Liputan6.com, Jakarta Pasar saham atau Bursa Asia-Pasifik semua memerah usai Jepang merilis revisi angka produk domestik bruto kuartal kedua.
Hari ini, indeks Nikkei 225 Jepang memperpanjang kerugian dari hari Rabu, dengan susut 0,8%, sedangkan Topix turun 0,5%. Adapun pasar saham di Australia, S&P/ASX 200 turun 0,22%. Kospi Korea Selatan turun 0,34%, dan Kosdaq turun 0,18%.
Baca Juga
Perekonomian Jepang tumbuh sebesar 4,8% pada kuartal kedua secara tahunan kuartal-ke-kuartal. Angka pertumbuhan ini lebih kecil dari pertumbuhan 6% yang terlihat pada perkiraan awal dan lebih rendah dari perkiraan 5,5%, melansir CNBC.
Advertisement
Pasar Hong Kong kemungkinan mengalami perdagangan terbatas hari ini setelah lembaga kota tersebut mengeluarkan peringatan “hujan badai hitam”.
Semalam di AS, Nasdaq Composite turun untuk sesi keempat karena kekhawatiran muncul kembali mengenai jalur kebijakan suku bunga Federal Reserve, dan apakah pembuat kebijakan akan memberlakukan kenaikan lagi tahun ini.
Indeks teknologi mengalami aksi jual 0,89%, sedangkan S&P 500 tergelincir 0,32%. Dow Jones Industrial Average bertambah 0,17%.
Ekonomi Jepang
Perekonomian Jepang tumbuh kurang dari perkiraan pada kuartal kedua. Produk domestik bruto Jepang pada kuartal kedua tumbuh kurang dari perkiraan, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8% secara tahunan kuartal-ke-kuartal.
Angka ini lebih rendah dari angka 6% yang diumumkan dalam rilis awal bulan Agustus, dan di bawah perkiraan pertumbuhan sebesar 5,5% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Secara kuartalan, PDB kuartal kedua meningkat sebesar 1,2%, dibandingkan dengan kenaikan 1,5% yang terlihat pada data awal dan sedikit lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 1,3%.
Wall Street
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq susut 0,89 persen ke posisi 13.748,83. Indeks S&P 500 melemah 0,32 persen ke posisi 4.451,14. Indeks Dow Jones bertambah 57,54 poin atau 0,17 persen menjadi 34.500,73.
“Masyarakat berharap the Fed akan menahan diri selama sisa 2023, tetapi mungkin saja the Fed akan menaikkan suku bunga satu atau dua kali lagi,” ujar Chief Investment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli, dikutip dari laman CNBC.
Ia menambahkan, jika semua hal dianggap sama, hal ini sedikit berdampak negatif bagi saham. Sementara itu, saham Apple turun 2,9 persen setelah laporan Bloomberg menyebutkan China ingin memperluas larangan pemakaian iPhone di perusahaan dan lembaga milik negara. Saham teknologi dan semikonduktor tertinggal,dengan Nvidia dan Advanced Micro Devices merosot masing-masing 1,7 persen dan 2,5 persen.
Saham Seagate Technology turun hampir 11 persne, saham Skyworks Solution , Qualcomm dan Qorvo turun 7 persen.
Advertisement
Data Ekonomi
Serangkaian data ekonomi pada Kamis pekan ini termasuk klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan berkontribusi pada kekhawatiran pasar tenaga kerja yang masih kuat dapat membuat the Fed berpikir dua kali melonggarkan kebijakan moneter.
Klaim pengangguran mingguan mencapai 216.000 dibandingkan perkiraan Dow Jones 230.000 sementara biaya tenaga kerja pada kuartal II meningkat lebih dari yang diperkirakan.
Dikombinasikan dengan kenaikan harga energi, pasar lapangan kerja yang kuat akan meningkatkan perlunya the Fed untuk bertindak. “Dan berpotensi menyetujui kenaikan (suku bunga-red),” ujar Zaccarelli.
Pelaku pasar prediksi the Fed tetap pertahankan suku bunga sebesar 93 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2023. Kenaikan suku bunga juga dinilai bukan hal mustahil.
Harapan kenaikan suku bunga pada November telah meningkat menjadi sekitar 43 persen, menurut alat CME Fed Watch. Pelaku pasar juga menyisir laporan laba terbaru dari C3.ao dan ChargePoint.