Sukses

Siapa Pemegang Saham Terbesar dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk?

Berikut pemegang saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). Siapakah pemegang saham terbesarnya?

Liputan6.com, Jakarta - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) bergerak dalam bidang distribusi eceran produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama Alfamart.

Sumber Alfaria Trijayadidirikan pada Desember 1989 oleh oleh Djoko Susanto dan keluarga, yang kemudian menjual mayoritas kepemilikannya kepada PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) pada Desember 1989. Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham terbesar PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk saat ini adalah PT Sigmantara Alfindo dengan porsi 53,19 persen.

PT Sigmantara Alfindo atau lebih dikenal dengan nama AlfaCorp merupakan perusahaan investasi terkemuka yang bergerak bidang ritel, makanan dan minuman, properti dan lain-lain. Selain Alfamart, perusahaan yang juga digagas oleh Djoko Susanto itu menaungi Alfamidi , DAN+DAN, Lawson, Alfaland, Omega Hotel Management dan Universitas Bunda Mulia.

Pemegang saham lain dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yakni Feny Djoko Susanto dan Budiyanto Djoko Susanto selaku Komisaris perseroan dengan porsi masing-masing 0,64 persen dan 0,33 persen. Lalu ada Direktur perseroan, Harryanto Susanto yang mengempit 0,46 persen saham AMRT.

Sisanya sebesar 45.38 persen merupakan kepemilikan masyarakat non warkat. Pada awal berdirinya, bisnis PT Alfaria Trijaya Tbk bukan minimarket seperti sekarang ini, melainkan distribusi produk-produk rokok Sampoerna. Dalam perkembangannya, perusahaan ini juga memiliki anak usaha seperti PT Alfa Retailindo yang mengelola bisnis swalayan bernama Alfa Supermarket.

Sebagai bagian pengembangan usaha ritel Alfa Retailindo, pada 27 Juli 1999, didirikan PT Alfa Mitramart Utama yang 51 persen kepemilikannya dipegang perusahaan tersebut. Alfa Mitramart Utama bergerak di bisnis minimarket dengan merek "Alfa Minimart", yang gerai pertamanya berlokasi di Karawaci, Tangerang dan dibuka pada 18 Oktober 1999.

 

2 dari 4 halaman

Jejak Penting Alfamart

Pada 27 Juni 2002, PT Sumber Alfaria Trijaya menjual mayoritas kepemilikannya di Alfa Retailindo kepada perusahaan milik Djoko, PT Sigmantara Alfindo. Saham Sumber Alfaria yang tersisa di Alfa Retailindo kemudian dialihkan ke induknya, HM Sampoerna. Lalu pada 1 Agustus 2002, Alfa Minimart (PT Alfa Mitramart Utama) dilepaskan dari Alfa Retailindo dan menjadi anak usaha langsung PT Sumber Alfaria Trijaya.

Saat itu, Alfa Minimarket sudah memiliki 141 gerai, dan belakangan PT Sumber Alfaria Trijaya mengganti usaha utamanya dari perdagangan dan distribusi berbagai macam produk menjadi pengendali baru gerai-gerai Alfa Minimart. Di tanggal 1 Januari 2003, toko-toko Alfa Minimart berganti nama menjadi Alfamart.

Alfamart mencatatkan jejak penting lainnya dengan menawarkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2009. Perseroan mencatatkan saham perdana pada 15 Januari 2009 di BEI. Saat itu, perseroan melepas harga saham perdana Rp 395 per saham. 

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2023

Sebelumnya, pengelola jaringan ritel Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023.

Pada periode tersebut, Sumber Alfaria Trijaya membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba. Mengutip laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (3/8/2023), perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 53,83 triliun pada semester I 2023.

Raihan itu naik 12,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 47,89 triliun. Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi RP 42,4 triliun dari Rp 37,96 triliun pada semester I 2022.

Meski begitu, laba kotor perseroan pada paruh pertama 2023 masih tumbuh 15,19 persen menjadi Rp 11,44 triliun pada semester I 2023 dibandingkan semester I tahun lalu sebesar Rp 9,93 triliun.

Pada periode ini, perseroan membukukan laba usaha Rp 2,11 triliun, naik 26,09 persen dibandingkan laba usaha semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 1,67 triliun. Pendapatan keuangan pada paruh pertama 2023 tercatat sebesar 30,76 miliar, biaya keuangan Rp 95,11 miliar, dan bagian atas rugi entitas asosiasi Rp 1,4 miliar.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Setelah dikurangi beban pajak final dan penghasilan perseroan membukukan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,61 triliun pada semester I 2023.

Laba itu naik 28,63 persen dibandingkan laba semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 1,25 triliun. Sehingga laba per saham yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 38,84 dari sebelumnya Rp 30,19.

Aset perseroan hingga 30 Juni 2023 tercatat sebesar Rp 33 triliun, naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 30,75 triliun. Liabilitas naik menjadi Rp 20,8 triliun dari sebelumnya Rp 19,28 triliun. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi 12,21 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar RP 11,47 triliun.

Video Terkini