Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 1 September 2023, terdapat 64 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 64 emiten itu mencapai Rp 49,2 triliun.
Baca Juga
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 26 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer non-cyclicals.
Advertisement
"Hingga saat ini, terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (2/9/2023). Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 7 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 4 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 4 Perusahaan dari sektor basic materials
• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 2 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 2 Perusahaan dari sektor teknologiÂ
• 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
BEI Optimistis IPO Perusahaan Dapat Cetak Rekor pada 2023
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis perusahaan tercatat bakal mencetak rekor pada 2023. Ini mengingat, banyak perusahaan yang antre untuk menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
Terkait hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga saat ini telah ada 55 perusahaan yang tercatat di pasar modal pada 2023. Sedangkan, di pipeline BEI masih ada 36 perusahaan yang bakal IPO.
"Mudah-mudahan dari total perusahaan tercatat tahun ini memecahkan rekor lagi karena jumlahnya hari ini sudah 55," kata Nyoman saat ditemui di BEI, Senin (7/8/2023).
Dengan demikian, ia berharap semakin banyak emiten yang melantai di BEI pada 2023. Bahkan, UMKM pun akan turut meramaikan bursa pada tahun ini, dengan target IPO 10 perusahaan pada 2024.
"Jadi, UMKM pengembangan dan utama, kombinasi ada, terus kemudian total perusahaan tercatat juga. Minggu ini ada 9 lagi, termasuk yang tadi dua," ujar dia.
Asal tahu saja, BEI menargetkan 57 perusahaan tercatat pada 2023. Target tersebut lebih kecil dari capaian tahun lalu sebesar 59 perusahaan tercatat.
Antrean IPO di OJK
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Juli sebesar Rp 162,09 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 57 emiten. Nilai emisi emiten IPO tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian sepanjang tahun 2022 dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ke-4 global pada semester I 2023.Â
Adapun di pipeline, masih terdapat 101 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 72,85 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 66 perusahaan.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 31 Juli 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 429 Penerbit, 156.916 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 910 miliar.Â
Â
Â
Advertisement
Kinerja IHSG
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, sejalan dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Juli 2023 juga mengalami penguatan sebesar 4,05 persen mtd ke level 6.931,36 (Juni 2023 menguat 0,43 persen mtd ke level 6.661,88), dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd (Juni 2023 outflow Rp4,38 triliun mtd).Â
"Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbesar pada Juli 2023 dicatatkan oleh saham di sektor energi dan sektor basic material. Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun (Juni 2023 net buy sebesar 16,21 triliun ytd)," kata Inarno dalam konferensi pers, Kamis (3/8/2023).
Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham termoderasi di bulan Juli 2023 menjadi Rp9,66 triliun mtd dan Rp10,24 triliun ytd (Juni 2023 Rp9,64 triliun mtd), dan secara umum di bawah level rata-rata transaksi harian di 2022 yang sebesar Rp 14,71 triliun.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,56 persen mtd dan 7,07 persen ytd ke level 369,17 (Juni 2023 menguat 0,96 persen mtd dan 6,48 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp 269,79 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp 880,16 miliar.
Pasar SBN masih melanjutkan tren positif dan membukukan inflow investor asing. Pada Juli 2023, non-resident mencatatkan inflow yang sebesar Rp 8,30 triliun mtd (Juni 2023 inflow Rp17,53 triliun mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 1,09 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 53,80 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 93,00 triliun ytd.Â
Â
Industri Reksa Dana
Di industri reksa dana, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 31 Juli 2023 tercatat sebesar Rp 516,67 triliun atau naik 1,69 persen (mtd) dengan investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp4,21 triliun (mtd). Secara ytd, NAB meningkat 2,34 persen dan tercatat net subscription sebesar Rp1,79 triliun.Â
Dalam rangka penegakan hukum di bidang pasar modal, hingga Juli 2023, OJK telah mengenakan sanksi administratif atas pemeriksaan kasus di Pasar Modal kepada 28 Pihak yang terdiri dari sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 12,9 miliar , 1 pencabutan izin, 4 perintah tertulis, dan 13 peringatan tertulis serta mengenakan sanksi administratif berupa denda atas keterlambatan dengan nilai sebesar Rp11.101.920.000,00 miliar kepada 155 pelaku jasa keuangan di pasar modal.
OJK telah mengenakan sanksi administratif berupa denda terhadap kasus Penawaran dan/atau Penjualan Medium Term Notes (MTN) PT Perum Perumnas (Persero), kepada 2 Lembaga Jasa Keuangan (LJK) karena telah menawarkan dan menjual Efek tersebut kepada lebih dari 50 pihak tanpa menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada OJK dan tanpa adanya surat Pernyataan Efektif yang diberikan OJK.
Advertisement