Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan harga komoditas dan isu penggunaan energi hijau masih akan mempengaruhi prospek kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA)Â ke depan.
Sebagai catatan, pendapatan PTBA tumbuh tipis 2 persen year on year (yoy) menjadi Rp 18,85 triliun pada semester I 2023. Di sisi lain, laba bersih PTBA anjlok sekitar 54 persen menjadi Rp 2,88 triliun.
Baca Juga
Harga saham PTBA turut mengalami penurunan 20,87 persen secara year to date (ytd) ke level Rp 2.920 per saham pada Senin (4/9/2023). Namun, dalam sebulan terakhir, harga saham PTBA tumbuh 5,04 persen.
Advertisement
Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menjelaskan, sentimen seperti transisi penggunaan energi fosil menuju energi terbarukan yang ramah lingkungan akan kembali berdampak pada laju pergerakan harga saham PTBA. Prospek emiten anak usaha MIND ID juga dipengaruhi kehadiran bursa karbon yang masih ada kaitannya dengan upaya transisi energi.
Di sisi lain, PTBA masih bisa mendapat angin segar dari harga sejumlah komoditas yang mengalami rebound sejak Juli 2023 hingga saat ini, salah satunya harga minyak mentah dunia. Sentimen seperti ini pun turut dirasakan oleh emiten-emiten sektor energi lainnya.
"Pemangkasan pasokan minyak mentah dari Arab Saudi pada awal bulan Juli 2023 yang tak terduga berdampak pada harga komoditas di pasar," ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (4/9/2023).
Secara jangka pendek, peluang kenaikan harga saham PTBA cukup terbuka sejalan dengan potensi peningkatan harga komoditas energi. Namun, investor tetap harus sadar bahwa emiten energi sangat sensitif terhadap harga komoditas yang sewaktu-waktu bisa bergerak volatil. "Secara logika emiten energi akan bergerak berdasarkan underlying komoditasnya," imbuh dia.
Arjun pun tetap merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.010 per saham.
Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Prospek Positif
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menuturkan, emiten Bukit Asam diyakini masih memiliki prospek positif di tengah penurunan laba bersih sepanjang semester I 2023. Sebab, emiten energi dibayangi sentimen kenaikan harga minyak.Â
Bahkan, Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi minyak sukarela sebanyak 1 juta barel per hari hingga Oktober, melanjutkan pembatasan pasokan yang diprakarsai oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya.
Dengan demikian, ia merekomendasikan buy on weakness saham PTBA untuk para investor.Â
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat kinerja keuangan beragam pada semester I 2023. Bukit Asam mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba melemah pada semester I 2023.
Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (29/8/2023), PT Bukit Asam Tbk membukukan pendapatan Rp 18,85 triliun selama semester I 2023. Pendapatan naik 2,36 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 18,42 triliun. Beban pokok pendapatan bertambah 44,7 persen menjadi Rp 14,7 triliun pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 10,07 triliun.
Namun, laba bruto susut 50 persen menjadi Rp 4,09 triliun pada semester I 2023. Pada periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,35 triliun. Perseoran mencatat beban umum dan administrasi susut menjadi Rp 975,91 miliar pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1 triliun.
Beban penjualan dan pemasaran merosot menjadi Rp 376,39 miliar pada semester I 2023 dari periode semester I 2022 Rp 390,87 miliar.
Â
Advertisement
Aset Perseroan
PT Bukit Asam Tbk membukukan laba usaha Rp 3,01 triliun pada semester I 2023. Laba usaha turun 58 persen menjadi Rp 3,01 triliun pada semester I 2023.
Melihat kondisi itu, perseroan membukukan laba periode berjalan Rp 2,88 triliun pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,27 triliun. Laba per saham dilusi mencapai Rp 242 pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 536.
Total ekuitas Bukit Asam tercatat Rp 18,46 triliun pada Juni 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 28,91 triliun. Liabilitas naik menjadi Rp 27,82 triliun hingga Juni 2023 dari Desember 2022 Rp 16,4 triliun. Dengan demikian, aset tercatat Rp 46,28 triliun pada Juni 2023. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 15,82 triliun pada Juni 2023.
Â