Pada periode tersebut, BRI berhasil melakukan orkestrasi strategi sehingga mencatatkan kinerja yang sehat dan berkelanjutan. Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, faktor utama penopang kinerja BRI di antaranya adalah pertumbuhan kredit mikro dan casa yang memadai dan mencapai double digit.

"Kualitas aset yang terjaga, rasio efisiensi yang membaik, proporsi fee base income yang terus tumbuh konsisten, serta semakin solidnya kinerja perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group dan terus-menerus berupaya untuk selalu bisa meningkatkan kontribusinya kepada BRI," kata Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan BRI kuartal II 2023, Rabu (20/8/2023).

Sampai akhir Juni 2023, BRI Group berhasil mencatatkan aset yang terus meningkat, mencapai 9,21 persen yoy menjadi Rp 1.805,15 triliun. Pertumbuhan aset ini diikuti dengan perolehan laba yang senilai Rp 29,56 triliun atau tumbuh 18,83 persen yoy.

Dari sisi penyaluran kredit sampai akhir triwulan II 2023 BRI berhasil menyalurkan kredit senilai 1.202,13 triliun dengan penopang utama adalah pertumbuhan yakni pada segmen mikro. Di mana segmen mikro mampu tumbuh 11,41 persen yoy menjadi Rp 577,94 triliun.

Dengan demikian porsi kredit mikro saja telah mencapai 48,08 persen terhadap total penyaluran kredit BRI. Penyaluran kredit mikro ini membuat porsi kredit UMKM BRI terus meningkat. Hingga Juni 2023, porsi kredit UMKM BRI mencapai 84,48 persen dari total kredit BRI atau senilai Rp 1.015,54 triliun.

"Dengan demikian aspirasi BRI untuk mencapai porsi kredit UMKM 85 persen, sesungguhnya tinggal 0,52 persen. Padahal itu ingin kita capai di 2025. Dan sekarang di semester I 2023 sudah mencapai 84,48 persen dari total kredit BRI.Ini menjadi yang pertama kali, kredit UMKM menembus angka di atas Rp 1.000 triliun," kata Sunarso.

 

 

4 dari 4 halaman

Penyaluran Kredit

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit diimbangi oleh kemampuan BRI untuk menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Non performing loan (NPL) BRI pada Juni 2023 tercatat sebesar 2,95 persen atau membaik jika dibandingkan dengan NPL pada Juni 2022 sebesar 3,26 persen

"Jadi saya ingin tegaskan, angka NPL 2,95 persen untuk bank yang main di UMKM menurut saya ini menunjukkan kemampuan kita memilih portofolio UMKM dengan baik karena masih di bawah 3 persen. Bahkan di bawah 5 persen saya katakan masih oke untuk bank yang fokusnya kepada UMKM," ujar Sunarso.

Kondisi tersebut, lanjut Sunarso, membuat credit cost BRI menurun dari semula 3,11 persen pada akhir kuartal II 2022 menjadi 2,26 persen pada akhir kuartal II 2023 2023. Keberhasilan ini diimbangi dengan pencadangan yang memadai. Sampai Juni 2023, NPL coverage mencapai 248,54 persen.

Hingga Juni 2023, BRI mencatatkan total dana masyarakat sebesar Rp 1.245,12 triliun. Penopang utama pertumbuhan dana masyarakat bersumber pada dana murah atau casa yang tercatat tumbuh 10,13 persen yoy mencapai Rp 815,42 triliun.

"Bahkan porsi casa, giro dan tabungan di dalam total dana masyarakat yang dihimpun BRI itu, total casa kita mencapai 65,49 persen dari 65,12 persen pada semester I 2022," terang Sunarso.

Bersamaan dengan itu, rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) BRI sampai dengan 30 Juni 2023 tercatat sebesar 67,71 persen. Sedangkan Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 41,79 persen.

Â